Ting-tong!Itu bunyi bel biasa, tapi respon Ayu yang tidak biasa. Gadis itu terlonjak dari duduknya dengan kegugupan yang berlebihan. Ekspresi wajahnya siaga.
"Itu room service. Nggak usah takut," kata Erlang menenangkan.
Ayu memutar duduknya hingga membelakangi pintu. Siapapun petugas room service yang datang, ia pasti akan mengenali Ayu karena sama-sama pegawai di hotel itu. Dan Ayu tidak ingin hal itu terjadi.
Erlang melangkah menuju pintu, membukakan pintu dan bicara sebentar dengan petugas itu. Kemudian mengambil apa yang dibawa sang petugas, dan menutup kembali pintu kamarnya.
Ia melangkah mendekati Ayu yang duduk di kursi di depan meja rias, lalu meletakkan nampan yang tadi dibawakan petugas room service di meja rias.
"Minum dulu. Biar badan kamu lebih hangat. Dan lebih tenang," Erlang mempersilakan, sambil mengerling secangkir teh hangat di atas nampan.
Tapi Ayu bergeming.
Erlang meraih kotak obat di atas nampan yang sama, lalu membukanya.
"Jasmine tea. Aromanya bisa membantu menenangkan."
Ayu tetap bergeming.
"Kamu anemia?"
"Hah?" Kali ini akhirnya Ayu merespon, meski hanya dengan menolehkan kepalanya dan memandang Erlang dengan tatapan terganggu, sekaligus bingung.
"Teh mengandung tanin yang bisa mengganggu absorbsi sejumlah nutrisi dan zat yang kita konsumsi," kata Erlang dengan ekspresi tenang, seolah tidak terganggu dengan pelototan Ayu. "Makanya nggak dianjurkan minum obat dengan teh. Terutama pada orang yang punya penyakit anemia, minum teh akan menghambat absorbsi zat besi yang bisa memperparah kondisi anemia defisiensi besi."
Hah? Kok malah kuliah?
"Kamu nggak mau minum teh, bukan karena kamu anemia kan?"
Ayu menatap pria di hadapannya dengan makin sebal."Saya nggak butuh teh. Saya butuh pergi dari sini secepatnya."
"Luka kamu perlu diobatin dulu." Erlang mengulurkan tangannya yang memegang kapas yang sudah dibasahi antiseptik. Tapi Ayu menepisnya.
"Saya nggak perlu obat, Pak. Tolong biarin saya keluar dari sini. Saya harus pergi secepatnya."
Setelah tadi Ayu selesai mengemas pakaian dan barang-barang di kamarnya ke dalam sebuah tas besar, Erlang langsung menyambar tas besar itu. Tangannya yang satu lagi menyambar tangan Ayu dan menariknya menuju kamarnya di hotel. Ayu tidak mengerti maksud lelaki ini apa, tapi seiring waktu dia makin panik.
"Kamu mau pergi kemana?" tanya Erlang sekali lagi. Tadi ia sudah menanyakan hal itu, tapi malah dijawab mau pergi ke neraka.
Ayu menghela nafas dengan tidak sabar. "Kemana aja. Yang jauh. Makanya saya harus ke bandara sekarang. Makin lama saya disini, orang itu bisa aja udah sadar dan langsung nanya-nanya tentang saya ke bos saya di club. Dia bisa tahu saya kerja dan tinggal disini."
"Tapi dia nggak akan tahu kamu tinggal di kamar ini. Jadi disini, kamu aman."
"Bapak ngapain sih? Nggak usah ikut campur urusan saya!"
Erlang termenung sesaat. Benar juga. Ngapain dia mesti ikut campur urusan gadis ini sih? Kalau gadis ini punya masalah serius dengan lelaki tadi sampai harus kabur segala, bukankah yang Erlang lakukan kini hanya akan menambah masalah bagi dirinya? Kenapa dirinya mesti susah-susah memedulikan gadis ini sih?
"Apa Jakarta sudah cukup jauh?"
"Hah?"
"Saya udah cek. Penerbangan paling dekat baru ada jam 7 besok pagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
EUGENIA: Healing Flos
RomanceCAMPUS SERIES #3 Eugenia caryophyllata flos (bunga cengkeh) dipetik sebelum mekar, kemudian segera dikeringkan. Tidak ada lagi keindahan yang tersisa darinya. Seperti itulah hidup gadis itu. Siapa sangka, saat kemudian bunga kering itu diproses pa...