BAB DELAPAN

10.3K 874 3
                                    

Wanita cantik dengan setelan elegan khas wanita karier itu berjalan keluar kamar, hendak pergi untuk mengunjungi butiknya, namun atensi wanita itu beralih lantaran mendengar suara ponselnya yang berbunyi. Mengambil tasnya, Dera merogoh benda pipih yang bergetar di dalam sana.

"Essy?" gumam Dera sebelum menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

"So, Mira, can we meet today?" tanya Jessy langsung to the point, membuat Dera tertawa pelan.

"Sure, tapi aku masih di rumah, mungkin dua puluh menit lagi aku akan sampai di butik," jawab Dera.

"Kirimkan alamat rumahmu, aku akan menjemput," ujar Jessy.

"Nggak perlu, Essy, aku bisa berangkat ke butik dengan supir," tolak Dera merasa tak enak jika harus merepotkan sahabatnya itu.

"A a a, tidak ada kata penolakan dalam kamus kita, Mira, so send us your home location. I'll ended the call, don't be long, Babe," uar Jessy, lalu beberapa detik setelahnya sambungan telepon diputus olehnya.

Jadi mau tak mau, Dera menurut, mengirimkan alamat rumahnya pada Jessy. Sembari menunggu perempuan itu sampai, Dera mengambil duduk di sofa ruang tamu seraya membuka-buka majalah yang ada di sana. Rupanya, tak perlu menunggu lama, suara klakson mobil yang Dera tebak adalah milik Jessy terdengar dari arah depan. Mengambil tasnya, Dera bangkit dari sofa, membuka pintu dan mendapati seorang perempuan modis barusaja turun dari mobil yang berwarna ungu elegan.

Seketika, tawa Dera berderai halus, membuat perempuan dengan high heels hitam itu menurunkan kacamata cokelatnya, menatap sang sahabat dengan tatapan bertanya. "Ada yang lucu?" tanya Jessy.

Dera mengangguk. "Warna baju kamu matching dengan warna mobil, Essy."

Menoleh pada mobilnya, kini giliran Jessy yang tertawa. "Gosh, aku nggak sadar. Aku baru selesai pemotretran yang mulai pagi tadi, manajerku yang memilihkan baju ini, Lol, ini sangat menggelikan, aku akan ganti baju nanti," ujar Jessy. "Tapi sekarang, itu nggak penting untuk dibahas, aku ke sini buat jemput kamu, ayo Mira, kita berangkat," ujar Jessy lagi.

"Eh? Kamu nggak mau masuk dulu?" tawar Dera, namun Jessy menggeleng.

"Maybe next time, but ... now I want something, gimme warm hug, Mira," ujar Jessy, merentangkan kedua tangannya, yang langsung dibalas hal serupa oleh Dera.

"This warm hug for you, Essy," ujar Dera disela-sela pelukannya.

Jessy tertawa, melonggarkan jarak antara mereka. "Ini nggak bakalan selesai kalau terus cipika-cipiki di depan pintu seperti ini, Mira."

Dera tertawa. "Oke, oke, ayo berangkat."

Setelahnya, kedua wanita cantik itu masuk ke dalam mobil, melaju pergi dari pekarangan rumah mewah itu.

"Kita mau kemana?" tanya Dera, menoleh pada Jessy.

"Salon," sahut Jessy. Mengembangkan senyum, perempuan itu menoleh sesaat pada Dera. "Kamu terlalu lama berbaring di rumah sakit, sekarang waktunya untuk memanjakan diri, dan aku rasa salon adalah tempat yang tepat," ujar Jessy, membuat Dera tersenyum.

"Ide bagus," balas wanita itu, setuju dengan ajakan Jessy.

Berselang kemudian, mereka sampai di tempat tujuan, meminggirkan mobilnya, Jessy mencari tempat parkir, begitu mobil berwarna ungu itu sudah terparkir dengan rapi, mereka berdua turun dari dalam sana.

Lantas sama-sama berjalan, masuk ke dalam tempat yang menjadi surga bagi para wanita itu. Setelah memesan beberapa paket kecantikan, kini mereka tinggal menunggu hingga apa yang mereka pesan selesai disiapkan.

AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang