Bab 15 : Panic (1)

7.2K 817 72
                                    

Pagi yang cerah.

Awalnya begitu, 

Tidak sampai ada satu suara memenuhi seisi rumah, "Disini ada ikan teri, good morning."

Gak nyambung kan?  Banget. Mana keluar sambil ngusap-ngusap perut,  udah kode nyari sarapan pagi tuh.

Renjun yang tengah menikmati kopi pagi sambil membaca berita-berita menarik di ponselnya cuman bisa geleng-geleng. Memaklumi, hal seperti ini. Hal yang sering terjadi.

Kebetulan, Renjun memang akan pergi agak siang ke kantor. Jadi memang hobi Renjun di pagi hari seperti itu.

Jeno sudah siap lebih awal dengan seragam sekolah yang terpasang rapi,  begitupula Jaemin,  hanya saja tinggal memasang dasi.

Chenle pun, sudah hampir siap. Tapi menunda memakai atasannya karena memilih membantu Jaemin terlebih dahulu.

Mark, sudah lebih dulu pergi ke kantor. Seperti biasa, sarapan pagi Mark biasanya memang hanya roti dan selai, yah kalau lapar dia tinggal membeli makanan.

"Terus?"

"Apaan deh yang terus?"

Renjun mendecak, "itu pantun nya."

"Loh,  siapa yang lagi ngepantun?"

Loh?  Dua-duanya langsung saling natap bingung. Haechan menaikan satu alisnya, Renjun menyatukan kedua alisnya.

"Siapa bilang itu pantun, itukan cuman kalimat acak."

Renjun geleng-geleng dalam hati cuman bisa sabar, untung ditanggepin.

"Emangnya, siapa ikan teri Hyung?" tanya Chenle sambil datang bawa nampan yang isinya sarapan pagi ke atas meja.

Sambil menyambut santapan pagi, Haechan ancang-ancang nunjuk seseorang yang lagi bersandar sambil minum kopi.

"Udah deh, pagi-pagi jangan ribut mulu." Tanggap Jaemin melihat keisengan Haechan yang dengan santainya memberi sindiran pada kakaknya sendiri.

"Dari pada gangguin Renjun Hyung, makan cepat. Mandi, pakai seragam. Yang lain udah pada siap tuh." Jeno ikut menyela sambil duduk di samping Haechan untuk menikmati makan paginya.

Haechan hanya menanggapi dengan ketus, kemudian memakan sarapannya. Memang, tidak ada yang lebih baik dari makanan.

"Jisung? Belum bangun?"

Setelah beberapa menit. Baru sadar,  diantara mereka, tinggal satu yang belum ada disana, yap!  Siapa lagi kalau bukan yang bungsu. Kalau pagi-pagi gini, temen Haechan buat adu mulut ya si bungsu. Gimana enggak, adeknya itu kalau pagi tiba-tiba menjadi pemburu harta karun.


Pemburu harta karun atau detektif deh, pagi-pagi bukannya duduk tenang,  sarapan, nunggu waktu untuk pergi sekolah malah harus disibukan mencari benda yang hilang.

Sebenarnya bukan hilang, cuman tau sendiri kalau level kecerobohan Jisung itu udah tingkat berapa? Udah on the next level banget sih. Jadi pagi-pagi tuh udah terbiasa  sama teriakan teriakan khas nyari dasi, seragam, berasa kayak lagi nanya-nanya pedagang eceran.

Nah posisi Haechan, tukang ngomporin. Suka banget deh pagi-pagi ngejahilin si bungsu. Diancam-ancam, dikatain hilang lah, nanti di sekolah dihukum lah.

Ada-ada aja.

"Nanti aja bangunin dia, tau sendiri semalam dia tidur jam berapa."

Baby of baby | Jisung park Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang