15. Us. . . ?

8.3K 617 64
                                    

Happy Reading! ^^

jangan lupa vote dan komen  😉

===


Sasuke memandang Sakura yang duduk di sofa dalam ruangannya dengan alis terangkat. Perempuan merah muda itu tadi tiba-tiba menerobos masuk saat dia sedang bicara dengan sekretarisnya dan tanpa rasa bersalah berjalan ke arah sofa dengan wajah tertekuk.

"Aku tidak bermaksud mengganggu. Aku hanya ingin masuk, lanjutkan pembicaraan kalian."

Dan tentu saja itu tidak terjadi.

Yamanaka di depannya masih terkejut dan fokus Sasuke sendiri terpecah demi gelagat istri merah mudanya.

"Sudah selesai. Kau boleh keluar." Sasuke menyudahi pembicaraannya dan menyuruh sekretarisnya keluar. Onyxnya langsung terfokus pada Sakura hingga beberapa saat.

"Apa ada denganmu?"

Kepala Sakura terangkat. Emerald jernihnya bertemu dengan onyx pekat Sasuke hingga pria itu diam-diam menarik napas dalam.

"Kalian sudah selesai bicara?"

"Hn."

"Apa yang dilakukan Shion di sini?"

"Bicara."

"Kenapa kau tidak memecatnya saja?"

Sasuke mengeryit, bergerak bangkit untuk melepas jas hitamnya dan menyampirkannya di sandaran kursi. Jemari panjangnya menyugar rambut hitam yang mulai panjang sebelum berjalan ke arah sofa. Menghampiri aroma manis istrinya.

"Ada apa?" Sasuke yakin terjadi sesuatu sebelum Sakura masuk. Wanita itu tak akan marah tanpa sebab.

"Tidak ada. Aku hanya tidak menyukainya."

Sasuke menyeringai, "Kau cemburu?"

"Tidak!" Sakura bergeming, menjauh ketika wajah Sasuke menyuruk ke arahnya.

"Kau yakin?"

"Aku hanya tidak menyukainya. Lagipula kenapa kau masih menjadikannya sekretaris? Aku bisa melakukannya."

"Aku yang tidak bisa."

"Kenapa?"

Sasuke merengkuh pinggang Sakura dan menariknya mendekat. Menatap dalam emerald kemilau seperti padang savana. "Karena aku tak akan bisa berhenti."

"Berhenti apa?" Suara Sakura melunak. Mata Sasuke selalu saja berhasil menyihirnya. Membuatnya tersesat dan terbuai dalam sekali waktu.

"Berhenti menyeretmu masuk ke ruangan ini untuk proses berkembang biak sepanjang hari dan melanjutkannya di mansion."

Sedetik saja, perkataan Sasuke sukses membuat wajah Sakura merah padam. Ini gila! Sasuke benar-benar telah meracuninya. Atau, justru Sakura sendiri lah yang memang memutuskan untuk menjadi terlalu pasrah.

"Kau juga menginginkannya."

Ya, memang. Sakura tidak akan munafik.

"Menstruasimu sudah selesai?"

Sakura tidak menjawab. Namun Sasuke seperti sudah paham karena jari pria itu bergerak lebih cepat menuruni pinggangnya dan berhenti di paha Sakura yang bergelenyar dibalik setelan rok kantornya. Sementara tangan Sasuke yang satu lagi berpindah pada belakang leher Sakura. Secepat itu.

"Kenapa kau tidak memberitauku kalau kau kembali?"

Sakura menginterupsi saat Sasuke kembali menyurukkan wajah pada lehernya. Embusan nafasnya terasa panas menerpa kulit leher Sakura sebelum pria itu melanjutkan dengan kecupan singkat.

Up to RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang