Friska menatap pantulan dirinya, duh ia benar-benar kesal dengan rambut pink nyentrik nya. Meski ia yakin bahwa dengan warna rambut ini ia terlihat menggemaskan tapi tidak dengannya. Bagaimanapun juga ia sangat membenci warna pink! Terlebih lagi, lihatlah dinding kamar ini. BERCAT PINK DAN BERMOTIF HELLO KITTY! CATAT! HELLO KITTY!! Ia sangat membenci hello kitty. Melihat kamarnya saat ini membuatnya ingin mengacak-acak kamarnya hingga berantakan. Pokoknya ia akan meminta Rezvan untuk merenovasi kamarnya. Renovasi total!
Friska menatap meja riasnya, ia hanya menyisakan, sabun wajah, krim wajah, lotion, serum, dan lipgloss. Selain itu make up dan skincare lainnya sudah ia masukkan ke paper bag dan kantung plastik besar.
Setelah mengoles sedikit lipgloss dibibirnya, ia mencepol rambutnya asal. Kalau dibiarkan tergerai bisa-bisa ia khilaf mencopot rambutnya dari kepalanya.
Dengan penampilan ala kadarnya, ia keluar dari kamarnya dengan membawa paper bag dan kantung kresek berisi make up dan skincare miliknya itu.
Ia melangkahkan kakinya menuju dapur, lantas meletakkan paper bag dan kantung kresek nya di meja yang ada di dapur. Ia menatap seorang wanita paruh baya yang sibuk memasak untuk keluarganya.
"Bi" panggil Friska membuat wanita paruh baya itu menoleh, ia tersenyum kala melihat anak majikannya tengah duduk sambil memperhatikan nya.
"Ya non? Non Friska mau bibi buatkan apa?" Tanya wanita itu dengan sopan. Friska hanya diam sambil menatapnya tanpa ekspresi.
"Bibi punya anak perempuan?" Tanya Friska membuat wanita paruh baya itu mengernyit, tapi tak urung ia menganggukan kepalanya.
"Iya non, kenapa ya? Apa anak bibi membuat masalah buat non?" Tanya wanita itu takut-takut.
"Nggak, berapa umur anak bibi?" Tanya Friska lagi, ia mengetukkan jarinya di meja untuk menghalau rasa bosannya.
"Emm, 22 tahun non" Jawab wanita itu pelan. Friska mengangguk-anggukan kepalanya pelan.
"Dia udah kerja bi?" Tanya Friska untuk kesekian kalinya. Wanita itu mengernyitkan keningnya tak paham.
"Belum non, bulan kemarin baru aja wisuda. Sekarang anak bibi masih mencari lowongan pekerjaan" Jawabnya membuat senyuman tipis Friska mengembang. Kalau wisuda pasti tak jauh dari kantor kan?
"Ini buat anak bibi. Masih baru kok" Ucap Friska sambil menyerahkan paper bag besar ke arah wanita itu, dengn ragu wanita itu menerimanya lantas membuka paper bag nya lantas membulatkan kedua matanya.
"Non saya nggak bisa, ini kan mahal" Tolak wanita itu cepat sambil menyerahkan kembali paper bag itu. Friska menganggukkan kepalanya, ia tau bahwa make up dan skincare itu mahal meskipun ia tidak tau kegunaan semua barang itu. Melihat merknya ia sudah bisa menebak berapa harga yang dikeluarkan Friska asli untuk satu buah make up dan skincare nya.
"Nggak papa, hitung-hitung buat bantuin anak bibi biar cepet dapet kerjaan" Jawab Friska santai. Memang sih tidak semua perusahaan memandang penampilan, tapi setiap perusahaan pasti memandang penampilan nomor satu. Jadi ya gitu.
"Terimakasih non, terimakasih banyak" Ucap wanita itu tulus, Friska hanya menganggukkan kepalanya. Ia meraih kresek hitamnya dan membawanya keluar dari dapur.
"Mau kemana Dek?" Tanya Rezvan saat melihat Friska yang hendak keluar dari rumah. Friska menoleh, ia menunjukkan kantung kresek nya kearah Rezvan.
"Mau buang sampah bang." Jawabnya membuat Rezvan mengangguk. Lalu detik selanjutnya. "Bang siap-siap. Habis ini kita ke mall" lanjutnya sembari keluar dari rumahnya.
⭐⭐⭐⭐
Friska menatap beberapa kaos dan kemeja yang ia beli, ia kembali mengalihkan atensinya pada kaos hitam yang menarik perhatiannya. Dengan cepat ia mengambil kaos itu dan membawanya pergi ke kasir untuk dibayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geya to Friska | Transmigrasi
FantasyBercerita tentang seorang gadis kasar yang memasuki raga seorang antagonis di novel yang sahabatnya baca. kutukan konyol dari sahabatnya membuatnya masuk kedalam novel berjudul 'Lovely Lita' dan perannya yang menjadi tokoh antagonis membuatnya bena...