17. Meet and Surprise

7.2K 630 33
                                    


Ciao!
Happy Reading! 😊

Dan, terimakasih sekali sudah mengapresiasi cerita ini ^^


===


Sekali lagi, kenapa Paris?

Sebagai salah satu kota yang menyandang predikat indah, populer, dan romantis di dunia, tentu semua orang tak akan menolak jika diberi tiket perjalanan gratis ke sana. Tapi sayangnya bagi Sakura saat ini, Paris adalah kota penuh konflik yang mungkin saja menyimpan ranjau di mana pun ia melangkahkan kaki.

Sakura tidak tau berapa lama mereka akan tinggal, tapi ini sudah malam ketiga. Apakah Sasuke berencana melakukan migrasi?

Bodoh. Tentu saja tidak.

Otak Sakura melantur. Tapi kali ini ia tak dapat disalahkan sepenuhnya karena wanita itu sedang berada pada titik jenuhnya menghabiskan waktu di dalam kamar hotel seharga 2000 Euro per malam dengan segala fasilitas mewah yang mulai membosankan.

Malam pertama, mereka memang melakukannya. Dan itu adalah seks yang tak dapat dikatakan dingin dan membosankan karena bekas di leher dan beberapa bagian tubuh Sakura masih tercetak cukup jelas sampai sekarang. Mereka juga tak melakukannya dengan tergesa-gesa, karena sejauh ingatan Sakura, mereka baru terlelap dua jam selepas tengah malam. Mereka sampai di Paris sepuluh menit sebelum jam 9, makan malam setelah melakukan reservasi, dan kembali ke kamar sekitar jam 11 malam.

Tapi ini sudah malam ketiga. Dan kemarin, Sasuke tidak berada di hotel seharian. Pria itu kembali sangat larut. Mungkin hampir tengah malam. Atau lebih. Sakura tidak tau namun saat bangun pagi ini, dia sudah tak mendapati Sasuke di kamar. Dan hanya mendapat sebuah pesan singkat yang isinya kurang lebih menyuruh Sakura bersenang-senang di luar dengan penjagaan.

Keterlaluan!

Sakura tidak tau bagaimana ia mendeskripsikan emosinya saat ini. Lebih dari jengah. Lebih serius dari hasrat untuk mengumpat atau menyumpah hingga membuat wajahnya terlalu kaku untuk sekedar menarik kedua sudut bibir. Sedikit menyesali keputusannya yang terlalu lemah oleh segala cerita yang dikatakan Sasuke tentang masa lalu sebelumnya.

"Aku mau keluar." Sakura melirik jam artistik di sudut kamar hotel, "Ini masih jam 8. Aku tidak peduli. Aku mau keluar."

Sakura mematikan sambungan telepon tanpa menunggu sanggahan dari Sasuke lagi. Persetan jika pria itu marah karena dia yang seharusnya lebih marah saat ini. Tiga hari bermalam dan hanya satu malam yang bisa benar-benar dikatakan sebagai bulan madu. Sakura bahkan hampir merasa ini tak lebih dari memenangkan lotere untuk menghabiskan waktu liburan musim dingin terkurung di tempat mewah yang membosankan.

Tak butuh waktu lama Sakura bersiap. Dia hanya butuh memakai mantel hangatnya dan memasukkan ponsel dan beberapa barang lain ke dalam clutch bag navy-nya sebelum matanya melirik cukup lama ke atas nakas. Black card Sasuke. Pria itu sengaja meninggalkannya untuk ia gunakan.

Sakura ingat telah menolaknya kemarin. Dia masih punya uangnya sendiri. Sakura bukan pengangguran, ingat?

Tapi, mungkin, saat ini adalah pengecualian. Menghabiskan uang Sasuke dengan kekesalannya yang sedang memuncak mungkin bisa menjadi alasan cukup logis.

Jadi, dengan senyum miring yang kontras di wajah cantiknya, Sakura meraih benda itu. Persetan dengan menjadi istri yang baik. Dia hanya akan berbelanja dan memborong banyak berlian malam ini.




Up to RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang