"Kamu makan apa?" tanya Sherina, ketika mereka sudah sampai di tempat makan, warung makanan khas padang.
Baru buka beberapa minggu yang lalu, jadi wajar saja kalau makanan khas ini sangat diminati oleh orang-orang seperti mereka. Tidak semua, Rata-rata, tidak juga, seperempat mungkin, buat yang suka makan pedas. Makanan padang sumber pedas, apalagi cabenya. Makyuus lah buat Sherina.
Dia paling suka pedas, ciri khas dia gitu. Buat Yulia dia tidak terlalu suka pedas, suka saja, itu pun dibatasi. Karena dia tidak akan seperti dulu yang doyan makan sambal.
"Aku, pakai ikan bakar, saja, kasih gulai nangka, kalau ada," jawab Yulia.
Sherina pun beranjak dari duduk, terus bilang ke abangnya. Kemudian Sherina sempat bertanya lagi pada Yulia. "Kamu mau minum apa?"
"Teh mandi, jangan terlalu manis ya?" jawabnya kemudian.
Sherina pun kembali ke tempat duduk, beberapa detik kemudian pesanan mereka datang, tinggal minuman sedang dibuatin oleh pemilik rumah tersebut. Sebelum mereka makan, mereka disediakan mangkuk buat cuci tangan.
Mereka pun menyantap makanan itu. Selang beberapa menit, ada anak jurusan lain. Entah dari mana masuk ke warung ini. Mereka duduk sambil tanya teman-temannya. Yulia dan Sherina santai dengan makanan di meja tersebut.
Tidak lama kemudian, salah satu anak jurusan yang agak kepo. Mereka pun bersuara lumayan keras. Bukan berarti sengaja orang tau. Kalau mereka sedang bergosip atau sedang ngomongin orang.
"Kelen uda dengar belum anak jurusan Akuntansi, si anak berandalan itu?" ucap anak jurusan Teknik.
"Siapa? Anak jurusan Akuntansi banyak loh," jawab temannya.
"Ck! Itu loh, Samuel Ardian Cokroaminoto, anak berandalan, yang sok paling cakep di kampus kita," ucapnya.
"Oh dia! Memang kenapa sama anak itu?" sambung temannya, eh, malah tanya lagi.
"Dengar-dengar sih, dia bakal di D.O sama kampus kita," katanya.
Teman-temannya kaget. "Masa sih? Bukannya gua dengar dia dipindahin sama nyokapnya? Soalnya si nyokapnya punya perusahaan besar di luar negeri," sambung temannya satu lagi.
Yulia dan Sherina seakan memasang kuping buat dengar gosip meja sebelah. Bukan mencuri percakapan mereka. Kesalahan mereka sendiri gosip pun pakai volume keras, biar yang lain tau gitu.
"Yang benar mana sih?" tuding salah satu teman ceweknya.
"Dengar sih, dia bakal dipindahin ke luar negeri. Kalau di D.O gak mungkin deh. Otak encer kayak dia masa didepak dari kampus sih?"
"Emang siapa yang bilang dia bakal di D.O?" tanya teman cewek yang memang kesal kalau Samuel di bilang bakal di keluarin sama kampus.
Ketiga temannya tau banget, kalau teman cewek satu ini cinta mati banget sama Samuel. Walau sering di tolak mulu. "Gak tau, gua cuma dengar doang pas belum bubar dari kelas. Katanya gitu. Gak tau sih di D.O apa pindah," katanya.
"Mungkin kuping kau perlu di korek deh, bisa jadi dia bilang pindahan, atau dikeluarkan, atau putus kuliah. Anak kayak gitu di D.O muka emaknya taruh di mana tuh? Orang kaya lagi?!" tutur cewek itu.
Yulia masih diam, dia masih menyimak apa dibicarakan oleh keempat anak jurusan itu. Sherina yang memperhatikan pun mengamati Yulia. Siapa yang tidak tau. Sherina tau, hubungan Yulia sama Samuel bagaimana. Meskipun banyak anak kelas diam memilih tidak membahas hal itu.
Selesai makan bersama dengan Sherina di warung padang. Mereka langsung memilih cabut dari tempat itu. Yulia masih diam sampai sekarang. Sherina yang penasaran ingin bertanya tapi dia ragu, takut Yulia tersinggung atas pertanyaannya. Mungkin dia paling bawel di kelas. Dosen saja pusing setiap pertanyaan dia lontarkan.
Sherina memang tidak sepintar otaknya Samuel. Setidaknya dia juga punya kemampuan segala mata kuliah. Meskipun Samuel anak jurusan Akuntansi. Tetap saja Sherina jauh lebih unggul.
"Sudah deh, gak usah di dengerin omongan mereka tadi. Itu cuma gosip basi. Mana mungkin Samuel putus kuliah," hibur Sherina.
Walaupun hiburannya sedikit canggung. Tapi apalah, dia cuma berusaha. Agak kaku juga buat dianya. "Gak kok, siapa yang percaya, memang dia siapanya aku? Dia cuma terlalu berlebihan," ucap Yulia.
Padahal dalam hati dia percaya dengan omongan anak jurusan tadi. Sudah dua bulan, Samuel tidak memunculkan mukanya di kampus. Bahkan soal kabar pun tidak ada. Pastinya Yulia juga pengin tau di mana Samuel sekarang. Tidak mungkin dia datang ke kelas Akuntansi hanya cuma tanya kabar Samuel. Gimana anak lain kalau tau Samuel suka sama anak Sistem Informasi kelas A. Yulia belum siap jadi bahan gosip kampusnya. Apalagi buat terkenal juga dia tidak berharap.
"Masa sih? Bukan siapa-siapa dia? Terus selama tiga semester, ngapain saja dia di sana? Kalau bukan karena ...."
"Lain kali kita ngobrol lagi, ya. Becak aku uda datang, bye!"
Yulia berlari kecil dan masuk ke becak sudah di tunggu dari tadi. Sherina berdiri di sana hanya bisa memantau hingga kendaraan roda tiga itu menghilang. Sherina pun memutar arah, dia juga akan pulang ke rumah dia.
Sampai di rumah kontrakan, Yulia berikan selembar uang kepada becak yang setia menunggu di depan kampus. Kemudian dia hendak mengambil kunci pintu, tetapi dia merasa ada sebuah kendaraan berhenti tidak jauh dari tempat kontrakannya.
Seseorang berjalan meliputi jalan tanpa cahaya lampu. Yulia masih mengamati, buat jaga-jaga jika ada hal tidak diinginkan oleh penjahat.
"Hai, apa kabar? Kenapa lama sekali pulangnya? Bagaimana kabar Kampus?" suara itu, Yulia kenal sekali. Lampu yang rusak itu tiba-tiba berkedip.
Yulia hanya berdiri tanpa membalas pertanyaan dari orang dia rindukan. Padahal Sherina sempat bertanya, dan dia juga menjawab Samuel bukan siapa-siapa. Tidak ada yang bisa membohongi perasaan. Dari kali pertama Yulia juga suka dengan Samuel. Awal perkenalan saat menjadi anak mahasiswi di kampus.
Tanpa rancangan apa pun Yulia mengangkat kaki dan memeluk Samuel, hingga laki-laki itu hampir kurang keseimbangan. Yulia hanya bisa mengeluarkan suara isak tangis bahagia. Samuel tahu, dua bulan itu berat untuk wanita dia cintai.
"Sorry, buat kamu khawatir, ada hal yang harus aku selesain," ucap Samuel memeluk sebagai tanda dia juga rindu dengan Yulia.
Yulia hanya menggeleng. Bahkan dia tidak ingin melepaskan pelukan itu. Dia tidak peduli jika ada yang melihatnya. Toh, itu yang dia inginkan. Bahwa masih ada laki-laki yang mencintainya. Segenap tulus hatinya.
Sekarang Samuel membawa Yulia ke suatu tempat. Tempat jarang ada yang ketahui. Samuel sudah merencanakan ini semua setelah nanti mereka benar benar akan pisah.
"Kamu suka?"
Yulia mengangguk, dia tidak akan bisa bohong. Tentu dia suka. Tempat yang indah, walau tempat ini cukup mewah baginya. Samuel menggenggam tangan wanita itu. Entah tangan ini yang selalu dia impikan akan menjadi warna hidup masa depannya.
"Kamu ingin minum?" Samuel menawarkan minuman pada Yulia. Yulia terlalu bawa suasana hingga apa yang diucap oleh Samuel lupa.
Samuel pun beranjak dari duduknya, kemudian dia bawa beberapa botol minuman, lalu dia letakkan berbarengan dengan mereka. Yulia merunduk, menatap sebuah botol minuman yang tidak asing di matanya. Samuel membuka tutup botol itu kemudian teguh hingga setengah. Dia merasa lega setelah meminum minuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐱-𝐁𝐚𝐬𝐭𝐚𝐫𝐝 (Drama Romantis)
RomanceYulia berharap tidak akan bertemu pria yang sudah menyumbangkan sperma padanya. Pria yang tak bertanggungjawab dengan seenak jidat menghina Yulia seorang wanita jalang. Kekesalan Yulia sudah tak dapat dibendung lagi, untuk selamanya Yulia bersumpah...