Bab 14 : Kemah katanya

5.8K 756 69
                                    

"Sekolah mana yang membiarkan anak umur 10 tahun kemah."

"Anak 10 tahun kayak Jisung bisa apa?  Gimana nanti di hutan malah tersesat, dimakan harimau atau diculik wewe gombel?"

"Bukannya gak memberi ijin,  Mark Hyung tau sendiri Jisung itu bagaimana."

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Yang lain di pojokan rumah cuman bisa bilang 'hadeh' sambil geleng-geleng kepala. Acara perdebatan di depan mereka yang dihadiri oleh Mark dan Jaemin menjadi tontonan orang rumah.

Kali ini, bukan perdebatan soal hilangnya Jisung atau dompetnya. Well, memang soal Jisung lagi, tapi masalahnya yang kali ini adalah acara menghilangkan sang adik — eh maksudnya, acara berpisah sementara.

Yaps! Jisung,  anak 10 tahun itu pulang-pulang dari sekolah langsung bersorak gembira sambil melambaikan kertas yang ada ditangannya. Membuat Jeno yang menjemputnya harus menahan malu saat mengekor dibelakang. Gimana enggak?! Jeno jadi ingat waktu habis sepedaan sama Jisung terus berakhir jalannya pincang kayak kakek-kakek dan berbanding terbalik dengan yang kali ini, ibarat —anak ayam yang baru dikeluarkan dari kandang.

Nah masalahnya, karena kedatangan kertas itulah perdebatan sengit kakak tertua dan kakak tengah dimulai.

Perkaranya karena Jisung ada jadwal kemah minggu depan dan butuh tanda tangan sebagai persetujuan.

Dan sampai disini, sudah paham endingnya bagaimana? 

Tentunya, Jaemin dengan segala kekuatan overprotektif nya tak akan mengijinkan si bungsu. Jangankan kemah, jalan-jalan di depan kompleks aja anaknya masih bisa hilang.

Oke, mungkin kalau kemah biasa untuk anak 10 tahun sekedar di sekitar sekolah,  Jaemin mungkin gak bakalan murka kayak emak-emak lagi manggil anaknya buat pulang karena kelepasan main sampai hari udah mau gelap. Masalahnya, ini kemah di hutan, makin jadi lah Jaemin.

Tapi, yang bikin seru —maksudnya,  yang bikin pertengkarannya gak abis-abis itu. Pro dan Kontra antara Mark dan Jaemin. Disatu sisi, Mark setuju, karena katanya disitu Jisung bisa belajar banyak hal baru. Tapi lain dengan Jaemin.

"Adikmu itu, malam-malam masih suka minta bikinin susu, yang begitu mau dilepas?" Yah, ketahuan rahasia si bungsu deh.

Ya memang, kalau lagi susah tidur, hobinya Jisung gangguin kakak-kakaknya buat bikinin susu. Apalagi kalau susu coklat, udah deh palingnya langsung semangat habis nyium aroma susunya.

Udah kayak aroma terapi yang bikin rileks.

Tapi lanjut ke topik awal. Yang lain cuman bisa menjauh dari arena pertandingan, karena yah takut nanti bakalan kena semprot kayak Haechan contohnya,  padahal cuman nanya,  "Mau makan malamnya apa?"

Jaemin langsung ngegas, "Gak liat ini lagi mode serius?! Ada beras di bawah lemari, mie di dalam kulkas, daging di dalam freezer, masih nanya lagi?! Masak sendiri, mandiri!"

Iya deh, iya....

Padahal ya memang niat Haechan mau masak, cuman kan orangnya bingung ini satu keluarga mau makan apa. Ntar kalau masak sembarangan,  salah lagi. Ya, mungkin Haechan memang ditakdirkan selalu salah disini—eh.

Tapi ya gitu, gak berhenti sampai hari udah malam, masih aja pro dan kontranya berjalan. Sampai akhirnya si bungsu mengeluarkan jurus andalannya....

Tidak, bukan bersikap lucu, malah hal itu gak mempan waktu kemarin di coba buat bujuk Jaemin karena dompet Jisung hilang.

Tapi, lebih antimainstream sih. Agak jarang digunakan Jisung, soalnya ya tau sendiri,  afeksi dan kehadiran Jaemin dalam hidup Jisung itu penting,  ya mana tega. Eits! Bukan berarti Jisung gak menghargai keberadaan yang lain ya, soalnya sekarang lagi beda konteks kalau ngomong soal keberadaan.

Jadi, setelah perdebatan malam itu. Dua hari setelahnya, Jisung tahan banget gak ngomong ama Jaemin. Ngambek ceritanya, padahal anak itu ya kalau ada apa-apa datangnya ke Jaemin duluan,  bahkan hal kecil kayak semut baris rapi aja sampai diceritain.

Jaemin pun heran, ngerasa bersalah tapi ya gimana, menurutnya pilihan gak mengijinkan Jisung itu yang terbaik. Mark bukan kalah, tapi dia lebih baik mengalah dan diam-diam malah mengikuti rencana Jisung.

Jisung mah gak tahan, pasti lah. Namanya juga pertama kali, saking gak tahannya, tiba-tiba datang ke kamar Renjun sambil nangis cuman gara-gara gak tahan pengen cerita tadi siang di sekolah dia gak bisa jawab pertanyaan 'Kenapa anak kucing dan anak anjing suka berantem?', yah random, namanya juga anak-anak.

Renjun pun cuman bisa sabar, soalnya dia gak kayak Jaemin yang bakalan dengerin dan ngasi saran sesuai mood Jisung. Tapi lebih baik Jisung datang ke Renjun sih, soalnya kalau ke Mark, Marknya jarang di rumah, kalau ke Jeno, yang ada cuman di bales deheman kecil atau 'oke, iya, lalu?' nanti malah makin nangis anaknya kalau digituin. Kalau ke Chenle, bakalan makin diejek, apalagi kalau ke Haechan, gak tau deh bakalan bagaimana isi rumah.

Ya emang paling benar ke Renjun sih. Ini semua demi ijin Jaemin! Begitu mottonya.

◆◆◆◆◆

"Ji, boleh Hyung masuk?"

"Gak."

Eh,  eh bocah,  tsunderenya udah level dewa ya.

'Ceklek'

"Loh, kan Ji gak bolehin Hyung masuk." Jisung langsung membalikan badannya membelakangi Jaemin yang  menghampirinya.

"Masih marah ya?"

"Gak."

"Itu marah."

Jaemin duduk di atas kasur sang adik sambil memandang punggung sempit yang lebih muda.

"Maaf,  bukan Hyung mengekang Jisung...." Jaemin menggantungkan kalimatnya, "Tapi Hyung rasanya selalu gak pernah siap dengan kenyataan. Gak siap Jisung cepat besar, gak siap Jisung belajar mandiri,  gak siap deh...."

"....Walaupun, Hyung setiap hari selalu mengajari Jisung untuk mandiri, untuk bisa mengerjakan sesuatu sendiri.  Tapi dalam pikirian Hyung, Jisung tetap adik kecil yang butuh Hyung."

Jisung cuman nunduk, Jaemin selalu bisa buat hati kecilnya merasa sedih. Jisung membalikan badannya, menatap Jaemin yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Hyung cuman gak siap kalau Jisung cepat besar terus udah bisa sendiri,  gak perlu bantuan Hyung lagi. Hyung jadi kesepian, Hyung jadi merasa dilupakan."

"Hyung...."

"Tapi gapapa, sekarang Hyung paham.  Jisung kecil Hyung memang harusnya sekarang belajar mandiri."

Jisung langsung memeluk Jaemin supaya gak jadi nangis, atau mungkin nangis tapi lebih nyaman kalau sambil pelukan.

"Hyung bakalan ijinin Jisung ikut kemah, tapi janji,  harus benar-benar bisa jaga diri, ingat kata Hyung, gak boleh membantah kalau Hyung kasi aturan dan harus dengerin apa kata gurunya,  deal?"

Jisung melemparkan senyuman, "Deal!"

End.

Baby of baby | Jisung park Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang