Fiveteen

294 105 20
                                    

⏮ R E A S O N ⏮
.
.
.
.
.
.
.






















"Daehwi, dia anakku. Kembaran Chaeryoung"

"A-apa?.."

Om Lee menggeleng dengan segera,
"Tak ada waktu untuk menceritakannya," sosok itu mengedarkan pandangannya.

"Kamu harus segera keluar dari sini!" Titahnya.

"T-tapi.."

"Cepat! Sebelum dua iblis itu menyadari bahwa kamu masih hidup!"

"Tapi, om bukannya memihak Daehwi? Kenapa sekarang malah membiarkan ku pergi?" Bingung Jaehyuk.

"Daehwi sudah salah, dan jujur saja  yang biasa kamu temui itu bukan sepnuhnya om. Daehwi mengendalikan om, untuk mencelakakan orang-orang yang tak bersalah,"

"Meskipun begitu om juga tak sepenuhnya benar, om juga bersalah" lanjutnya dengan menundukkan kepala.

"Kamu harus cepat pergi!, Cepat!!"
Titahnya lagi seraya membukakan pintu tanpa menyentuhnya.

"B-bagaimana dengan om?" Tanya Jaehyuk.

"Om bisa jaga diri om, lagian om udah jadi hantu.."

Jaehyuk awalnya terdiam, ia sangat ingin tau kenapa kedua (mantan) temannya ini melakukan hal tersebut.
Namun, rasa ingin hidupnya tetap ada jadi ia segera meninggalkan ruangan itu dengan berat hati, karna harus meninggalkan omnya.

Jaehyuk sudah berjalan di lorong yang sangat panjang di dalam rumah ini. Ia benar benar tak tau kemana langkahnya membawanya.

Sampai akhirnya ada sebuah pintu warna coklat ujung sebelah kiri, Jaehyuk segera berlari ke arah pintu itu dan langsung membukanya.

Betapa terkejutnya ia karna saat membuka pintu itu, Jaehyuk sudah di hadapakan hutan rindang.
Tak berlama-lama Jaehyuk segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu.

Tak peduli kakinya yang tak beralaskan apa-apa, penuh luka dan kotor oleh lumpur.

Jaehyuk hanya ingin keluar dari hutan ini.


























"Om.. juga ingin pergi..." gumam om lee seraya melihat kedua kakinya yang terborgol oleh rantai tak kasat mata yang hanya bisa di lihat oleh dirinya sendiri.

Tiba-tiba saja om Lee terjerembap karna rantai yang ada di kakinya itu tertarik ke belakang.

Saat sudah tak tertarik lagi, om Lee mencoba berdiri dan ia sudah di hadapkan dengan Daehwi.

"Ayah.." Daehwi menggantungkan ucapannya seraya memegang bahu om Lee.

"Akh!" Rintih om Lee saat bahunya terasa seperti terbakar oleh api.

"Apa yang sudah ayah lakukan?" Tanya Daehwi dengan nada suara datar dan dingin.

Om Lee tak menjawab, ia hanya diam merasakan sakit yang menjalar di bahunya.

Tuhan bolehkah ia meminta, ia hanya ingin pergi ke pangkuanmu tuhan, dan beristirahat dengan tenang.

Bukannya tersiksa oleh darah dagingnya sendiri, di saat ia sudah mati.




































"Saya mohon pak! Temukan sepupu saya hiks. Saya mohonn" isak tangis Yuri menggema di dalam rumah itu.

"Kamu tenang dulu nak, kami akan segera menemukan sepupu kamu—"

[3] R E A S O N    [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang