12. Meaningless

10K 778 75
                                    


Sebelumnya aku minta maaf, karena cerita ini, dan mungkin ceritaku yg lain (yang amatiran semua xD), lebih banyak narasi daripada dialog.
Yeah,, pernah dapat masukan tentang ini, tapi beneran pusing untuk banyakin dialog, ngerasa gk sreg aja nulisnya. Berasa bikin lakon drama dan hampir selalu berakhir dengan dihapus-nulis ulang-dihapus lagi 😭
Jadi, anggap aja ini style nulis amatirannya aku yang emang masih butuh banyak sekali belajar 😅🙏

Happy Reading! 😊

jangan lupa vote dan komen :)


===



Jika kenangan selalu dianggap indah, maka yang kau alami sekarang harusnya lebih dari itu. Fantastis. Karena apa yang bersamamu hari ini, esok, semua akan menjadi kenangan juga.

Tapi tidak.

Sakura tidak ingin menjadi bagian dari kenangan itu. Dia menikah. Dan wanita itu tidak. Dan tidak seharusnya juga Sakura merasa seperti seorang pengganggu meski entah kenapa tatapan wanita itu berkata lain saat mata mereka bertemu.

"Apa yang mengganggumu?"

Sakura menoleh. Menatap pada pria brengseknya di kursi kemudi.

Kira-kira kenapa Sasuke memilih posisi sekretaris untuk Shion?

"Tidak ada."

Terdengar dengusan, dan Sakura tidak bisa untuk tidak kembali menoleh hanya untuk mendapati wajah dingin menyebalkan. Membuatnya kembali kesal.

"Apa Shion dulu adalah sekretarismu juga?"

Dari tempatnya, Sakura dapat melihat rahang Sasuke mengeras. Dan wanita itu mengatupkan bibir. Sebenarnya Sakura juga tidak ingin membahasnya, hanya saja, ia terlalu penasaran. Sedikit menyangkal bahwa mungkin saja dirinya terkena semacam serangan paranoia karena kejadian menguras emosi kemarin.

Merasa tak akan ada jawaban, Sakura kembali mengalihkan pandang pada kaca mobil di sampingnya. Menatap lalu lalang San Francisco di jam makan siang. Beberapa minggu lalu, baru dua hari lalu bahkan sebelum dirinya mengajukan resign, Sakura sama saja dengan mereka. Berjalan mencari tempat makan siang terdekat dari kantornya. Sebenarnya di Uchiha Inc. ada semacam kantin untuk pegawainya dengan menu yang sangat layak, hanya saja, Sakura juga berpikir jika Sasuke pasti jarang menghabiskan waktu makan siang di sana.

Oh, tentu saja!

Sasuke adalah pemimpin perusahaan yang sudah sangat pasti memiliki banyak agenda termasuk pertemuan bisnis saat lunch time. Seperti sekarang. Dan Sakura tidak tau dengan kolega mana mereka akan bertemu, Sasuke hanya mengatakan mereka akan makan siang di luar untuk urusan bisnisnya. Dan Sakura menurut, layaknya seorang istri.

Sekitar setengah jam kemudian mereka sampai di restoran bergaya klasik, yang Sakura baru ketahui ada tempat seperti itu di San Francisco, yang kesekian kalinya membuatnya berdecak kagum. Dalam hati tentu saja, karena ternyata kolega yang dimaksud Sasuke sudah terlebih dahulu berada di sana sebelum mereka.

"Tuan Muda Uchiha, senang bertemu lagi denganmu!"

"Ya, lama tidak bertemu, Mr. Liem."

Pria paruh baya setengah botak, yang Sakura duga keturunan Asia, menjabat erat uluran tangan Sasuke sebelum menepuk bahunya keras. Nada suaranya yang cukup nyaring membuat Sakura sedikit terkejut, jujur saja, namun dapat ia tahan karena di samping Mr. Liem ada seorang wanita yang seumuran dengannya. Mungkin sekretarisnya. Dan seorang lagi, pria, yang Sakura tebak semacam asisten pribadi.

Up to RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang