10 || AMICUZ ZONA

22 11 5
                                    


★★★★★

Kadang kala gue ngerasa diperlakukan layaknya princess sama lo, dan kadang gue ngerasa dijadiin temen gabut lo doang hahaha

★★★★★

Pernah gak sih kalian ngerasa 'terbang' sama 'teman' kalian sendiri?

Kalau iya, selamat ternyata Zia satu golongan sama kalian.

Sepulangnya mereka dari rumah milik Sandi pada pukul sembilan malam satu hari yang lalu. Membuat Zia terus menerus menjadi bahan olokan Guntur.

Rasanya Zia tak bisa mengelakkan ia suka Guntur menjahilinya. Tapi, entahlah.

Seperti saat ini, kelas mereka sedang tidak ada guru dimanfaatkan Guntur untuk menjahili Zia.

"Guntur gue mau pulang gak betah," ucap Guntur menirukan gaya bicara Zia saat itu.

Zia hanya diam malu bercampur kesal dirinya tidak menyangka jika Guntur akan terus seperti itu.

Flashback on


"Dasar anak nakal bawa anak gadis orang sembarangan."

"Mana gak bawa hp lagi gue. Bener bener ya lo Guntur bisa banget bikin gue mati gaya gini."

Mulutnya tak henti mengatakan sumpah serapah pada manusia disebelahnya. Sampai akhirnya rasa kantuk menghampiri dan membuat Zia terlelap di bahu kiri Guntur.

Sadar akan rasa berat di bahu kirinya, Guntur menoleh mendapati wajah damai Zia. Perlahan-lahan Guntur merebahkan kepala Zia diatas pahanya dan memposisikan tubuh Zia senyaman mungkin agar tidak terasa sakit nantinya.

"Bener kata ayah dulu ya, nanti capek juga diem sendiri," kekehnya mengusap rambut Zia.

"Perempuan itu kalau bertindak kadang pake emosi. Nih contohnya anak perempuan ini-"

"Zia namanya ayah," sela Guntur.

"Iya itu, contohnya Zia katanya mau pulang taunya tidur," ujar Sandi, ia jadi teringat mendiang anak bungsunya. Anak perempuan yang selalu merengek meminta permen karet dan berakhir tertidur. Mirip seperti Zia.

Keduanya terlarut dalam obrolan tanpa akhir hingga pukul delapan malam, makanan yang Sandi pesan online dua puluh lima menit yang lalu tiba.

Lelaki beranak dua itu menyuruh Guntur agar cepat mengusul.

Guntur masih setia menjadikan pahanya sebagai bantal untuk Zia tapi kali ini ia tidak bisa membiarkan Zia tertidur. Perempuan berambut sebahu itu harus makan.

Perlahan tapi pasti Guntur memainkan rambut Zia dengan penuh perasa agar Zia terusik dan terbangun.

Usahanya berhasil. "Makan, ayah udah nyiapin makanan," titah Guntur.

Nyawanya belum berkumpul sepenuhnya, Zia diam sebentar kemudian beranjak mengikuti Guntur.

Mereka semua makan dengan tenang begitupun dengan Zia yang berkali kali sudah guntur ingatkan jika semua alat makannya sudah dibersihkan sebelum dipakai.

"Om boleh nanya gak Zia?" tanya Sandi hati hati.

Zia mengangguk sebagai jawaban."tanya aja om."

GUNTURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang