"Aku tau kamu masih menyimpan foto ini, ah sudah lama sekali. Bagaimana rasanya kalau aku benar-benar menikahimu. Lalu hubungan seperti awal lagi, mungkin ... akan ...."
Samuel melirik Yulia sembari membayangkan hal-hal yang tidak semestinya dipikirkan oleh nya sekarang.
"Saya tidak sudi punya suami seperti Anda, Bapak Samuel!" tolak Yulia, memasang dua mata betapa dia sangat benci pada Samuel.
Samuel tidak peduli dengan kebencian pada mantan kekasihnya. Dia beranjak dari sana, kemudian membungkuk sedikit badannya ke Yulia sedang merapikan lemarinya tersebut.
"Ya, ya, mungkin kamu sedang sensitif, tidak apa-apa. Kamu menolak, Kesya akan kubawa untuk menemui ...."
"Coba saja, ku patahkan bagianmu, sampai Anda membawa dia?!" sanggah Yulia, dia tidak dalam keadaan main-main sekarang.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara langkah kaki berlari dan pintu pun terbuka. Seorang gadis kecil mengintip. Samuel pun menegakkan badannya dan melihat lembaran foto kenangan bersama Yulia.
"Mama!" panggil Kesya.
Yulia menyahut, "Ya sayang!"
Kesya masuk dan menghampiri Yulia. "Mama tadi Kesya lupa kasih ini, di sekolah ada acara hari Papa. Tapi, Kesya ...."
Dengan sekejap Samuel pun merebut undangan dari Kesya. Yulia mendengus dan memutar bolanya dengan malas. Inilah membuat Yulia tidak suka sikap Samuel.
"Besok?" Samuel menatap Kesya, Kesya mengangguk sedih. Kesya berharap Samuel mendampinginya. Tapi, tidak mungkin.
"Oke, besok Om akan menemanimu," jawab Samuel merasa dia tahu isi pikiran Kesya.
Kesya yang mendengar itu berbinar-binar, "Benar Om?" Kesya bertanya sekali lagi. Samuel tentu membalas dengan anggukkan. Kesya pun melompat kegirangan dan keluar dari kamar Yulia.
Yulia mencoba mencegah Kesya, tapi Samuel sudah di sebelahnya sembari membisikkan pada Yulia.
"Sudah aku katakan, semakin kamu menghindar, semakin erat ikatan darah dari anak kita," ucapnya.
Yulia menyalakan mata api pada Samuel. Yulia menahan emosi dia ingin sekali memukul atau meninju wajah berengsek itu.
Samuel keluar dari kamar Yulia, di sana Samuel dapat mendengar betapa marah Yulia sampai melampiaskan barang-barang disekitarnya.
"Samuel sialan?! Terkutuk! Enyak dari kehidupan aku?!" erang Yulia hingga merobek semua kertas di sekitarnya.
Samuel malah senyum-senyum kemenangan. Dia pun turun dari sana, dan berpamitan pada calon mertuanya, Winda dan juga putri manisnya.
"Sudah mau pulang? Loh, gak mau tunggu makan bareng?" ucap Winda pada Samuel.
Samuel menolak halus, "Lain kali saja, Tante. Sepertinya suasana tidak dalam mendukung."
Samuel menoleh pada Kesya sedang menikmati makan malamnya. "Om, besok benar-benar temani Kesya, kan?" Kesya mengingatkan lagi.
"Tentu, Sayang." Janji Samuel sembari mencubit hidung mancung itu. Yang sudah dia turunkan.
Kesya kembali dengan makanannya. Winda pun mengantar Samuel hingga ke depan. Samuel memberi tanda bunyi klakson sebagai pamitan.
***
Keluarga Cokroaminoto, Samuel sampai dan memarkirkan mobilnya di garansi. Kemudian dia keluar sembari bersiul-siul pertanda dia sedang bahagia saat ini.
"Ke mana saja kamu jam segini baru pulang?" cibir seseorang dengan logat yang sudah tidak asing di telinga Samuel.
"Mama? Mama kapan pulang?" Samuel tidak tau kalau mamanya sudah dari tadi menunggu dia pulang.
"Tadi pagi," jawabnya. Dia melangkah dan menarik telinga Samuel hingga masuk ke ruang keluarga. Samuel menahan rasa sakit amat menyedihkan.
Di sana ada David dan sahabatnya, berdiri sembari menunduk. "Aah! Ma, sakit!" protes Samuel.
"Pantas untuk kamu?! Putra gak tau untung! Mama percayakan kamu di perusahaan sekarang, tapi kamu malah menggoda anak orang! Mau taruh di mana muka Mama ini, Samueeell?" geram Wilona mengomeli Samuel.
"Samuel gak menggoda anak orang? Samuel malah ...."
"Mau berbohong berapa kali? Mama sudah tau semua. Ini apa? Siapa wanita yang kau kencan di Kimcu? Ingat Samuel, kamu putra bungsu Mama yang paling disayangi oleh keluarga ini, sampai kapan kamu berubah? Kurang apalagi Mama berikan untuk kamu. Mama perkenalkan kamu pada wanita, kamu menolak, kamu tau Mama sudah pengin menggendong cucu, Sayang!"
"Sebentar lagi Mama bisa gendong cucu," jawab Samuel jujur, Wilona yang mendengar itu antara ingin ketawa atau marah.
***
Esok paginya, sesuai janji Samuel datang ke rumah Yulia. Buat hadir di acara hari ayah sekolah Kesya adakan. Kesya dari semalaman bertanya kepada Yulia, "Apakah Om Samuel akan datang dan hadir sebagai ayah disekolahkan nanti?"
Pertanyaan itu terus ditanya oleh Kesya, sehingga membuat telinganya pengin disembunyikan jika perlu tidak ada lagi telinga. Agar pertanyaan itu tidak berulang lagi.
"Mama bisa jadi pengganti ayah kok di sekolah Kesya nanti," ucap Yulia mencoba untuk bersabar hadapi putri kecilnya.
Winda baru saja menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Melihat betapa bawelnya Kesya ketika didatangkan oleh tamu tidak diundang itu. Mungkin sudah waktunya Kesya harus memiliki seorang ayah.
"Kesya yakin nanti Om Samuel bakalan datang dan hadir di acara hari ayah, Mama!" Kesya terus bersikukuh yakin bahwa Samuel benar-benar datang.
Yulia tidak menanggapi lagi, baginya tidak ada gunanya berdebat dengan Kesya. Ujungnya dia tetap menyerah, membiarkan Kesya mengoceh sesukanya.
Winda pun membantu menjawab. "Apa benar, pria yang kemarin, benar-benar calon suami? Mungkin sudah waktunya Kesya memiliki seorang ayah."
Yulia menghela sangat berat, "Tetap dengan pendirian sendiri. Aku gak akan menikah lagi, pria seperti dia gak akan dipercaya. Bisa saja dia bilang calon suami karena ada Kesya. Coba gak ada Kesya?"
Winda mengerti, bukan berarti sebagai seorang wanita. Ia tidak pernah merasakan hal seperti itu. "Eh, Mama rasa gak asing sama mukanya?" ucapnya seakan sangat familiar dengan wajah Samuel.
Walau penampilan Samuel agak berbeda, Yulia yang lagi makan nasi uduk buatan mamanya sendiri. Tiba-tiba lauk dimakan oleh Yulia tersangkut di tenggorokan. Yulia segera menuangkan air minum dan di teguh hingga habis.
"Memang Mama kenal dia?" Yulia malah sebaliknya bertanya lagi.
"Gak sih, cuman gak asing gitu. Kalau gak salah dulu kamu punya pacar 'kan? Sebelum punya Kesya?" tebaknya.
Walaupun Winda pernah jumpa Samuel dua atau tiga kali saja. Itu juga karena kesibukan putrinya. Kuliah sambil kerja, bahkan kesibukan dia terus arisan sama teman sebayanya. Jadi, ia kurang memerhatikan kehidupan putrinya. Yang ia tahu, Yulia memang sedang menjalani kasih dengan seseorang itu juga dari mulut teman-teman.
Tak taunya setelah lulus kuliah, tanpa sadar, atas kepulangan Yulia saat merantau karena studi perkuliahan dan kerja. Rosa dikejutkan seorang bayi perempuan di gendongan Yulia.
Namun, takut ketahuan kalau Yulia hamil diluar nikah. Ya mau gak mau, akte Kesya atas nama Yulia sebagai anak diangkat atau diadopsi. Karena Yulia masih suci. Winda tidak tau jikalau Kesya adalah putri kandungnya dari hasil hubungan cinta seorang pria tidak bertanggungjawab kemudian berikan bercocok tanam ke tubuh Yulia.
"Memang Mama pernah lihat muka pacar Yulia dulu?" tanya Yulia lagi. Seakan Yulia mencoba mencari alibi agar Winda tidak berikan tebakan yang tepat.
"Pokoknya Mama gak pernah lupa. Muka dia sangat mirip sama pacar kamu dulu. Walau Mama gak terlalu peduli sama hubungan cinta kamu sama pacar. Setidaknya Mama ingat betul," ngakunya.
"Mama terlalu banyak pikiran. Mana mungkin dia itu mantan pacarku," bohong Yulia.
"Gak mungkin." Winda mencoba mengingat wajah dan cara senyuman. Apalagi waktu Samuel menyambut salam darinya itu juga sama seperti waktu Yulia bawa pacarnya ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐱-𝐁𝐚𝐬𝐭𝐚𝐫𝐝 (Drama Romantis)
Storie d'amoreYulia berharap tidak akan bertemu pria yang sudah menyumbangkan sperma padanya. Pria yang tak bertanggungjawab dengan seenak jidat menghina Yulia seorang wanita jalang. Kekesalan Yulia sudah tak dapat dibendung lagi, untuk selamanya Yulia bersumpah...