17.rasa dalam diam-arvi

391 81 17
                                    

Ratu menerjapkan matanya perlahan, membuka matanya setengah sadar. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

Ruangan bernoansa putih dan bau obat yang tercium pekat.

Ratu bisa melihat pernak-pernik yang ia pakai. Seperti alat pernafasan yang melekat di hidungnya, tak lupa infus di tangan kirinya. Dapat ia lihat dari pantulan cermin dirinya sangat terlihat lemah.

Ratu memejamkan matanya mencoba mengingat kejadian sebelum mereka tak sadarkan diri.

"N-ngga mungkin.." suara Ratu bergetar. Ia mencoba menyangkal jika papa nya dalang dari semua kejadian malam itu. Cewe itu melepas infus dengan kasar membuat punggung tangannya terluka, mengeluarkan darah.

Ratu juga melepas alat pernapasan dari hidungnya, matanya sedikit membuaram akibat ulahnya.

Ratu turun perlahan dari atas brangkar ia berniatan mengarah ke balkon untuk menenangkan pikirannya tapi nihil, baru selangkah ia saja ia sudah ambruk. Ratu berdesis perih, di balik pakaian rumah sakit terdapat perban yang membungkus tusukannya.

"Shh.."

Ratu berpegangan tepi brangkar. Ketika ia berusaha bangkit, pintu ruangan tempat Ratu di rawat tiba-tiba saja terbuka dan menpilkan sosok pria tampan yang entah siapa itu.

"siapa Lo?" gertak Ratu.

Cowo itu melangkah mendekati Ratu. Dia membungkuk, meletakkan tangannya di tengkuk leher dan juga paha dalam Ratu, mengangkatnya kemudian mendudukkankembali tubuh lemah Ratu ke atas brankar.

"K-kak Arga?"

Cowo itu terkekeh sembari mengelus Surai halus rambut Ratu. "Ga sadar tiga hari bikin Lo nambah bego?"

Suara itu.

Ratu melaingkan wajahnya ketika mendengar suara yang tak asing bagi nya. Rasanya malu saja ketika salah orang.

"Gue minta ke Lo, jangan pernah pergi sendiri. Kalau pun Lo mau pergi kabarin gue biar gue an-"

"Gaperlu Ar, gue dulu nya juga anak gang motor gue bisa jaga diri gue sendiri!" Tegas Ratu memotong perkataan Arvi.

Memilih tak membalas perkataan Ratu,
Dengan cepat Arvi menarik gadis itu ke dalam mengeratkan pelukannya seperti takut kehilangan.

Tubuh Arvi bergetar. "Lo berharga Karna Lo, orang kedua setelah mamah gue yang gue jadiin alasan buat tetep hidup!" Ucap Arvi lirih.

Ratu menerjapkan matanya tak percaya dengan perkataan Arvi, ah sepertinya ia hanya mengigau.
Ratu membalas pelukan Cowo itu hanya untuk menenangkan tidak lebih.

Arvi mengakhiri pelukannya ketika ia sadar dengan apa yang ia katakan barusan. Ah masa bodoh dengan gengsi, yang terpenting hatinya sedikit lega karna mengatakan hal yang sebenarnya ia rasakan.

"Gausah geer Lo! Gue ngomong gitu Karna Lo adik kecil gue!" ucapnya sembari memalingkan wajah.

Arvi tetap la Arvi, Orang yang menyebalkan, ga bisa di tebak, dan mempunyai dua sifat.

"Adik kecil matamu!" Balas Ratu yang sudah jengkel.

Arvi hanya berdehem melihat pelototan dari Ratu, Ralat lebih tepatnya menaham gemas.

"Ar.." panggil Ratu membuat pemilik nama menoleh. "Gue mau ketemu sama Bintang."

"Besok!"

"Tapi gue maunya sek-"

"Bacot! Besok atau Lo ga ketemu Bintang selamanya?"

Ratu memilih diam dan kembali berbaring di atas brangkar. Ia menggigit bibir dalamnya kuat ketika merasakan sakit di dadanya kembali datang di sertai pusing yang luar biasa.

Not always sweet (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang