Bab 19 [The end of the story ] : if we were

7.5K 666 38
                                    

Biasanya, sehabis sakit dilarang untuk capek-capek, dan enaknya itu kerjaan orang sakit, ya tiduran aja. Tapi kalau tujuh bersaudara ini agak berbeda. Penyambutan kepulangan sang adik,  dibuat meriah udah kayak mau rayain acara ulang tahun anak-anak remaja yang kalau udah mencapai umur dewasanya. 

Pakai segala kue yang gede beserta dekorasi, kalau kata Jisung ini mah ulang tahun dua kali. Tapi si bungsu terima-terima aja,  toh yang beresin bukan dia hehehe.

Gak hanya dekorasi,  rumah udah kayak pameran anak-anak di pasar malam. Heboh banget pakai ada segala mainan pancing ikan ditengah ruang tamu, terus segala lempar bola-bola. Gak tau deh ini ide siapa, tapi bisa buat Jisung salut. Soalnya,  terniat.

Pulang-pulang, Jisung disibukan dengan segala permainan di dalam rumahnya. Tentunya,  kali ini lengkap dengan formasi yang lengkap. Bukannya yang lain gak peduli sama kesehatan Jisung sehabis sakit, tapi rasanya mereka lebih memilih si kecil bahagia dulu.

Walaupun begitu, permainan didalam masih bisa di kontrol, dengan begitu si bungsu tetap dapat menikmati harinya. Benar-benar seperti ulang tahun dua kali. 

◆◆◆◆◆

Puas bermain, setiap mereka berkumpul di halaman belakang rumah. Makan malam sudah siap dengan rapi diatas meja. Mata Jisung berbinar, menatap hidangan diatas meja yang terbilang sangat banyak ditambah berbagai daging panggang yang memang sangat Jisung suka.

Segera setiap mereka duduk dan satu persatu mulai menikmati makan malam spesial.

Sejenak diam, Jisung terlihat mengamati satu persatu kakaknya. Sambil terus mengunyah makanannya,  layang tatapan Jisung sangat rinci pada kakak-kakaknya yang sedang makan dengan serius sampai mengundang perhatian Mark untuk bertanya.

"Kenapa?" mendengar suara Mark, yang lain tampak memperhatikan sambil terus memakan makan malam mereka.

Jisung menoleh, "hanya sedang berpikir."

"Mikirin apa?" lagi, Mark bertanya.

Yang lebih muda diam sebentar, kemudian melanjutkan perkataannya, "hanya berpikir, kenapa Jeno hyung tidak menjadi anak pertama?"

Sontak Jeno tersedak makanannya sendiri, membuat yang lain berlomba menyodorkannya minuman.

Mark bingung, "kenapa bertanya seperti itu?"

Yang lain pun tampak penasaran. Dari tadi ngelihatin Jisung serius banget.

"Badan Jeno hyung besar, lebih besar dari Mark Hyung. "

Yang lain menanggapi si kecil dengan sedikit tertawa, begitupula Mark, "memangnya menurut Jisung, kalau badan besar itu berarti juga mendefinisikan umurnya?"

"Soalnya kan, yang duluan lahir duluan besar, iya kan?" Jisung masih kekeuh dengan pernyataannya.

Jeno tertawa pelan, "tumbuh tinggi atau besarnya badan, juga tergantung DNA yang dipunya. Selain itu banyak faktor yang mendukung untuk bisa punya badan yang besar."

"Begitu ya?" Jisung memanggut-manggut.

"Lagi pula,  Jeno gak cocok mah jadi yang paling tua." cibir Haechan, "nanti rumah bakalan jadi medan tempur."

"Kok?" Jeno bingung.

"Ya iya, love language nya kan physical fight." Haechan tertawa menggapai perkataannya, namun setelahnya kembali memasang muka normal saat melihat tak ada yang menanggapi lelucon tak lucunya, "bercanda,  maksudnya itu,  karena Jeno sayang dan gak mau saudaran nya kenapa-napa,  dia bakalan ajarin kita semua cara melindungi diri dengan. Bakalan capek banget karena keseringan latihan fisik."

Baby of baby | Jisung park Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang