Yulia akhirnya diberi izin pulang dari rumah sakit. Dia tidak akan bisa berlama-lama di tempat seperti ini. Apalagi mencium aroma bahan kimia di sekitar ruangan. Rasa mual itu seakan menyiksa hidupnya.
"Ibu Yulia!"
Yulia menoleh, seorang perawat berlari kecil, dan dia memberikan sesuatu kepadanya. Yulia melirik sebuah bungkusan obat dan juga beberapa kotak bubuk khusus kehamilan.
"Ini obat vitamin dan juga susu buat masa pertumbuhan kandungan, Ibu," ucapnya.
Yulia berkerut, dia tidak mengerti maksud ucapan dari perawat itu. "Maksudnya? Memang siapa yang hamil?" tanya Yulia.
Perawat itu menyerahkan plastik kepadanya, kemudian senyum. "Ibu dong, memang suami Ibu gak dikasih tau? Kalau kamu hamil?" jawabnya.
"Suami?"
Yulia semakin tidak mengerti sama sekali. Dia belum menikah. Terus perawat ini semakin ngaco menjawab, suami.
"Iya, ciri-cirinya ...."
"Loh, aku baru mau ke kamar mu, kamu sudah di sini," sumber suara itu menghampirinya.
"Panjang umur, jangan lupa di minum, ya. Susu ini terbaik buat masa kehamilan Ibu," katanya kemudian dia pun berlalu pergi dari sana.
Yulia menoleh, ternyata yang disebut oleh perawat tadi adalah Hardi. Hardi selalu terlihat cool setiap ke mana pun. Pakaiannya selalu Oke dan enak dilihat.
Hardi membawa plastik dari tangan Yulia. Kemudian berjalan keluar. Yulia masih diam di sana menatap punggung lebar itu semakin kecil.
"Ada apa?"
Yang Yulia lihat adalah wajah Samuel, tetapi dia segera menghilangkan bayangan itu. Apalagi mendengar kabar yang paling buruk untuknya. Beban awal belum berakhir ditambah lagi beban berikutnya. Dia hamil. Hamil anak Samuel. Rasanya dia ingin mati dan mengakhiri semua beban dia terima.
Di mobil, Hardi menyetir sembari membuka lagu melow, agar Yulia nyaman untuk didengar. Apalagi musik diputar oleh Hardi, memang kesukaan Yulia. Yulia masih bertanda tanya soal kata-kata dari perawat.
"Jadi kamu sudah tau kalau aku hamil?" tanya Yulia, tiba-tiba membuat Hardi menoleh.
Tapi, Hardi tidak menjawab, dia fokus dengan menyetirnya. "Setelah aku hamil, kamu juga bilang ke mereka, kalau kamu itu suamiku?" kembali Yulia bertanya.
Hardi masih menjadi pendengar yang baik. "Sebenarnya tujuan kamu perhatian dan sok baik sama aku itu untuk apa?"
Yulia terus bertanya pada Hardi, meskipun Hardi belum sempat buat jawab. Hardi tentu tau, Yulia bakal shock dengar soal perihal menyangkut dirinya. Diusia muda, dia harus menerima beban cukup berat. Apalagi mendapat berita dia hamil. Hardi tentu tidak tau siapa yang menghamilinya.
"Kenapa diam? Aku bertanya. Tujuan, rasa sok baik, perhatian kamu semua itu untuk apa? Peduli? Atau kamu juga menang taruhan agar bisa mendapat diriku?"
Sekarang Yulia tidak ingin lagi menjadi wanita yang lugu atau polos yang tidak mengerti perasaan cinta. Cinta itu malah menjerumuskan dunia buruknya. Bahkan untuk menerima ini semua, dia kesulitan, bagaimana menceritakan kepada mamanya. Bagaimana menjelaskan kepada tetangga mamanya. Rasanya dia malu untuk pulang ke kampung. Hamil di luar nikah, seakan dia adalah manusia paling menjijikan.
"Gak ada bedanya kamu dan dia, kalian sama laki-laki berengsek yang ku kenal, apa ini cara kalian lakukan hal itu ke aku? Salah aku apa? Belum puas, kah, kalian lakukan kepadaku? Sebegitu kejinya kalian lakuin hanya karena permainan?"
Yulia masih berbicara, dia tidak tau bagaimana memikirkan, untuk membesarkan anak di kandungan itu. Untuk menggugurkan saja dia tidak tega. Sungguh berat hidup yang dia ambil.
Hardi menepi mobilnya agar lebih aman, dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Yulia. Dia keluar untuk membeli sesuatu. Tinggal nyeberang saja, sudah ada Minimarket. Beberapa menit kemudian Hardi keluar membawa beberapa minuman dan camilan ringan.
"Nih, minum dulu, kamu lapar? Kita cari makan dulu," ucap Hardi kemudian menjalankan kembali mobilnya.
"Kamu belum jawab semua pertanyaan aku," ulang Yulia.
"Aku serius bertanya hal itu? Setelah kamu tau aku hamil. Apa kamu juga akan memberitahu kepadanya? Kamu gak bisa membodohi aku, Ard, aku tau, kamu dan dia sohib yang erat. Walau aku gak kenal siapa kamu dan juga dia. Tapi cara sikap kamu setiap bersama dia, jelas di mata aku. Kamu pasti tau, kan, sekarang dia ada di mana?" Sangat panjang sekali pertanyaan dari Yulia.
Yulia hanya ingin tau, terakhir mungkin kabar Samuel. Jikapun Hardi tidak memberitahu, dimana Samuel sekarang. Menjaga privasi seseorang memanglah seorang sahabat yang sejati. Sebaliknya dengan Yulia dan Sherina. Hanya Sherina yang tau kondisi yang sekarang Yulia hadapi. Walau nanti dia akan menerima dengan seorang diri.
"Kita cari tempat lebih nyaman buat bahas soal ini. Aku gak bisa jawab, bukan gak mau jawab. Soalnya kita berada di tengah jalan. Apalagi kamu sedang hamil, hamil muda. Aku gak mau terjadi hal buruk. Membahas masalah ini tentu gak akan selesai dengan kepala dingin, mungkin sekarang kamu kebawa emosi, dari emosi kamu membuat semua isi otak berupa hal hal negatif," ucap Hardi, menjelaskan, dan memberi keringanan agar Yulia tidak asyik bertanya-tanya terus menerus.
Mungkin untuk laki-laki lain, bakal membalas dengan emosi. Apalagi seperti Samuel. Yang labil. Walau Hardi tidak akan melibatkan siapa pun. Dia juga berada di posisi yang tajam. Sebab, ada dua nyawa dia lindungi. Baginya itu jauh berat. Akan mengakibatkan fatal jika terjadi buruk pada mereka.
Perempatan jalan, ada rumah makan yang cukup enak. Hardi mencari parkir. Kemudian Hardi keluar, tentu membantu buka pintu untuk Yulia. Yulia tidak mau beranjak dari sana.
"Alangkah baik kamu isi perut dulu. Aku gak mau ada keluhan soal keadaan kamu. Kata dokter, kamu gak boleh terlalu banyak pikiran, atau pun memikirkan hal-hal yang akan membahayakan kehamilan kamu," kata Hardi.
Dia juga tidak mau mengambil resiko besar. Apalagi saran dokter tidak main-main. Walau dia tidak paham soal masalah diluar nalarnya. Hardi bisa gila, jauh lebih gila. Mengambil keputusan bukan urusannya.
Pada akhirnya Yulia pun menuruti perkataan Hardi. Dia keluar dari mobil, tanpa mengambil apa pun. Dia berdiri menatap sebuah rumah makan. Rumah makan yang menurut dia itu lezat. Apalagi sebuah papan banner besar di depan dengan tulisan besar serta gambar berupa makanan yang lezat.
Walau terlihat menggiurkan lidah, Yulia tentu ingin menyantap semuanya. Dia pun belum sempat mengisi perut yang dari tadi kosong.
"Ayo!"
Dia pun mengikuti jejak Hardi, Hardi menjajarkan langkah kakinya, seakan Hardi adalah laki-laki yang pantas menjadi pendamping hidupnya. Tetapi Hardi tentu tidak akan berharap banyak. Karena dia bukan laki-laki berengsek disebut oleh Yulia tadi.
Hardi punya kepribadian sendiri, dia memang dekat dan akrab dengan Samuel. Untuk sifat dan watak, Hardi tidak mengikuti gaya seperti Samuel. Hardi memang bukan orang kaya, tapi, dia mempunyai dengan hasil kerja kerasnya menjadi seorang guru private. Otak juga tidak se-encer Samuel. Yang pasti otak Hardi adalah pendidikan untuk anak-anak kebangsaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐱-𝐁𝐚𝐬𝐭𝐚𝐫𝐝 (Drama Romantis)
RomanceYulia berharap tidak akan bertemu pria yang sudah menyumbangkan sperma padanya. Pria yang tak bertanggungjawab dengan seenak jidat menghina Yulia seorang wanita jalang. Kekesalan Yulia sudah tak dapat dibendung lagi, untuk selamanya Yulia bersumpah...