16. Your Decide

8.2K 617 37
                                    

Happy Reading!
and thanks for votes and comments ^^

===

Sakura tau ada yang tidak beres disini. Selain sosok suaminya ini tentu saja.

Paris.

Sakura tak ada masalah tentang di mana mereka akan berbulan madu, tapi Paris?

Tempat itu. Tentu saja Sakura masih sangat ingat karena pertengkaran luar biasa mereka pertama kali terjadi ada hubungannya dengan kota pemegang 5 besar kota global dalam daftar PDB dunia itu.

Sai.

Si senyum janggal itu ada di sana.

Menjalankan bisnis di sana, lebih tepatnya.

Dan sekarang mereka sedang menuju ke sana, meski masih lebih dari delapan jam lagi, tapi mereka akan ke sana. Dan Sakura tak bisa untuk tidak kembali berasumsi.

Di antara 2 juta lebih penduduknya dengan keberadaan satu makhluk itu sebagai salah satunya....

Kira-kira apa yang sedang terjadi?

Sasuke masih diam dari sejak dia mengatakan mengubah haluan mereka ke Paris. Aura pria itu bahkan terlihat lebih dingin. Sekaligus suram. Karena Sakura dapat melihat sekelebat kegelisahan yang terpancar dari netra pekatnya tadi saat dia bicara.

"Sasuke," Sakura melihat Sasuke menoleh ke arahnya.

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu?" Sakura melipat bibirnya yang tiba-tiba terasa kering. Ini gila. Kadar cemasnya selalu terlalu tinggi saat berhadapan dengan Sasuke. Suami diatas kesepakatannya.

"Tidak ada."

Jawaban datar Sasuke semakin membuat Sakura menggigit bibir dalamnya. Harusnya dia marah? Atau paling tidak melakukan protes seperti yang biasa dia lancarkan untuk memperkebal harga dirinya.

Tapi sungguh, kenapa Sakura justru begitu terdorong untuk memeluk pria yang bahkan memberinya respon seperti itu?!

Mereka masih saling menatap dan Sakura semakin gamang untuk memikirkan hal apa yang sebaiknya dia lakukan selanjutnya. Tanpa menyinggung atau pun memperkeruh suasana tentu saja. Karena membawa pekerjaan ditengah acara bulan madu sudah cukup menjengkelkan saat ini.

Namun sebelum sempat bertindak, Sakura sudah terlebih dulu merasakan tarikan cukup kuat di lengannya. Sasuke membawanya mendekat sebelum mengayunkan tubuhnya sendiri untuk merapat dan mendapatkan bibir Sakura. Sakura dapat merasakan lumatan lambat nyaris frustasi saat Sasuke menggeram.

Ciuman itu tak berlangsung lama dan Sakura yang terkejut tak terlalu berpartisipasi. Saat Sasuke menjauhkan bibir, Sakura kembali menemukan kilat di netra gelapnya.

"Kau ingin mengatakan sesuatu?" Dan kembali kalimat laknat itu yang terucap. Namun kali ini Sakura merasa cukup percaya diri.

"Tidak ada."

Sakura mendengus. Sepertinya dia harus sedikit melakukan provokasi karena ia yakin dan memang sudah seharusnya juga, Sasuke mulai berbagi hal lain layaknya seputaran kehidupan pernikahan normal selain membagi spermanya.

"Kau tau kau bisa mengatakannya padaku. Aku tidak membuat kesepakatan hanya untuk melakukan seks dan membuat perhitungan pada mantan kekasihmu itu."

"Lagipula, menurutmu kenapa aku sampai ingin punya anak?!" Dan kini nadanya mulai menyinis. Sakura benar-benar harus melakukan meditasi mulai sekarang untuk menyelamatkan kadar kewarasannya setidaknya sedikit lebih stabil.

Tapi sepertinya aksi provokasinya membuahkan hasil. Rahang Sasuke mengeras, dan rautnya jelas menunjukkan ketidaksukaan. Pria itu menegakkan tubuh sebelum menjawab dengan enggan dan terdengar jauh.

Up to RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang