Six

336 121 45
                                    

⏮ R E A S O N ⏮
.
.
.
.
.
.
.






























Saturday, 06.00 a.m

Jaehyuk dengan setelan kaos hitam dan celana kain hitamnya, membawa sebuah buket bunga di tangan kanannya.

Kaki jenjangnya melewati nisan demi nisan yang hampir memenuhi hamparan tanah itu. Langkahnya terhenti di depan 3 nisan yang berjajar.

Jaehyuk berjongkok sembari menaruh buket bunga yang ia bawa di atas makam yang berada di tengah, milik sang ayah.

Ia menghela nafasnya dan menatap ketiga nisan itu bergantian.
"Maaf ayah,bunda,hyung, aku baru ingat kalau kemarin peringatan satu tahun kematian kalian, makanya sekarang baru kesini.."

Hening. Angin berhembus membuat rambut Jaehyuk sedikit berantakan,
"Aku tau kalian pasti marah di atas sana saat lihat aku yang seperti ini, iya kan?"

"Kalau seandainya kalian marah, kenapa nggak cepet cepet jemput aku? Biar aku gak bikin ulah, biar aku gak ngelukain anak lain lagi," Jaehyuk menjeda untuk mengambil nafasnya yang mulai sesak.

"Kalian malah jemput orang lain lagi yang ku anggap istimewa.. kenapa kalian lakuin itu, semuanya salah kalian..." Jaehyuk menunduk dan mulai terisak.

Isakannya berhenti dan ia mulai bergumam.
"Nggak.. kalian nggak salah.. Hyung yang salah.."

Jaehyuk berdiri dan menatap tajam ke arah makam sang kakak,
"ini semua salah hyung! Kenapa kau mengeluarkan aku saat itu?! Kenapa tidak kau biarkan aku mati saja biar aku tak sendirian disini?! Ini semua salahmu!"

Jaehyuk memutar tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan ketiga makam anggota keluarganya itu.

Tanpa tau dari jauh ada sesuatu yang memerhatikannya sejak tadi dan ditangannya membawa sebuah pisau.














































09.00 p.m

"Permisi!" Teriak Jaehyuk di depan pintu sebuh rumah yang nampak sederhana dengan cat putih yang mendominasi rumah kayu tersebut.

Tak berapa lama pintu rumah itu terbuka dan terlihatlah seorang nenek tua dengan wajah ramah.

"Nak Jaehyuk ya?" Terka nenek tua itu sembari menyipitkan matanya.

Jaehyuk tersenyum manis dan berujar
"Iya, ini saya Jaehyuk.."

Nenek tua itu langsung tersenyum cerah dan memeluk tubuh Jaehyuk,
"Aa, Jaehyuk sudah lama sekali ya sejak kamu berkunjung kesini.."

Jaehyuk membalas pelukan nenek tua itu.

"Masuklah nak, nenek buatkan minum" ujar Nenek itu sembari melepas pelukannya dan memberi gestur mempersilahkan Jaehyuk masuk ke rumahnya.

Jaehyuk segera menggeleng,
"Ah tidak nek.. saya hanya mau berkunjung sebentar, dan ingin memberikan sesuatu untuk nenek"

"Memberikan apa?"

Jaehyuk merogoh saku celana kainnya dan mengeluarkan sebuah kertas usang yang di lipat lipat hingga berbentuk persegi kecil.

Nenek itu menerimanya dan memasang muka bertanya-tanya.

"Nenek harus simpan itu baik baik ya, Saya permisi nek.." Jaehyuk membungkuk sebentar kemudian memutar tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan nenek itu.

"Itu siapa nek?" Tanya seorang anak laki-laki yang muncul dari pintu belakang nenek itu.

"Ah dia cucu nenek.." jawabnya dengan senyum cerah.

"Saudaraku?" Tanya anak laki-laki itu lagi dan dapat gelengan dari nenek itu.

"Bukan.. dia hanya anak dari kenalan nenek dulu, dia sudah nenek anggap seperti cucu nenek sendiri," nenek menjeda.

"Aih entah kenapa dia tidak seperti dulu.." gumam nenek itu.

"Ya dia udah besar nek.." jawab anak laki laki itu

"Ah benar juga, dia juga seumuran denganmu Asahi"

"Oo.. benarkah?"

"Iya, hanya saja dia terlalu cepat sekolah jadi kelasnya lebih tua dia daripada kamu"

"Oh"

"Omong-omong kamu mau kemana, berpakaian rapi seperti itu?"

".. ibu mau menjemput, aku akan pulang nek"

Nenek itu sedih dan memeluk anak laki-laki itu.
"Aih, kenapa ibumu harus menjemputmu cepat sekalii" rengek nenek tua itu dan membuat anak laki-laki itu tersenyum.

Entah kenapa ia penasaran dengan sosok Jaehyuk.
































01.04 p.m

Siang ini cuaca sangat terik membuat seseorang duduk di bawah pohon rindang untuk berteduh.

Junkyu— anak laki-laki itu bersandar di pohon rindang itu sembari memejamkan matanya,ia lelah setelah membantu perawat di pantinya untuk bersih-bersih panti asuhan.

"Hyung!" Panggilan itu membuat Junkyu membuka matanya dan menoleh ke asal suara ia di panggil.

Dan yang memanggilnya adalah Yeongue yang membawa keresek putih besar ditangannya.
"Ada apa ?" Tanya Junkyu.

Yeongue duduk bersila di sebelah Junkyu kemudian ia mulai merogoh keresek putih itu dan mengeluarkan isinya.

Isinya ternyata beberapa obat merah dan salep kemudian ada plester juga.

"Perawat Kim memintaku untuk membawakan ini kepadamu, dia khawatir melihat wajahmu yang luka-luka hyung.." ujar Yeongue

Junkyu tersenyum tipis,
"Lihatlah dirimu juga, yeon"

Yeongue hanya tersenyum getir sambil menunduk.
Junkyu dan Yeongue tinggal di panti asuhan yang sama, dengan nasib yang sama pula.

"Bisa membantuku mengoleskan salepnya?" Pinta Junkyu dan Yeongue mengangguk.

Yeongue mulai membuka salepnya dan mengoleskan ke bawah mata Junkyu yang terdapat luka yang belum kering sepenuhnya itu.

"Untuk waktu itu terima kasih hyung, kalau seandainya tidak ada hyung-"

"Sudahlah.. aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai seorang kakak, kamu tak perlu berterima kasih.."

Yeongue terdiam ia menunduk sedih.

"Inilah nasib kita hyung, hanya akan jadi bulan-bulanan para anak-anak kaya.." ucap Yeongue dengan suara sendu.

Junkyu terdiam sejenak namun kemudian berujar,
































"Aku akan merubah nasib kita.."













































⏮ ⏮ ⏮

Ngaret lagi, Telat lagi😭..

Maaf ya semua, aku suntuk banget akhir akhir ini , jadi nggak semangat nulis 😞, nggak tau kenapa huhuhu.

Makasih buat kalian yang masih nungguin meski updatenya nggak bener jadwalnya gini😭, sayang banget ke kalian 😭❤️❤️❤️

[3] R E A S O N    [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang