06 - Tentang Perasaan Mahesa dan Nama Jeo

111 17 3
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





06 - Tentang Perasaan Mahesa dan Nama Jeo





"Sagara."

Panggilan itu bagai alarm kebakaran untuk Saga. Pemuda itu membeku didepan gerbang rumahnya sendiri. Rasanya, kakinya berat untuk melangkah ke dalam rumahnya. Namun, tubuhnya pun sulit untuk digerakkan berbalik untuk melihat siapa yang memanggil namanya.

"Saga." panggilnya lagi.

Saga makin gemetar ketika suara langkah kaki itu kian mendekat. Bak sebuah sihir, ketika bahunya ditepuk oleng sosok itu, tubuh Saga yang semula seolah membeku kini melemas.

Saga mau pingsan.

"E-ehh, Aruna." Saga nyengir kikuk. Bikin Aruna yang melihat itu melipat bibirnya, menahan tawa.

Gadis itu berdeham. Aduh, cukup deh, Saga gak kuat.

"Baru balik? Sore banget??" tanya Aruna.

Saga mengusap tengkuknya. Dia betul-betul salah tingkah. "A-anu.. Tadi abis ada anu sama dosen." katanya jadi meracau tak jelas.

"Anu?"

"Iya anu. Eh apasih itu loh anu."

Gak jelas.

Aruna tak bisa lagi menahan tawanya. Gadis itu tak tahan melihat wajah Saga yang memerah bak kepiting rebus.

"Chill, Ga. Gue cuma mau balikin mangkuk Bunda lo." Aruna terkekeh. Gadis itu menyodorkan mangkuk bening berisi bubur kacang hijau yang nampaknya masih panas.

Melihat itu, Saga berbinar. "Lo yang masak?" tanya Saga, kini sudah berani menatap Aruna tepat di mata. Meski begitu, pemuda itu masih tak bisa mengelak akan ledakkan kecil yang ada di dalam dadanya ketika menatap manik indah itu.

"Iya," Aruna mengangguk dengan senyum manisnya.

Halo damkar?? Saga mau pingsan.

"Gue masih ingat, dulu lo suka bubur kacang hijau. Semoga sekarang juga masih suka." ujar Aruna bikin Saga salah tingkah lagi.

Aruna ini emang diciptakan untuk membuat Sagara salah tingkah terus, ya?

"Masih kok." Saga tersenyum. Berusaha menutupi kegugupannya. "Mau masuk?" tawar Saga yang dijawab gelengan kepala gadis yang jauh lebih mungil darinya itu.

"Titip salam buat Bunda aja. Gue ada kerjaan lain di rumah."

"Oh yaudah."

Belum sempat Aruna melenggang pergi, Saga memanggilnya lagi. Bikin Aruna kembali menoleh pada pemuda itu.

"Na."

"Ya?"

Saga meneguk salivanya. Kali ini betul-betul salah tingkah. Pemuda itu berdeham, berusaha agar suaranya tak terdengar bergetar. "Soal tadi... Sorry ya. Lupain aja. Anggap gue gak pernah chat begitu. Hehehe." katanya diakhiri cengiran lebar.

SERENADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang