25. Red Bouquet

2K 217 18
                                    

Happy Reading!


===




Sakura mengguman kesal saat mendengar ketukan di pintu hotelnya. Dia tidak bisa tidur. Setelah permainan detektif tidak terlalu berhasilnya semalam, wanita itu tidak bisa mengenyahkan segala asumsi-asumsi aneh dari kepalanya.

Sangat mudah dipengaruhi, Sakura sadar dirinya semudah itu untuk memikirkan hal-hal kecil apalagi jika hal itu sudah benar-benar mengusik rasa penasarannya.

Kembali terdengar ketukan untuk ketiga kalinya saat Sakura akhirnya bangkit dari rebahan. Bibirnya menggerutu, namun kedua tanggannya sempat merapikan rambut dan piyama yang dia kenakan.

"Mrs. Uchiha, ada kiriman untuk anda."

Seorang bellboy berseragam hotel dengan senyum kecil dan aksen inggris yang sedikit kaku. Sakura cukup terkejut, bukan karena bellboy itu, namun benda yang berada ditangannya.

"Mrs. Uchiha?"

Bellboy tadi mengulang kalimatnya hingga Sakura akhirnya merespon, masih dengan keheranan dibenaknya.

"Terima kasih." Kedua tangan Sakura mengambil alih buket mawar berukuran cukup besar dari tangan bellboy yang masih menyunggingkan senyun kecil. Tidak ada kartu ucapan, hanya seikat cukup besar mawar merah darah yang mulai mekar.

Apakah Sasuke sudah berubah menjadi pria romantis?

Secepat ini?

Rasanya terlalu konyol, bukan?

"Dan ini pesanan Mr. Uchiha." Seorang bellboy lain yang tidak Sakura ketahui keberadaannya karena terhalang oleh bellboy pertama dan buket bunga, mengulurkan sebuah nampan dengan sekotak es krim dengan brand cukup terkenal di Paris.

Sakura mengernyit, sebelah tangannya meraih kotak es krim dan menitinya sebentar.

"Bunga ini bukan dari Sasuke?"

Bellboy pertama tersenyum kecil dan menggeleng. "Resepsionis meminta saya mengantarkannya untuk anda."

Mengejutkan.

Sakura merasa merinding tiba-tiba, tetapi entah bagaimana tubuhnya dapat mengendalikannya dengan baik saat ini.

Kening Sakura masih mengernyit, apakah drama dibulan madunya belum berakhir?

Seharusnya Sakura menolaknya, namun hingga dua bellboy tadi pergi, Sakura justru membawa masuk kedua barang kiriman dan pesanan itu. Pikirannya berkecamuk.

Siapa yang berani mengiriminya bunga ke kamar hotel?

Disaat beberapa nama tidak diinginkan bergantian muncul dalam otaknya, tiba-tiba wanita itu berjengit dari posisi duduknya. Meraih buket mawar itu dan berlari ke balkon dengan cepat.

"Bagaimana jika mereka memasang alat pelacak di sini? Atau kamera tersembunyi?! Ini gila!" Gumannya ngeri seorang diri.

Jemari lentiknya melepas helaian pita pengikat dengan tidak sabaran dan menarik paksa tangkai demi tangkai mawar dari sana. Menitinya satu per satu dan juga pembungkus buket serta pita yang tadi dia lepas dengan cukup kasar. Semua benda itu kini berjajar memenuhi hampir setengah luas balkon kamar hotel yang memang tidak besar.

Tidak ada apapun.

Sakura menarik napas jengah. Merasa bodoh sendiri dengan daya imajinasi berlebihannya.

"Aku yang gila." Lirihnya merasa konyol.

Emeraldnya menatap kekacauan yang dia perbuat pada seikat buket indah tadi. Berserakan. Bahkan beberapa kelopak bunganya terlepas dari tempat seharusnya.

Up to RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang