04 - an Angel with a Brownies

107 23 2
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






04 - an Angel with a Brownies

Senin yang indah, meski lebam itu masih jelas terlihat. Mahesa tak henti-hentinya mengulas senyum manis sembari memandangi pantulan wajahnya di cermin. Ia berputar, sesekali memainkan rambutnya sendiri dan membetulkan letak ransel di bahu kanannya.

"Ganteng banget lo, Sa. Wajar kalau Aruna welcome banget sama lo." katanya bermonolog sembari mengancingkan kancing atas kemeja biru tua yang ia kenakan untuk ke kampus hari ini.

Welcome katanya. Padahal belum apa-apa, ia sudah dapat bogem mentah kemarin.

"Aruna~~ Masa depanmu datang!!" pemuda itu berjalan dengan riang ke arah balkon. Membuka pintu balkon lebar-lebar demi melihat sang pujaan hati di balkon rumah sebrang.

Namun, bukannya mendapat sambutan pagi yang hangat dari pujaan hatinya, Mahesa malah mendapati sosok gadis lain yang duduk bersantai di soffa balkon kamar Aruna.

"Anjir, malaikat kematian." desis Mahesa ketika sadar siapa yang ada disebrang sana.

Belum sempat Mahesa berbalik masuk ke dalam kamar, sosok disana memanggilnya. Membuat Mahesa mau tak mau menoleh.

"MAHESA!! KEDENGERAN GAK????" teriaknya dari sebrang sana.

Mahesa meneguk salivanya. Suaranya cuy, keras banget. Mahesa berasa lagi di palakin preman pasar.

"IYA." sahut Mahesa balas berteriak.

"Gue Luna, kalau lo lupa." kali ini, suaranya memelan, namun masih sangat jelas bisa Mahesa dengar.

Mahesa mengangguk sambill tersenyum kikuk. "Ingat kok. Kenapa, Luna? Perlu sesuatu?"

Luna menggeleng, dia nampak takut-takut menjawab pertanyaan Mahesa. "Soal kemarin, sorry, ya? Gue semalam gak minta maaf juga ke elo. Jadi gak enak tidur gue." ujar Luna yang suaranya semakin mengecil, hampir tak terdengar oleh Mahesa.

"Santai. Gue juga gak apa-apa kali." balas Mahesa sembari terkekeh.

'Bohong tai. Semaleman pipi gue nyut-nyutan.' batinnya mendumel sebal. Ah, kalau saja gadis itu bukan adik dari pujaan hatinya, Mahesa sudah pasti tak ragu melaporkannya pada satpam komplek.

"Seriusan?? Sumpah, gue masih gak enak sama lo." Luna meringis. Dari jauh begini, samar-samar ia masih bisa melihat pipi Mahesa membiru. "Kata Kak Aru, lo semalam nangis ya di balkon?"

Mendengar itu, Mahesa nyaris tersedak ludahnya sendiri. Jadi... semalam ia menangis di balkon, Aruna lihat. Astaga, mau di taroh dimana wajah tampan nan rupawan Mahesa...

"Makanya gue kepikiran. Pasti sakit ya?" sambung Luna bikin wajah Mahesa tambah memanas menahan malu. Untung jarak antara balkon lumayan jauh.

"Itu.... AH IYA. Gue sedih abis nonton drakor, iya drakor. Hahahahahahahahaha." Mahesa merutuki sendiri ucapannya. Drakor katanya... padahal tau drakor aja cuma Goblin.

SERENADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang