03 - Teman?

111 25 1
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







03 - Teman?






"Lo harus minta maaf sama Hesa, Lun."

Perkataan Saga malam itu sukses membuat Luna yang tengah memotong buah apel di tangannya menghentikan kegiatannya.

"Why should I apologize to him?? Dia salah, Sagara. Dia yang harus minta maaf ke Kak Aru."

Saga melengos, "Kak Saga. Ingat, gue tuh lebih tua dari lo."

"Yeee nyettt. Cuma beda setahun aja bangganya nauzubillah. Umur gak ada yang tau." jawab Luna asal. Gadis itu dengan watadosnya memasukkan potongan apel ke mulutnya.

"Emang sifat lo sama Aruna tuh sejauh jarak Pluto ke Bumi ya." cibir Saga bikin Luna menghentikan kunyahannya. Sorot matanya meredup. Ia melirik Saga yang kini dengan masa bodonya asik menonton televisi.

Luna menghela nafas. Iya jauh banget emang, and you don't like it, right?

"Biarin gue jadi diri gue sendiri. Dan biarin gue jagain Kak Aru dengan cara gue sendiri." balas Luna dengan nada dingin.

Saga yang tadi sibuk mengomentari acara di televisi rumah keluarga Aruna dan Luna jadi menoleh pada gadis yang duduk disebelahnya. Tatapan mata Luna tajam.

"Iya, tapi gak semua cowok tuh sama kayak Rigel, Luna. Hesa bukan cowok begitu."

Luna mengerling, "belain aja temen lo sana. Kalau dia gak brengsek, kenapa Kak Aru sampe histeris??"

"Karena Aruna masih trauma sama kejadian setahun yang lalu. Trauma itu belum sembuh, Lun." Saga berkata serius.

"Sembuh apanya, Sagara?? Lo pikir Kakak gue sakit???" intonasi Luna meninggi membuat Saga tersentak. 

"Luna, lo perempuan. Lo harusnya paham apa yang udah Kakak lo alami. Aruna seharusnya masih dalam pengawasan dokter kalau aja lo gak maksa buat pindah kesini. Harusnya lo bisa paham dan ngerti kalau gak ada perempuan yang baik-baik aja setelah dirinya jadi korban-"

"STOP IT!!" Luna berteriak memotong perkataan Saga. Gadis itu menatap Saga nyalang. Ada luka disana, Saga tau itu. "Gak usah lo bahas kejadian sialan itu lagi!!" 

Saga bungkam. Tak mau membuat suasana semakin memanas, ia lebih memilih diam. Netranya memandangi Luna, intens. Gadis itu memejamkan matanya, berusaha meredam emosinya. Ini bukan sekali atau duakali Luna beradu argumen dengannya perihal masalah ini. Masalah yang sebetulnya sudah terjadi satu tahun yang lalu, tapi bagi Saga, belum menemukan titik penyelesaiannya.

Aruna masih sama, ketakutan itu masih ada, jejaknya belum hilang. Dan adik perempuan satu-satunya ini malah membawa Aruna lari dari titik penyelesaian masalahnya.

SERENADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang