Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
08 - Tanda Tanya Besar
—
"Jadi Kak Aru, lo pilih Mahesa atau Sagara?"
Aruna yang tengah sibuk mencuci sayuran di wastafel langsung menoleh ketika Luna yang duduk di meja makan melontarkan pertanyaan. Gadis itu mengeryit.
"Pilih dalam rangka?" tanyanya kembali fokus mencuci sayuran hijau.
"Anggap aja lo lagi di ajang Take Me Out, Kak. Jadi lo pilih yang mana buat melukiskan pelangi bareng sama lo di masa depan."
Aruna mendecak, "ngomong apa sih?" katanya masih tak mengerti.
Luna mendesis sebal. Ia menopang dagunya, memperhatikan punggung Aruna yang membelakanginya. "Lo masa gak peka sih, Kak. Dua cowok itu tuh suka sama lo. Kalau Mahesa keliatan banget sih capernya." ujar Luna berkata dengan menggebu terlebih ketika membicarakan soal Mahesa.
"Lo suka Mahesa?" tanya Aruna yang kini sudah duduk disebrang Luna dengan wadah berisi sayuran yang tadi ia cuci.
Mendengar pertanyaan kakaknya itu, Luna melotot. Gadis itu segera menggeleng bikin Aruna terbahak.
"Ogah anjir. Freak banget." tolak Luna langsung.
"Lebih freak mana sama temen kampus lo tuh yang suka datang ke rumah forno reason cuma bawain ubi bakar abis itu pulang lagi."
Luna melebarkan matanya, "sama aja. Tapi lebih freak Mamat sih. Eh sumpah, lo tau gak sih, Kak. Hari ini Mamat berulah lagi. Gue geli banget kalau dia udah gombal gak jelas. Pengen gue cakar mukanya." dumel Luna menceritakan kejadiannya dengan Matt hari ini.
Y'all, I hope you don't forget Matthew. Cowok itu hari ini berulah lagi. Bikin kadar rasa sebal Luna padanya naik satu tingkat.
"Kenapa lagi dia?"
"Masa pas gue lagi duduk di lapangan kampus liatin Kak Galien main basket, Mamat tiba-tiba datang ngasih gue bucket bunga mawar. Udah gila kali ya tuh orang?? Bikin geger satu kampus anjir." Luna bercerita dengan menggebu-gebu. Rasa ingin meninju wajah Matt kembali menyerangnya.
"Dia tuh udah ngebet banget sama lo. Kenapa gak lo terima aja sih? Keliatannya anaknya baik kok, ganteng juga."
Luna menggeleng dengan yakin, "gak mau. Beda sekte sama gue."
Aruna mengernyit. Sekte? Luna masuk sekte aliran sesat, kah??
"Sekte apa??"
"Sekte dalam perbuburan. Gue sekte bubur diaduk. Dia bubur di sedot pake sedotan boba."
Aruna terbahak lagi bikin Luna menghela nafas sebal.
"Gue serius, Kak Aru. Dia aneh."
Aruna menghentikan tawanya. Kedua manik itu menatap adiknya tepat di mata. Gadis itu tersenyum penuh arti. "Gue tau, lo nolak Matt karena ada yang lain, kan, di hati lo."