Kedua iris cantik yang terpayungi bulu mata lentik itu menatap sekelilingnya dengan kagum, seolah tak menyangka jika gedung yang berisi pakaian serta aksesoris-aksesoris dengan harga yang cukup fantastis ini adalah miliknya. Usaha yang dulu pernah ia rintis.
Hari ini, Dera ada jadwal check up dengan dokter, Jayden yang menemani pun menawarkan padanya untuk melihat sesuatu setelah pulang dari rumah sakit. Sesuatu yang sebelumnya tak Dera sangka.
"Ini semua ... benar punyaku, Jay?" tanya Dera masih tak percaya.
Jayden tersenyum tipis dan mengangguk. "Benar. Kamu sudah memiliki usaha ini sebelum menikah dengan saya."
Seorang wanita dengan blazer serta rok span berwarna hitam menghampiri mereka, melempar senyum ramah, sedikit menunduk sopan pada atasannya. "Selamat datang kembali, Nona Dera," sambutnya ramah.
Dera mengerjap sesaat, sebelum membalas senyum itu dan mengangguk.
"Ini Dania, asisten pribadi kamu dulu," ujar Jayden memperkenalkan wanita itu pada istrinya.
Menatap wanita yang masih memasang senyum ramah itu dari atas hingga bawah, Dera mengangguk-angguk. "Boleh bawa saya untuk berkeliling?" tanya Dera, yang dijawab anggukan oleh Dania.
"Tentu, Nona, mari saya antar," ujarnya.
"Mungkin aku akan lama di sini, kamu bisa pergi bekerja, Jay, biar Dania nanti yang mengantarku pulang," ujar Dera pada Jayden.
"Benar tidak apa-apa jika saya tinggal?" tanya Jayden memastikan.
"Tidak apa-apa, Tuan, biar saya yang mengantarkan Nona untuk pulang, nanti," jawab Dania, sopan.
Mengangguk tipis, Jayden menatap Dera. "Hubungi saya jika terjadi sesuatu, saya berangkat bekerja dulu," ujarnya.
Dera mengangguk, mendekat lalu mengecup singkat pipi kanan Jayden. "Hati-hati di jalan," pesan wanita itu.
Jayden tersenyum dan mengangguk, mulai terbiasa dengan sikap lembut serta kontak fisik yang diberikan istrinya. Setelah Jayden melenggang pergi, barulah Dera mengikuti langkah Dania yang mengajaknya untuk berkeliling butik miliknya.
"Jadi ... selama saya tidak ada, kamu yang mengurus butik ini?" tanya Dera disela-sela langkah mereka.
Dania mengangguk. "Benar, tapi saya hanya mengurus yang di sini, untuk sisanya, orang kepercayaan Tuan Jayden yang sudah mengurusnya."
"Sisanya? Jadi saya punya lebih dari satu butik?" tanya Dera lagi.
Dania mengulanginya anggukannya. "Benar, ada dua yang di sini, dan ada satu lagi yang di luar kota," ujarnya. "Ini ruangan anda, mari masuk," ujar Dania, membuka kunci pintu ruangan pribadi yang dulunya sering dihuni oleh Dera itu.
Sebelumnya, Dania memang sudah tahu informasi tentang apa yang terjadi pada atasannya itu, Jaydenlah yang memberitahu semuanya.
Memasuki ruangan bernuansa elegan itu, Dera mengerjapkan kelopak mata gandanya, merasa kagum. Warna merah mendominasi ruangan yang katanya adalah miliknya ini. Mendekat, Dera mengusap papan nama di atas meja yang mengukir cantik namanya di sana.
Ia benar-benar masih tak menyangka. Selain mempunyai suami yang tampan, baik, dan mapan, ia juga mempunyai usaha sendiri yang terbilang cukup besar. Rasanya ini seperti mimpi, mungkin saja tubuhnya yang asli masih terbaring di atas ranjang, sedang jiwanya berkeliaran masuk ke dalam tubuh orang lain.
Tersenyum kecil, Dera menggeleng. Itu hipotesis yang konyol. Mana mungkin hal fantasi semacam itu terjadi di dunia nyata. Larut memperhatikan benda-benda yang masih tertata rapi di sana, tiba-tiba Dera teringat sesuatu, menoleh pada Dania yang masih setia berdiri tak jauh di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection
ChickLitCOMPLETE - FOLLOW SEBELUM MEMBACA Mature Content (18+) so selection ur reading. *** Derana Gangga Mirabelle, adalah perwujudan nyata dari ibu tiri antagonis yang suka berbuat jahat pada anak angkatnya. Jika kebanyakan dari mereka hanya sayang harta...