19

396 31 0
                                    

Hehe

****

Friska berjalan dengan sangat pelan menyusuri koridor sekolahnya. Ia hendak menuju lift kemudian turun dan ke kantin untuk mengisi perutnya yang meronta-ronta.

Sepanjang jalan semua siswa dan siswi menatap kearahnya, mereka merasa iba melihat keadaan Friska dengan kakinya yg patah itu. Friska memutar bola matanya malas, ingin rasanya ia mencolok mata semua orang yg tengah mengasihaninya ini.

Friska memencet tombol lift, ia menunggu beberapa saat hingga pintu lift terbuka. Wajahnya yang memang sudah keruh melihat orang-orang memandangnya dengan iba, kini semakin keruh kala melihat seonggok manusia yang sangat ia benci tengah berdiri di dalam lift sambil menatapnya.

"Lo nggak jadi masuk?" Tanya suara itu membuat Friska mendengus. Dengan pelan ia berjalan masuk ke dalam lift. Pintu lift kembali tertutup, dan yang ada di dalam lift hanya mereka berdua. Catat. Hanya mereka.

"Kaki lo udah sembuh?" Cowok itu merutuk dalam hati ketika melontarkan pertanyaannya. Duh goblok banget sih gue. Batin cowok itu frustasi.

"Buta mata lo?" Tanya Friska tak santai. Pintu lift kembali terbuka, dengan segera ia berjalan keluar diikuti oleh cowok itu yang mengekorinya.

"Lo mau ke kantin?" Tanya cowok itu lagi, Friska melirik nya malas. Sungguh, berjalan dengan tongkat ini ditambah langkahnya yang sangat pendek membuatnya benar-benar merasa sangat lelah, harusnya tadi ia meminta Rezvan untuk meninggalkan kursi rodanya.

"Hm" Balas Friska malas.

"Mau gue gendong biar lebih cepet?" Friska sontak menghentikan langkahnya mendengar tawaran yang konyol itu, katakan padanya jika ia salah dengar!! Perkataan semacam itu keluar dari mulut cowok yang.....

"Sinting" Umpat Friska penuh emosi. Ia lalu melanjutkan jalannya yang sempat terhenti akibat perkataan cowok yang tak jelas asal usulnya.

"Yakin? Nggak usah malu gitu. Gue yang nawarin kok" Ucap cowok itu lagi sedikit memaksa. Friska menghentikan jalannya. Membuat cowok yang ada di sebelah nya juga terhenti. Senyuman cowok itu merekah, ia mengira bahwa Friska akan menerima tawarannya. Namun, sesaat senyuman cowok itu redup kala....

"Banyak bacot!"

Dughh!

"Arrghhss!!" Cowok itu seketika terjongkok kala tulang keringnya dipukul oleh tongkat besi milik Friska. Ia meringis sambil mengusap-ngusap kakinya.

"WOYY FRISKAAAA!" Teriak cowok itu lantang pada Friska yang berjalan menjauh darinya.

***

"Hah~ brengsek gue capek" Keluh Friska saat ia sudah sampai dikantin. Ia mengedarkan pandangannya, melihat banyaknya antrean membuatnya seketika menggeram.

"Friskaa! Sinii!" Panggil seseorang berteriak, dengan refleks Friska menolehkan kepalanya pada sang pemilik suara. Seketika wajahnya tambah muram melihat Kinan yang tersenyum lebar padanya sambil melambaikan tangan.

"Etdah tu bocah" Gumam Kinan menggerutu, dengan cepat ia beranjak dari duduknya kemudian berjalan mendekat kearah Friska.

"Ayo makan, gue udah bikin bekel makanan kesukaan lo" Ajak Kinan dengan senyuman lebarnya, Friska menatapnya datar.

"Jadi bisu lo sekarang?" Tanya Kinan enteng. Friska memejamkan matanya sesaat.

"Lo siapa?" Balas Friska pura-pura tak kenal. Seketika Kinan menjatuhkan rahangnya melihat reaksi dari gadis itu.

"Yaelah sekarang pura-pura tolol lo?" Sungut Kinan tak terima. Ia hendak menjitak kepala Friska namun gadis itu dengan cepat mengelak

"Nggak usah sok asik" Balas Friska datar. Hal itu membuat Kinan seketika cengo, ia membuat gestur meremas jarinya tepat didepan wajah Friska.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Geya to Friska | TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang