Ya, harusnya mereka hanya menjadi orang asing.
Tapi kenapa orang asing itu sudah berdiri di dapurnya sepagi itu?
Sudah hampir dua bulan ini dapurnya tidak digunakan di waktu sepagi ini. Sejak Mbok Nah, asisten rumah tangganya, pulang kampung, dapur tersebut tidak lagi digunakan untuk menyiapkan sarapan. Ia belum mendapatkan asisten rumah tangga lain, sehingga biasanya Erlang hanya menyiapkan sarapan sederhana untuk dirinya sendiri, atau memanaskan masakan di malam sebelumnya. Ia hanya memasak untuk makan malam. Itupun kalau dirinya sedang malas memasak, ia cukup membawa makanan dari salah satu restoran miliknya yang sedang dikunjungiya.
Tapi pagi itu, gadis itu sudah menjajah area kekuasaan Mbok Nah dan dirinya.
"Pagi, Pak!" sapa gadis itu sambil menoleh, ketika menyadari Erlang memasuki dapur.
Penjajah dengan wajah berbahaya.
"Maaf saya nggak minta ijin Bapak dulu kalau mau pakai dapur."
Erlang tidak menjawab. Ia hanya duduk di salah satu kursi di ruang makan yang menghadap ke dapur. Lama ia terdiam disana, menyaksikan gadis itu berkutat di dapur, sampai akhirnya gadis itu kembali menoleh padanya dan melangkah menghampirinya.
"Bapak kalau pagi, ngopi kan?" Ayu bertanya, tapi sudah sambil meletakkan secangkir kopi di hadapan Erlang.
"Makasih," jawab Erlang. "Tapi harusnya kamu nggak perlu repot-repot, Yu. Saya biasa makan roti aja buat sarapan."
"Tapi rotinya udah berjamur dan kadaluarsa 2 hari lalu Pak. Jadi saya buang. Makanya saya pikir perlu masak buat sarapan," jawab Ayu.
Sepertinya Erlang memang lupa memeriksa dan membuang stok makanan yang hampir basi/kadaluarsa di rumah sebelum ia pergi ke Bali.
"Lagian, ini juga bentuk terima kasih saya, karena Bapak mau menampung saya sementara di sini. Kalau nggak, saya beneran nginep di bandara atau terminal bis."
Saat itu Ayu hanya tersenyum kecil kepadanya. Tapi entah mengapa senyum itu terlihat hangat. Saat itu sosok Ayu mengingatkan Erlang kepada Farah. Sebelum kesalahan setahun lalu itu terjadi, Farah juga gadis yang ceria dan hangat.
Barangkali karena perasaan inilah yang membuat Erlang kemarin, alih-alih berpisah dengan Ayu di bandara dan membiarkan gadis itu jadi gelandangan di Jakarta, justru menarik tangan gadis itu memasuki taksi bandara dan membawanya pulang.
"Kamu tinggal di rumah saya dulu aja," kata Erlang kemarin, dengan wajah tegas yang tidak menerima protes. "Kalau kamu sudah dapet kerja dan kosan, baru kamu bisa pergi."
Jadi akhirnya sejak siang kemarin Ayu tinggal di kamar tamu di rumah Erlang. Saat Erlang memasak makan malam dan Ayu menawarkan diri membantunya mencuci piring, Erlang juga sudah memberi tahu tempat penyimpanan sayur, buah, telur, daging dan bahan makanan lainnya. Juga tempat menyimpan peralatan masak dan makan. Kalau-kalau Ayu membutuhkan untuk memasak makanan yang diinginkannya sendiri, seperti mie instan misalnya. Tidak disangka, informasi itu justru digunakan Ayu untuk menyiapkan sarapan pagi ini.
Ayu kembali ke dapur dan sibuk di sana untuk beberapa saat, untuk kemudian kembali membawa semangkuk tumis pare-teri, omelette, dan sosis bakar dan meletakkannya di atas meja makan. Setelah itu beberapa kali ia bolak-balik dapur dan ruang makan untuk menyiapkan piring, sendok, garpu, mangkuk nasi dan air minum.
"Saya nemu pare di kulkas. Jadi saya masak," kata Ayu sambil duduk di kursi makan juga, di hadapan Erlang. "Tapi kalau Bapak nggak cocok makan nasi dan tumis pare-teri pagi-pagi, saya siapin omelette dan sosis juga."
"Saya pemakan segala. Semuanya saya suka," jawab Erlang. "Makasih ya."
"Sama-sama, Pak," jawab Ayu.
Erlang memindahkan nasi ke piringnya. Mengambil 2 sendok makan tumis pare-teri, setengah potong omelette, dan sepotong sosis bakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUGENIA: Healing Flos
RomanceCAMPUS SERIES #3 Eugenia caryophyllata flos (bunga cengkeh) dipetik sebelum mekar, kemudian segera dikeringkan. Tidak ada lagi keindahan yang tersisa darinya. Seperti itulah hidup gadis itu. Siapa sangka, saat kemudian bunga kering itu diproses pa...