6. War of Mind..

14.3K 866 70
                                    

Happy Reading!
terimakasih sudah membaca x')

===

"Kau harus hamil Sakura!"


.


Wanita itu masih terisak dalam tidurnya. Sementara di sampingnya, Sasuke tidak berhenti mengusap rambut Sakura yang berada di dekapannya hingga wanita itu merasa lebih tenang. Tangannya tak berhenti mengusap lembut kepala Sakura yang sengaja membenamkan diri dalam dada pria itu, bukan atas kesadaran karena Sasuke sengaja menekan kepala itu mendekat padanya saat Sakura mulai terlelap.

"Berhenti menangis."

Sasuke sadar apa yang dia lakukan sekarang dan dia juga sadar apa yang telah dirinya perbuat beberapa waktu lalu pada istrinya. Sasuke memperlakukannya dengan kasar. Istri merah mudanya, mungkin akan sangat takut padanya setelah ini.

Atau mungkin, Sakura justru akan membencinya.

"Maaf." Sasuke mengeratkan pelukan dengan menyesap dalam-dalam wangi Sakura yang telah bercampur dengan keringat sisa-sisa ledakannya tadi.

Sasuke memang melakukannya. Meski Sakura terus meronta dan kesadaran Sasuke juga semakin nyata tapi Sasuke tetap meneruskannya. Percintaan kasarnya. Sasuke jelas merekam bagaimana Sakura yang ketakutan berusaha berontak di bawahnya hingga klimaks menghantam baru Sasuke berhenti. Menetralkan napas, menyeka wajah sembab Sakura, lalu memeluknya kemudian berguling dan melepas penyatuan mereka.

Mata hijau Sakura menjelaskan bagaimana wanita itu begitu takut.

Iris keduanya bertemu untuk beberapa lama dengan satu tangan Sasuke yang menahan kepala Sakura untuk tetap melakukan kontak mata. Pada akhirnya, Sakura kembali menangis keras meleburkan ketakutan dan kesakitannya saat suara Sasuke membolehkan. Sasuke merengkuhnya. Memeluk hingga wanita itu berangsur tenang dan tertidur.

Tangan Sasuke kembali mengusap kepala Sakura saat isakan kembali terdengar. Sakura sudah terlelap beberapa menit lalu, napas wanita itu berangsur teratur namun isakannya memang belum sepenuhnya berhenti. Sakura menangis begitu keras hingga Sasuke yakin yang telah dilakukannya benar-benar membuat istrinya itu takut.

Apakah istrinya masih akan begitu takut padanya setelah perbuatannya yang... Keterlaluan?

Sasuke menggeram. Obsidiannya hanya menatap lurus namun saat ini, jika saja ruangan itu memiliki pencahayaan sedikit lebih terang, akan terlihat guratan tegas yang muncul pada wajah misteriusnya.

"Aku harus memiliki alasan untuk mengikatmu." Bisikan selembut angin malam itu mengalun hampir tak terdengar. Sasuke menyusupkan kepalanya untuk mencium kening Sakura.

"Jika nanti dia sudah berada di dalam dirimu, jangan buat dia pergi, Sakura."



**


Sakura mengeliat ketika merasakan terpaan angin yang menyusup melalui celah jendela kamarnya. Suara kain yang diterbangkan angin membuat emerald terpejam itu mengerjap hingga akhirnya terbuka. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih wanita itu mengeluh pelan merasakan hembusan angin yang semakin kuat.

Wanita itu bergeming, merutuk keteledorannya yang membiarkan jendela terbuka hingga larut seperti ini.

Baru saja akan berbalik untuk bangun tubuhnya tiba-tiba menegang, perutnya terasa bergejolak merasakan panas dan beban yang dia tau itu apa. Perlahan, sangat pelan, Sakura memiringkan kepala dan menemukan wajah yang samar-samar mengingatkannya kembali pada kejadian beberapa jam lalu.

Up to RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang