07 || NIGHT DAY WITH JIA

22 15 1
                                    

Happy reading gengs

Bel sekolah sudah berbunyi empat menit yang lalu. Zia masih setia di taman, bersandar di bahu kiri Guntur tanpa memperdulikan Guntur yang sedang menyesap rokok.

Saat bersama mu jiwa bersihku seolah hilang.
Saat melihat tatapan matamu aku seolah terhipnotis.
Mengangguk dan mematuhi perintah tanpa sadar. .
Kamu yang berhasil mengubah segala yang ingin ku ubah, Guntur.

Katakan saja Zia alay karena so' puitis. Karena itu memang kenyataan, apa yang katakan secara batin itu benar.

Lelaki nakal itu berhasil membuat Zia berubah secara perlahan akibat traumanya.

Guntur tak dapat melihat wajah Zia dengan jelas, ia menepuk pundak Zia. "Zia pulang udah bel."

Zia menegakkan badannya kemudian berdiri dan berjalan menuju kelas mengambil tas miliknya dan milik Guntur.

Sedangkan Guntur, ia malah pergi ke kantin membeli sebungkus mie instan yang telah direbus. Ia tahu Zia pasti akan membawakan tasnya juga.

Tas yang hanya berisi satu buah pensil, dua buah buku tanpa sampul dan pulpen tanpa tip-X benar benar anak yang rajin bukan?

"Gue mau mampir rumah Lo kangen sama untung." pinta Guntur.

"Utung nungguin Lo dateng terus di jendela kamar," ujar Zia.

Kini mereka berjalan berdua menuju rumah masing masing. Niatnya begitu sebelum Guntur meminta mampir kerumahnya.

Ceklek

"Assalamualaikum Bu Nyai, cucu nenek datang." Sapa Guntur menyalami tangan Bu Nyai.

"Kamu temenin Zia dulu bisa Tur, Ibu mau kerumah Tante Ningrum jemput Ayu, Tante Ningrum mau pergi katanya," ujar Bu Nyai.

"Siap Bu."

"Nanti Ayu nginep disini lagi, Bu?" tanya Zia sambil mencari sosok kucing, utung.

"Iya dia kangen kakaknya," ucap Bu Nyai disertai tawa kecil.

Rasanya Zia tak sabar menunggu kedatangan si kecil Ayu yang merupakan anak dari tantenya.

Masih ingat dengan Tante Ningrum? Perempuan yang membuat Bu Nyai terburu buru pergi sampai meninggalkan Zia sore hari?

Sampai kejadian naas itu terjadi?

Ah, jangan dibayangkan itu membuat Zia kembali malu apalagi sekarang disebelahnya ada korban yang menyaksikan langsung kejadian serta penyelamat Zia.

Kucing anggora berwarna abu meloncat kepangkuan Guntur saat Guntur baru saja duduk di karpet berbulu diruang keluarga Zia.

Hubungan Guntur dan keluarga Zia semakin dekat mengingat hanya Guntur yang bisa Juna percayakan untuk menjaga Zia selama bersekolah.

Juna tak ingin melihat anak semata wayangnya yang baru saja adaptasi dengan dunia luar itu celaka begitu saja.

Sampai saat mereka kelas sebelas tepatnya pada bulan April, Guntur dan Zia tak sengaja berteduh dikios petshop, mereka melihat lima kucing gendut yang sedang berlari kesana kemari dibalik kaca jendela.

"Guntur itu kucingnya lucu banget gembrot warna abu!" Pekik Zia menepuk nepuk punggung tegap Guntur.

Zia tak bisa mengekspresikan ke gemesannya lagi, dengan seenak jidat dia masuk dan mengelus salah satu kucing yang saat ini berada dipangkuan Guntur.

Kucing anggora berwarna abu, mereka memberi nama Utung. Untung sayang Zia makannya beli harga kucing tersebut tak main main bahkan setara dengan dana perbaikan motor Guntur makannya Guntur memberi nama Utung.

GUNTURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang