BAGIAN EMPAT PULUH TIGA

15.8K 706 2
                                    

"Baiklah, sesuai hasil keputusan rapat yang telah didiskusikan, semuanya sudah jelas?" Suara berat yang mendominasi ruangan rapat itu terdengar kental nada otoriternya, pandangan sang empu menatap ke seluruh anggota rapat hari ini.

Mendapat jawaban berupa anggukan, Jayden balas mengangguk juga. "Rapat selesai. Terimakasih kehadirannya, kalian boleh keluar."

Lantas mereka yang ada di sana, segera berbenah dan menunduk sopan pada sang atasan, sebelum satu persatu keluar meninggalkan ruangan. Begitu hanya tersisa dirinya dan Wisnu yang berada di dalam, Jayden merogoh saku jas, seolah mendapat inisiatif untuk mengecek ponsel.

Saat benda pipih itu menyala, kening Jayden berkerut lantaran banyak sekali pesan masuk serta panggilan tak terjawab dari Jessy. Jayden memang sengaja membisukan ponselnya tadi semenjak masuk ke dalam ruangan rapat, karena itu merupakan salah satu aturan yang harus diterapkan dalam perusahaannya ketika rapat tengah berlangsung.

Seketika perasaan tidak enak merayapi hati pria itu, tatkala hendak menelepon balik, layar ponselnya sudah lebih dulu menampilkan panggilan masuk dari nama kontak yang sama.

"Ha-"

"Jayden, ke rumah sakit sekarang!" Suara Jessy memotong ucapan yang hendak dilontarkan Jayden. Mendengar nada bicara yang tidak santai serta penyebutan kata rumah sakit, membuat Jayden menegakkan punggungnya.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Dera? Katakan, kamu ada di rumah sakit mana sekarang?" tanya Jayden hampir panik.

"Dera kontraksi, sepertinya anak kamu sudah tidak sabar untuk melihat dunia. Cepatlah kemari, aku sudah mengirimkan lokasinya."

Jayden mengangguk-angguk dengan perasaan girang bercampur cemas, pria itu segera bangkit dari kursinya. "Saya akan segera datang, katakan pada Baby Boo untuk bersabar, jangan keluar terlebih dahulu sebelum ayahnya datang." Lalu sambungan telepon Jayden matikan secara sepihak.

Mengantungi kembali ponselnya, Jayden menoleh pada sekretarisnya. "Wisnu, kosongkan semua jadwal saya setelah ini. Saya harus segera ke rumah sakit, istri saya akan melahirkan," ujar Jayden, sembari melangkah lebar-lebar, diikuti Wisnu di belakangnya.

"Baik, Pak!" sahut Wisnu, mengangguk patuh pada Jayden. Langkah pria itu terhenti, begitu Jayden masuk ke dalam lift dan turun ke lantai dasar.

Mempercepat langkah, jantung Jayden bertalu-talu, tidak sabar untuk segera sampai ke rumah sakit. Memenuhi otaknya dengan bayangan yang membahagiakan, senyum pria itu seolah melebar setiap detiknya.

Namun sesampainya di tengah perjalanan, ia justru dihadapkan sesuatu yang membuatnya kesal, apalagi jika bukan kemacetan? Berdecak, Jayden menggoyang-goyangkan kaki tidak sabaran, lalu beberapa kali menekan klakson.

"Tunggu sebentar, Baby Boo, jangan keluar sebelum Daddy sampai,"Jayden bergumam.

Butuh hampir setengah jam hingga ia bisa keluar dari kemacetan panjang ibu kota siang ini, begitu sampai di rumah sakit, Jayden segera berlari mencari ruangan istrinya. Setelah bertanya pada resepsionis, pria itu kembali melangkah dengan lebar, hingga mendapati seorang perempuan beserta ketiga putranya tengah menunggu di depan ruangan.

Senyum yang hampir terulas seolah meluntur perlahan ketika Jayden mendapati raut wajah mereka yang sama-sama tak mengenakkan. "Boys, bagaimana keadaan Mommy dan Baby Boo?" tanya Jayden menghampiri mereka.

Mendengar suara ayahnya, ketiga pemuda itu menoleh bersama, juga Jessy yang berada di sana.

Baik Jansen, Jean, maupun Raiden tak ada yang membuka suara, ketiganya hanya diam dan saling memandang, tak tahu harus berkata apa pada ayahnya. Melihat ketiga putranya hanya diam, Jayden mengerutkan kening.

AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang