BAB EMPAT PULUH SATU

11.5K 699 2
                                    

"Jay, aku ingin nasi goreng," pinta Dera yang duduk bersandar pada kepala ranjang, membuat atensi pria yang barusaja selesai mandi dan tengah mengusak rambut basahnya itu beralih.

"Nasi goreng?" beo Jayden, lalu pria dengan bathrobe berwarna abu-abu pekat itu mengangguk. "Saya akan meminta maid untuk membuatkannya."

Dera menggeleng. "Tapi aku ingin kamu yang memasaknya."

Jayden mengerjap. "Jangan, terlalu beresiko. Biar maid saja yang memasak," jawab Jayden.

Dera kembali menggeleng. "Tidak mau, aku ingin kamu yang memasaknya sendiri," pinta Dera bersikeras, namun beberapa saat kemudian wanita itu kembali membuka suara. "Ya sudah kalau kamu tidak mau, tidak apa-apa," tandas wanita itu dengan raut wajah yang membuat Jayden merasa bersalah.

Melangkahkan tungkainya, Jayden mendekat. "Bukannya saya tidak mau, hanya saja ... saya tidak bisa memasak, nanti malah rasanya tidak karuan. Saya tidak mau kamu sakit perut karena memakan masakan gagal jadi," ujar Jayden memberi pengertian.

Dera menatap suaminya yang tengah tersenyum, lalu membuang napas pelan. Ia tahu Jayden tidak bisa memasak, tapi entah kenapa ia justru ingin pria itu memasak nasi goreng untuknya. Mungkin rasanya akan sangat kacau dan tidak jelas, tapi Dera mau merasakannya.

"Hmm, ya sudah kalau begitu," balas Dera.

Namun bukannya merasa lega, Jayden justru menemukan sesuatu yang tersirat dari nada bicara istrinya. Demi Tuhan, Jayden sama sekali tidak bisa memasak, ia takut jika nekat memasakkan apa yang diminta oleh Dera, nanti justru membuat wanita itu sakit perut.

"Sayang ...," tutur Jayden lembut, mencoba untuk menegosiasi permintaan istrinya yang tengah hamil muda itu.

Dengan dagu berkerut, Dera tersenyum masam, dan mengangguk-angguk. "Tidak apa-apa, aku tidak memaksa," ujar wanita itu, lalu menyibak selimutnya dan turun dari ranjang.

Membuang napas pelan, Jayden menatap punggung istrinya yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Memijat pangkal hidung, Jayden kembali menghela napas. Susah sekali untuk menolak, ia tak mau melihat Dera cemberut sepanjang sarapan pagi nanti. Mungkin Jayden bisa meminta bantuan maid untuk mengajarinya membuat nasi goreng.

Keluar dari dalam kamar mandi, Dera mengernyit saat tak mendapati presensi Jayden di sana. Mengendik, wanita itu memilih untuk mengambil bajunya. Usai dengan serangkaian kegiatan rutin paginya sebagai seorang wanita, Dera keluar dari kamar. Hidungnya refleks mengendus saat mencium bau masakan yang menguar hingga ambang dapur.

Mendapati Jayden tengah berkutat di depan kompor dengan seperangkat alat memasak dan apron yang menempel di tubuhnya, Dera mengerjap. Perlahan sudut bibirnya mengembang, merasa senang karena permintaannya dituruti.

"Daddy masak apa?"

Dera sedikit tersentak karena kaget dengan suara yang tiba-tiba terdengar dari belakangnya, saat menoleh, ia mendapati Jansen, Jean, dan Raiden yang barusaja datang.

Mendengar suara putranya, Jayden menoleh sesaat dan tersenyum. "Sesuatu yang spesial untuk menuruti permintaan baby boo," jawab Jayden, membuat pandangan ketiga pemuda itu sontak beralih pada Dera.

Jansen dan Jean kontan memasang raut terkejut. "Bukannya Daddy nggak bisa masak?" tanya Jansen, khawatir dengan hasil masakan ayahnya nanti.

Mereka pernah menjadi kelinci percobaan dari masakan gagal ayahnya dulu, dan rasanya lebih mirip dengan air comberan daripada makanan manusia. Entah mendapat hujan angin darimana hingga ayahnya itu nekat mengeksekusi dapur. Sejak saat itulah, Jayden sudah tidak pernah coba-coba untuk memasak lagi. Lalu pagi ini? Tiba-tiba saja ayahnya itu memasak untuk menuruti ibunya yang mungkin sedang mengidam.

AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang