Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
00 - Serenade
-
Nada itu ada, namun tidak nyata. Mahesa berkali-kali memetik senar gitar yang selalu saja berputar pada satu nada. Tak menemukan nada baru, membuatnya seolah merasa nada itu tidak nyata.
Pemuda dengan hoddie biru tua yang membalut tubuhnya itu mulai frustasi ketika senja kembali datang, namun ia belum lagi menemukan nada baru untuk sebait lirik dari notebook di sebelahnya.
"Shit! Kenapa gue gak bisa mikir?!" katanya merutuki diri sendiri.
Tangan besarnya meraih sehelai kertas dengan beberapa kata yang ditulis pada tiap baris kertas putih itu. Disobeknya kertas tersebut yang kemudian ia remas dan buang ke sembarang arah. Mahesa pikir, kertas tersebut melesat menuju keranjang sampah di pojok balkon. Tapi ternyata, kertas itu berhasil ditangkap dengan mulus oleh sosok lain yang baru datang ke balkon kamar Mahesa itu.
"Eits, santai bosku." ujar pemuda jangkung itu yang kini mendekati Mahesa dengan cangkir ditangannya yang mengepulkan asap putih menandakan minuman di dalamnya masih sangat panas.
Pemuda itu namanya Saga, teman dekat yang juga menyandang status sebagai tetangga rese Mahesa.
"Chillbrowww. Nih ngopi dulu." ujar Saga menyodorkan cangkir di tangannya pada Mahesa.
Mahesa menghela nafas, gitar yang semula di pangkunya itu kini ia letakkan pada space kosong di bangku sebelahnya.
"Thanks, Ga." ujar Mahesa sebelum menyeruput kopi hitam yang Saga bawakan.
Saga mengangguk. Kini atensinya kembali teralih pada bola kertas yang tadi Mahesa lempar mengenainya.
"Belum nemu nada baru?" tanya Saga seraya membuka bola kertas tersebut.
Mahesa melirik, namun tak berniat menjawab pertanyaan pemuda itu. Untuk apa ia jawab, toh, Saga sudah tau jawabannya.
"Lirik yang ini kenapa dibuang?" tanya Saga lagi, ketika ia menyelesaikan bacaannya pada bait lirik yang nampaknya belum Mahesa selesaikan.
"Freak." jawab Mahesa singkat. Atensi pemuda itu kembali pada notebook hijau tua serta pena hitam disebelahnya.
"Bagus tau, Sa." komentar Saga yang dibalas dengusan kecil Mahesa.
Paham dengan maksud dengusan itu, Saga kini mencurahkan seluruh atensinya pada Mahesa. "Deadline kapan?" tanya Saga pelan.
Mahesa menipiskan bibirnya sebelum menyahut, "lusa. Tapi gue masih muter di satu nada."
"Lo kurang fokus kali."
Mahesa hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban perkataan Saga. Pemuda itu kemudian menunduk dan menuliskan sesuatu di atas kertas notebook di pangkuannya.