11. Hanna Marah

241 18 2
                                    

"Tuan Putri, saya juga sama seperti Pangeran Iyllo. Saya adalah makhluk yang sama seperti Beliau."

Deg ....

Jantung Hanna berdetak kaget. Ucapan dosennya mengalihkan perhatian Hanna untuk membuka pintu mobil.

"Berapapun makhluk jelmaan seperti kalian, tolong jangan ganggu kehidupan saya!" ucapnya dingin lalu meninggalkan Avv yang masih ada di dalam mobil.

Brak!

Hanna menggebrak pintu mobil cukup keras sehingga menimbulkan suara berdentum. Avv merasa bersalah. Akankah dia dihukum pangerannya karena sudah membuat calon istrinya marah?

"Maafkan saya, Pangeran," rintihnya dalam hati.

Hanna dengan cepat melangkahkan kakinya menjauh dari lokasi mobil Avv supaya tidak ada yang melihatnya. Tapi hasilnya percuma, ada Zayn yang tiba-tiba datang dari berlawanan.

"Hann!" panggil Zayn.

Hanna menepuk dahinya, habis sudah. Ia berpikiran pagi tadi, 'Zayn kenapa tidak ada di luar apartemen aku, ya?'

"Kamu baru sampai?"

Hanna menggigit bibir bawahnya. Alih-alih takut ketahuan siapa yang datang bersamanya.

"Bukannya pagi tadi kamu berangkat duluan?"

"Ehh??" Hanna bingung dibuatnya.

"Padahal aku sudah sampai di depan apartemen kamu," keluh Zayn membuat Hanna tidak enak.

"Kamu kenapa bohongi aku, Han?"

"Ehh??" Hanna bingung, harus menjawab apa.

"Bagaimana ini?"

"Waktu aku sampai di depan apartemen kamu, ada pria yang tidak aku kenal. Lalu bilang katanya kamu sudah berangkat naik taksi," jelas Zayn membuat Hanna sedikit paham.

"Apakah ini perbuatan Iyllo?" geram Hanna dalam hati.

"Benar, calon istriku yang bandel."

Jawaban Iyllo melalui suara bayangannya menyentak kesadaran Hanna. Ia melirik-lirik di sekitarnya, mencari keberadaan makhluk jelmaan itu. Setelah mendapatkan makhluk itu, ternyata ia sedang tersenyum sepuluh meter di belakang Zayn.

Iyllo tersenyum. Senyum itu menghangatkan hati Hanna. Ia seolah menjadi wanita lemah lembut saat ini.

"Ada apa, Han?" tanya Zayn menyentuh lengan Hanna.

Hanna yang mengingat kata-kata Iyllo beberapa saat lalu, ia mundur menghindari sentuhan Zayn.

"Kamu kenapa, sih, Han?" tanya Zayn sekali lagi.

"M-maafkan aku, Zayn. Ayo kita ke kelas," pungkasnya lalu berjalan mendahului Zayn.

Zayn mengedikkan bahunya acuh lalu menyusul Hanna di belakangnya.

***

Kelas riuh menunggu kedatangan dosen. Hari ini adalah matkulnya pak Avvanz, dosen barunya. Lima belas menit berlalu sudah melampaui batas waktu masuk.

Dia ke mana? Bukankah dia tipe dosen yang disiplin?

Hanna bangkit dari duduk jengahnya. Ia menghampiri sekumpulan mahasiswa lain.

"Apakah tidak ada yang dihubungi pak Avvanz?"  tanyanya pada mereka.

Semuanya menggeleng. Merasa ada yang tidak beres, Hanna ke luar dari kelasnya.

"Mau ke mana, Han?" tanya Zayn.

"Aku ikut, Han!" teriak Wikky.

Baru saja ia melangkahkan dua kakinya, Hanna menatapnya dengan tatapan mendelik.

Satu PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang