CHAPTER 15

1 1 0
                                    

"Ini rumah kak Eno Ya?" tanya Sarah yang baru saja sampai di pekarangan Rumah Eno yang luas.

"Iya. Gede banget ya? Aku juga pas pertama kali dateng gitu tuh ekspresinya, mangap-mangap doang." Sarah yang mendengarnya langsung merapatan bibirnya yang tidak sadar terbuka sendiri karena terlalu takjub.

"Duh orang kaya, mau dikejar juga tau diri." Sarah bukan dari keluarga terpandang yang hartanya segunung. Dia minder sendiri saat tahu kehidupan Eno seperti apa.

"Kejar aja dulu. Kalo massalah takdir, ada yang ngurus." Ucap Azalea sambil menepuk-nepuk bahu Sarah untuk menyemangatinya. "yaudah yuk ah udah pada nungguin."

Sampailah mereka di ruang bawah tanah tempat biasa mereka latihan. Masalah gelang itu pun sudah di luruskan oleh Eno dan Azalea. Eldo dan Aldo pun akhirnya mengerti, karena Azalea juga bilang bahwa Sarah lah yang menyukai Eno, bukan dirinya.

"Jadi juga dateng lo Sarah?" tanya Eldo sambil tangannya memainkan stik drum

"Iyalah ini ada di sini." Entah kenapa Sarah bawaannya jadi sensi pada Eldo. Awalnya memang Eldo menyenangkan, tapi semain lama semakin menjengkelkan karena sikapnya yang terlalu jail.

Hari ini mereka memainkan lagu Bruno Mars yang berjudul Just The Way You Are. Sarah hanya duduk di sofa yang letaknya tidak terlalu jauh dari mereka. Pandangannya hanya fokus pada Eno yang sedang serius memainkan bassnya. Begitu lagunya selesai, sorakan heboh Sarah yang terdengar.

"Woww. Keren banget, cocok rekaman nih." Sarah mengeluarkan hp nya untuk memotret mereka. Memang lebih banyak memotret Eno dibanding yang lainnya. Untuk disimpan kalau-kalau di rumah ia merindukannya.

"Ini Cuma buat seneng-seneng aja kok." Ujar Aldo sambil menyimpan Gitarnya dan berjalan ke tempat Sarah duduk. Diikuti yang lainnya juga karena latihan hari ini sudah selesai.

Eno tetap dengan ponselnya. Tidak tahu apa yang Eno lakukan dengan layar itu karena tiap saat Eno selalu memegangnya. Sampai saat dering telepon ponsel Eno terdengar dan membuat yang lainya juga menoleh.

"Halo?" Sementara Eno menjawab panggilan, yang lainnya ikut menyimak meskipun tidak tahu apa yang dibicarakan orang di seberang telepon itu.

"...."

Lama Eno terdiam mendengarkan hal yang seseorang itu katakan. Wajahnya terlihat serius dan terlihat memancarkan raut terkejut. Satu detik setelah Eno menuttup telepon, lelaki itu langsung bangkit tanpa sepatah katapun meninggalkan empat ornag yang menatapnya bingung.

Sarah bangkit untuk menyusul Eno, namun tangannya ditahan oleh Eldo. Sarah pun menoleh dan melihat Eldo menggelengkan kepalanya tanda bahwa Sarah tidak boleh mengikuti Eno. Sarah memang tidak mengerti namun dia menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" Tanya Sarah saat dirinya duduk kembali di sofa.

"Gak apa-apa. Belum saatnya lo tau, dan gue juga gak berhak ngasih tau."

"Lo juga belum Lea. Eno ga gampang buka masalah pribadinya sama orang. Bukan berarti dia ga percaya sama lo, tapi dia gak percaya sama dirinya sendiri." aldo mengatakannya sambil menatap Azalea.

"Gapapa kok kak, lagian juga iu kan emang urusannya kak Eno jadi aku gak bisa ikut campur."

"Yaudah sekarang pulang aja, yang punya rumah pergi soalnya." Aldo mengajak semuanya untuk pulang. Meskipun rumah ini sering mereka kunjungi, tapi tidak enak juga jika haarus disana tanpa Eno.

Saat mereka sampai di lantai pertama rumah itu, Azalea melihat seorang wanita tengah duduk sendirian di halaman belakang rumah Eno yang luas. Kebetulan karena tangga menuju basement itu berada di samping dinding kaca yang memperlihatkan halaman belakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang