Pada akhirnya, Yulia ikut Samuel. Samuel bakal antar Yulia pulang, sekalian berjumpa sama si kecil yang cantik kayak mamanya. Yulia daritadi tidak membuka satu percakapan sejak dia membisu ketika berada di resto Kimcu terakhir kalinya.
"Ingat, ya, Pak. Saya menerima tawaran Bapak naik mobil. Bukan berarti saya sudah memaafkan Bapak," Yulia pun akhirnya membuka suara. Dia mati bosan juga pada diam di mobil. Belum lagi area jalanan juga lagi macet. Lampu merah mati suka-sukanya. Makanya pada terjebak di tengah-tengah.
"A ...."
"Terus! Saya gak mau dengar, Bapak sok-sok kenal sama Kesya. Kesya gak tau kalau Bapak adalah ayah kandungnya," lanjut Yulia. Masih belum beri kesempatan buat Samuel berbicara.
"O ...."
"..., dan ..., saya gak mau dengar juga, Bapak sok akrab sama mama saya," lanjut lagi Yulia bersuara.
"Hmm."
"INGAT! Ingat ya, Pak! Bapak hanya sebagai tamu, TAMU diingat sekali lagi. Bukan teman atau pun ala embel mulut laknat dari Bapak! Paham gak, yang saya bilang?" Entah kenapa Yulia merasa emosi kalau ajak bicara sama Samuel.
Samuel cuma manggut-manggut, karena gimana pun dia tidak bisa melawan. Hanya saja, dia turuti kemauan. Tapi kalau sudah sampai di rumah Yulia. Belum tentukan, apa yang dibilang Yulia tadi kecantol ke otaknya.
"Jangan manggut-manggut aja, Bapak punya mulut, kan!" Yulia menekankan lagi.
"Iya, My honey Bunny Money Sweetie," jawab Samuel dengan nada yang mentel banget.
"Gak usah pakai panggilan seperti itu, saya geli dengarnya," pungkas Yulia mengakhiri obrolan mereka.
Sedangkan di rumah, Kesya koncar-kancir kesana kesini. Kadang intip jendela depan, kalau tidak, di jendela kamar. Rasa kekhawatiran pun mulai menjadi-jadi.
"Kesya daripada kamu koncar-kancir gak jelas gitu. Mending temani Omma kupas buah dulu," ucap Winda.
Kesya beranjak karena dia merasa diingkari sama mamanya. Baru akan menyusul Omma di dapur. Tak lama terdengar suara mobil masuk ke rumah. Dengan cepat Kesya membuka pintu dan menyambut kepulangan mama tercintanya.
"MAMA! Mama kok lama banget sih pulangnya?!" celetuk Kesya ketika Yulia keluar dari mobil Samuel. Yulia pun menyambut sayang si kecilnya.
"Iya tadi macet banget," ucap Yulia sembari beri satu kecupan cinta buat Kesya.
"Kesya kira Mama bakal lupa," ciut Kesya.
Beberapa menit kemudian muncul sosok asing dimata Kesya. Samuel melambai pada Kesya. Kesya melepaskan pelukan Yulia setelah mereka melepaskan rindu.
Yulia menoleh, dan memberi inisial pada Samuel untuk menjaga sikap, terus mengingat apa yang dikatakan oleh Yulia saat di mobil.
"Loh, Mama pulang sama siapa? Pacar Mama?" tebak Kesya, sungguh polosnya setelah ditanya seperti itu.
Yulia mengelak, "Bukan Sayang. Mobil Mama ban bocor, jadi Mama nebeng mobilnya. Kebetulan doang," jawab Yulia berbohong.
"Hai!" sapa Samuel sambil mencubit pipi karena gemas.
Samuel tidak menyangka bisa berjumpa dengan buah hati dari dekat. Dari tadi Samuel memperhatikan gadis kecil itu saat berceloteh dengan Yulia. Betapa mirip sekali dengan Yulia. Rambutnya bergelombang warna brown. Matanya dan hidungnya mengikuti gen dari dirinya.
Samuel sudah tidak sabar ingin segera meresmikan Yulia sebagai pendamping bahagia. "Kata Laura, mamanya punya pacar baru. Nah Kesya juga berpikir seperti itu. Makanya dari tadi Kesya tungguin Mama pulang. Kata Laura kalau pacar mamanya mau jadi papa sambung. Papa sambung itu apa, Ma?" tanya Kesya kepada Yulia.
Yulia tercegah dalam diam. Dia melirik Samuel. Yulia membawa Kesya masuk. Udara malam hari mulai terasa hawa yang dingin. "Nanti Mama jelasin, ya. Kita masuk dulu," ujar Yulia.
***
"Dia siapa, Yulia?" tanya Winda, Mamanya Yulia sekaligus Neneknya Kesya.
Samuel duduk sangat manis sambil senyum, lalu dia mengulurkan tangan pada Winda. "Saya Samuel, calon suami Yulia, dan juga calon Papa Kesya," jawabnya antusias.
Yulia langsung memasang taring ujung tanduk menatap tajam pada Samuel, tapi Samuel tidak mengindahkannya, dia tetap bersikap manis dan sopan pada Winda. Winda yang mendengar membalas jabatan tangan pada Samuel.
"Panggil saja Tante Winda, benarkah Yulia? Mama tidak salah dengar bukan? Kenapa tidak kamu cerita kalau punya calon suami?" Winda tentu senang kalau putrinya menemukan pria begitu tanggung jawab.
"Benar Mama? Kesya punya calon Papa?" sambung Kesya main nyelonong gabung pembicaraan dewasa.
"Bukan! Bapak ini apa-apaan sih?! Saya sudah bilang sebelum masuk ke sini, jangan sembarang bicara?!" Yulia mengelak dan memarahi Samuel.
Samuel tetap tidak akan menuruti perkataan Yulia, dia tetap akan mendapatkannya, walau Yulia bersikeras menolak. Toh, Mama Winda dan Kesya malah senang kalau Samuel masuk di rumah ini.
"Mereka nggak permasalahkan saya masuk di keluarga kamu, kenapa kamu malah menolak, iya kan Kesya, Tante?" timpal Samuel menjadikan dua korban sebagai pembelaan.
Yulia menatap Mamanya dan Kesya, berharap mereka berdua tidak termakan omongan Samuel. Peduli apa buat Yulia, mencoba mengambil hati Mamanya dan Kesya, Yulia yakin itu tidak akan berhasil.
"Iya, kenapa sih Mama menolak Om Samuel? Om Samuel kan baik, Ma! Iya, kan, Oma!" seru Kesya meliriknya. Winda pun mengangguk antusias.
Yulia seperti hanya mimpi, mimpi yang paling dia benci sekarang ini. Samuel menarik seulas ujung bibirnya, dia menang, kapan lagi dia lakukan seperti ini untuk membujuk orang tua Yulia dan juga putri kecilnya.
Tak sia-sia Samuel menitipkan bening ke rahim Yulia, sifat Kesya tak jauh dari sifatnya, pasti seorang putri satu darah dengan Samuel ada kemiripan prinsip.
***
Yulia melempar bantal ke sembarang tempat, dia kesal melihat Samuel dengan leluasa mengambil hati sang Mama dan Kesya. Entah maksud Samuel datang ke rumahnya.
"Aku tetap tidak akan mau dia kembali, calon suami? Calon menantu? Calon Papa Kesya! Cuih! Aku tak sudi punya suami semacam dia?!"
"Benarkah? Tidak sudi jadi istriku?" Yulia langsung menoleh, Samuel dibuat Yulia kaget. Samuel masuk ke kamarnya, sekalian mengsurvei kamarnya juga.
"Ngapain Bapak ke sini?!" bentak Yulia.
"Melihat kamar calon istriku," jawabnya santai, menelusuri meja-meja di penuhi foto bersama Kesya, ada juga foto masa singelnya.
Yulia wanti-wanti kalau sampai Samuel mengobrak-abrik barangnya, ternyata tangan Samuel memang gatal, dia pun menarik laci meja itu, dia menemukan sesuatu di sana.
"Apa-apaan sih Bapak ini?! Tidak sopan membongkar barang bukan milik Bapak!" Yulia langsung menarik foto itu dari tangan Samuel sebelum Samuel melihat isinya.
Samuel mengangkat satu alis, dia yakin ada sesuatu di balik lembaran foto itu. "Kenapa? Kamu coba selingkuh dari saya?" Yulia semakin melongo atas tuduhan tidak berfaedah itu.
"Jaga tuduhan Bapak?! Selingkuh dari mana?! Saya tidak pernah selingkuh sejak mengandung Kesya?!" balas Yulia dengan suara lantang dan kesal.
"Lalu kenapa kamu sembunyikan kertas itu," Yulia melirik belakang, dia mencoba untuk merobeknya. Dia dari dulu memang mau membuang foto itu, tapi entah kenapa dia sayang sekali dengan foto itu.
"Siapa yang sembunyikan, tidak ada yang perlu Bapak ketahui soal foto ini. Foto ini ...."
Samuel berhasil merebutnya, Yulia kalah telak, dia mencoba untuk merebutnya tapi Samuel badannya tinggi jadi percuma Yulia merebut kembali. Samuel tersenyum, dia bahagia melihat semua isi foto itu, foto waktu bersama Yulia di sama lajang, ya, di masa mereka pacaran dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐱-𝐁𝐚𝐬𝐭𝐚𝐫𝐝 (Drama Romantis)
RomanceYulia berharap tidak akan bertemu pria yang sudah menyumbangkan sperma padanya. Pria yang tak bertanggungjawab dengan seenak jidat menghina Yulia seorang wanita jalang. Kekesalan Yulia sudah tak dapat dibendung lagi, untuk selamanya Yulia bersumpah...