Bab ini di-post sekarang utk menemani Kakak2 yg lg istirahat sebentas pas lg masak kue atau masak ketupat-opor. Semoga kita lebaran barengan. Jangan gara2 hilal setitik, rusak opor sepanci, hehehe.
Juga untuk Kakak2 yg msh dlm perjalanan mudik. Semoga selamat sampai ke kampung halaman, sukses menjawab pertanyaan sanak saudara, serta selamat hingga kembali ke kota tempat mencari nafkah.
Selamat Idul Fitri untuk Kakak2 yg merayakan. Mohon maaf lahir batin atas semua khilaf saya selama kita berinteraksi selama ini 🙏🏻🙏🏻
Semoga kita bertemu lagi di Ramadhan tahun depan.* * *
Erlang memang ingin bertemu Farah. Berkali-kali ia menghubungi Farah, bahkan menggunakan alasan receh seperti oleh-oleh untuk bisa bertemu gadis itu. Tapi tidak dengan keadaan seperti ini. Ketika Farah datang ke rumahnya sore itu, Erlang malah kelabakan sendiri.
Erlang sedang berada di kamarnya ketika bel rumahnya berbunyi. Meski sudah dua pekan Ayu membantu di rumahnya, tapi gadis itu belum pernah keluar rumah untuk membukakan pintu. Gadis itu hanya membukakan pintu untuk Erlang. Sementara jika ada tamu yang datang, tetap Erlang yang membukakan pintu.
Pada bel kedua, Erlang sudah berada di balik jendela ruang tamu. Ia mengintip sekilas sebelum membuka pintu, dan merasa antusias ketika melihat wajah Farah di balik pagar. Ia baru saja hendak membuka pintu rumah ketika ia mendengar suara gemericik dari kamar mandi di dekat dapur.
Astaga!
Erlang baru ingat bahwa ia tidak sendirian di rumah. Terlebih, orang yang tinggal di rumah bersamanya adalah Ayu, teman Farah saat di Bali. Dan membuat Farah salah paham tentu bukan keinginannya. Setelah semua perjuangannya mendekati Farah kembali selama setahun ini, ia tidak akan membiarkan Farah pergi lagi hanya karena kesalah-pahaman. Kesalah-pahaman apapun itu.
Maka dengan langkah cepat Erlang menuju kamar mandi luar dan mengetuk pintunya.
"Ayu! Udah selesai mandi?" tanya Erlang.
Sore itu Ayu baru pulang kerja dari cafe dan seperti biasa ia langsung mandi.
Tidak terdengar jawaban Ayu dari dalam kamar mandi. Alih-alih, suara gemericik air terus berlanjut. Pasti gadis itu tidak mendengar suara ketukan pintu dan suara Erlang.
Sekali lagi Erlang mengetuk dengan lebih tegas, dan menaikkan volume suaranya. Ia berusaha agar suaranya didengar Ayu, dan di saat yang sama berusaha menjaga agar suaranya tidak sampai terdengar keluar rumah.
"Ayu! Please, buka pintunya!"
Suara gemericik air dari shower berhenti.
"Pak Erlang?" suara dari dalam kamar mandi.
"Buka pintunya!"
"Tapi saya belum selesai."
Bel rumah ditekan untuk keempat kalinya. Membuat Erlang makin panik.
Erlang mengetuk dengan tidak sabar. "Bisa udahan dulu mandinya? Please!"
"Saya belum pakai baju."
"Keluar pakai handuk aja! Cepetan!" Kali ini ia tidak lagi memakai nada atau kata-kata meminta tolong. Ia memaksa. "Farah datang!"
Terdengar decakan sebal dari dalam kamar mandi. Tapi untungnya lima detik kemudian pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan gadis berwajah kesal, dengan tubuh yang hanya dililit handuk yang hanya bisa menutup hingga beberapa sentimeter di bawah pinggulnya, dan rambut digelung tinggi. Tangannya memeluk pakaiannya yang tidak sempat dipakai, di depan dadanya.
Bahkan meski sedang panik karena kehadiran Farah, Erlang sempat-sempatnya menyadari bentuk tubuh Ayu yang menarik.
Ayu berdecak kesal. Suaranya membuyarkan pikiran ngawur Erlang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUGENIA: Healing Flos
RomanceCAMPUS SERIES #3 Eugenia caryophyllata flos (bunga cengkeh) dipetik sebelum mekar, kemudian segera dikeringkan. Tidak ada lagi keindahan yang tersisa darinya. Seperti itulah hidup gadis itu. Siapa sangka, saat kemudian bunga kering itu diproses pa...