Tiba di kantor, Yulia keluar dari mobilnya tak lupa dengan tas kantornya juga. Ketika beranjak dari tempat pemarkiran mobil, sebuah mobil melintas di sampingnya. Hampir membuat Yulia diserepet oleh model mobil honda jazz.
Yulia menggerutu kesal pada mobil yang lewat tanpa peduli terhadapnya. "Memang ini wilayah kakek mu?! Seenak jidatmu saja lewat tanpa beri tanda bunyian klakson?!"
Yulia kembali melanjutkan langkah kaki lewat belakang basemen. Untuk posisi seperti Yulia itu mau sekretaris, accounting, purchasing, mekanik, marketing, payroll, piutang, cost control, dan lain-lain. Semua tetap melalui jalur basemen, beda manager, kepala suku general manager lewat lobi.
Yulia bekerja di salah satu perusahaan perhotelan. Untuk hotel yang tidak selalu tinggi, bintang masih level empat. Bagi Yulia cukup puas walau masih kurang untuk gaji yang sekarang melalui UMR.
"Selamat pagi, Ibu Yulia!" sapa seseorang, seorang wanita yang manis tapi genit.
Yulia melirik tanpa senyum, buat apa beri senyum kalau wanita itu sudah diberikan untuknya. Sayang kalau kasih senyum tetapi malah diabaikan oleh yang lain.
"Hem ... pagi juga!" sambut Yulia membalas sapaan dari wanita itu.
"Tumben hari ini, kamu terlambat masuk? Oh ya, kamu sudah dapat kabar berita terkini belum?" ucapnya, meletakkan sidik jari di mesin abensi.
"Berita apa?" Yulia bertanya, setelah bergiliran melakukan sidik jari tersebut.
Wanita itu dan Yulia beranjak dari tempat pengisian absensi. Kemudian menuju kantor mereka masing-masing. Wanita itu bernama Lina, seorang sekretaris pastinya.
"Boss kita akan digantikan oleh orang lain. Apalagi bos kita yang dulu sudah dimutasi kan ke tempat lain oleh bapaknya sendiri. Sistem untuk kinerja peraturan kita nanti akan lebih berat dari biasanya, katanya bos baru ini lebih dingin, pemarah, tidak sabaran, suka atur, kejam, datar, dan pasti lebih cakep dari bos dulu!" ucap Lina menceritakan apa yang ia ketahui berita gosip terkini.
"Oohh!"
Sampai di pintu samping memasuki lobi tersebut. Yulia dan Lima berpisah, sebab, Lina menuju kantornya sendiri sedangkan Yulia melewati lobi ada satu pintu khusus untuk memasuki ke kantornya menggunakan tangga tanpa menggunakan lift.
Lift hanya untuk tamu menginap di hotel tersebut. Yulia bagian piutang, walau sebagai supervisor namun merangkap menjadi administrasi penagihan pembayaran invoice penginapan dari pengunjung.
Bagi Yulia sudah tidak pusing soal pekerjaan yang menyimpang itu. Lantai 5 adalah kantor Yulia tempati. Sedikit terpencil, karena kantor tersebut terpisah banget untuk tidak diketahui oleh penginapan para pelanggan.
Tiba di depan pintu kaca kokoh, suara printer epson terdengar garing. Beberapa penghuni di lantai 5 itu telah sibuk melakukan kegiatan tugas-tugas mereka. Di sana ada beberapa posisi untuk lantai lima tersebut. Terdiri dari tiga bagian. Audit berserta dengan managernya, Accounting berserta supervisor dan manager, kemudian administrasi piutang berserta supervisor dengan Manager, dan kolektor. Karena sampai sekarang admintrasi untuk anggota baru belum ada pengganti. Jadi Yulia terpaksa menjadi supervisor, sebab salah satu rekan kerjanya sang manager resign dari pekerjaannya. Mau tak mau Yulia di angkat menjadi Supervisor merangkap menjadi administrasi.
Walau pun gaji tidak naik, tetap saja Yulia merasa tak adil. Gaji kecil bukan berarti ia harus mengundurkan diri dari pekerjaan walau posisinya itu pangkat supervisor. Well, gaji di bawah UMR, untuk yang lulus SMA saja sudah mencakup gaji di atas dua juta. Sedangkan Yulia masih satu juta lima ratus. Bagi dirinya hidup Yulia di ambang nasib kehidupan.
Namun Yulia selalu optimis kerja di bawah tekanan sudah profesi. Karena, apa yang dia lakukan sudah memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bisa menghidupi Kesya. Selain itu, Yulia memiliki sampingan yaitu berjualan kue online. Tak seberapa, namun sudah membahagiakan.
"Selamat pagi, Bu Yulia," sapa Ida, bagian admintrasi Audit.
Yulia hanya senyum sekilas kemudian memasuki kantornya. Christine, sang manajer sudah menatap serius di komputer serta laptop di sampingnya. Yulia meletakkan tas ke dalam laci meja kerjanya. Tak berapa detik, telegram berbunyi.
"Halo, dengan Yulia bagian piutang ada yang bisa saya bantu?" ucap Yulia dengan logat sopannya.
"YULIA! Mana rekening koran ku!" teriak dari seberang. Yulia sedikit menjauh dari telegram ke telinganya.
Kemudian ia meletakkan kembali ke telinga.
"Ini, aku baru mau ke bank. Sabar ya?!" jawabnya untuk bersiap menuju ke bank. Karena bank hanya dekat di depan perhotelan.
"Oke, cepat ya?! Soalnya si bos baru mau melihatnya," pinta orang itu.
"Iya," ujarnya mengakhiri untuk penutupan telepon.
Seperti inilah kegiatan Yulia merangkap admintrasi. Bagaimana tidak? Bos yang lama tidak mengizinkan untuk menambah anggota baru. Padahal Yulia sangat lelah, apalagi bolak - balik untuk mengambil rekening koran di bank.
Ketika akan menuju ke bank, Yulia melewati seseorang dari arah basemen. Ya, Yulia menuju arah basemen tidak diperbolehkan untuk karyawan kantor melewati lobi.
Sosok itu menabrak bahu Yulia saat melintas keluar dari basemen. Sontak Yulia mundur kebelakang. Dengkusan untuk Yulia membuat orang itu tidak menoleh apalagi meminta maaf.
Yulia meniupkan poni depan dengan laga jengkel pada sosok berbadan tegap itu. "Apaan sih, itu orang?! Bukannya minta maaf atau apa gitu? Main selonong pergi saja?!" gerutunya melanjutkan langkah ke bank.
Sampai di bank, Yulia menunggu antrian. Ponsel android samsung, masih menggunakan aplikasi BBM. Teman kerjanya mengirim pesan. Meminta dirinya segera kembali ke kantor, karena bos baru berada di kantornya.
Dengan cepat Yulia pun membalas pesanan dari temannya yaitu Ida, bagian admintrasi Audit. Mereka tidak mengerti posisi Yulia sekarang. Mereka mengira Yulia seperti memiliki seribu bayangan. Berpencar kemanapun?
Setelah mengambil rekening koran dari bank. Yulia pun kembali ke kantor. Untuk sementara ia kembali ke lantai lima, nada ringtone BBM terus berbunyi. Sambil membalas satu per satu. Hingga dirinya tidak melihat arah jalan menuju ke kantornya. Lagi-lagi ia harus menabrak seseorang di depannya.
Yulia terpental mundur, ia kembali untuk mengumpat sekian kalinya. "Busyet?! Kalau jalan itu bisa ...."
Bagaikan waktu berhenti, Yulia mematung ketika dirinya mengangkat untuk mengumpat seseorang di depannya. Sosok yang berdiri menatap tajam arah Yulia pun ikut tidak bertindak. Saling menatap, dan seperti masa-masa lalu kembali mempertemukan mereka. Beberapa menit kemudian, seulas bibir yang dingin tadi ketarik panjang, dan senyum kepada Yulia.
"Hai, kita bertemu lagi, mantan terindah," ucapnya mengulurkan tangan pada Yulia. Yulia seperti kehilangan detak jantung, ia tidak bisa berpikir lagi. Sepertinya ia merasa dunia telah terbalik. Sumpahan yang pernah ia ucap harus berbalik bertemu dengan pria bajiingan.
"Mantan indah kepalamu!" batin Yulia.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐱-𝐁𝐚𝐬𝐭𝐚𝐫𝐝 (Drama Romantis)
RomansaYulia berharap tidak akan bertemu pria yang sudah menyumbangkan sperma padanya. Pria yang tak bertanggungjawab dengan seenak jidat menghina Yulia seorang wanita jalang. Kekesalan Yulia sudah tak dapat dibendung lagi, untuk selamanya Yulia bersumpah...