14

2.1K 193 15
                                    

Tok tok tok

"Friska, dek buka pintunya" Friska, gadis itu berdecak malas mendengar suara ketokan pintu yang dilakukan oleh Rezvan. Ia memutar bola matanya jengah, tak berniat untuk membalas ataupun melangkah untuk membuka pintu kamarnya.

Kepalanya ia sandarkan di ujung ranjang, kakinya ia selonjorkan ke meja nakas, tangannya ia angkat keatas. Menggulir layar handphone yang menampilkan video yang tengah ia tonton.

"Bosen banget, gue kapan matinya ya?" Gumamnya pelan, ia semakin berdecak sebal mendengar ketokan Rezvan berubah menjadi gedoran.

"Friskaa! Kalo kamu nggak buka pintunya abang dobrak" Ancam Rezvan membuat Friska memutar bola matanya malas. Memang siapa peduli?

"Dobrak aja" Balas Friska malas. Ia masih mempertahankan posisinya sambil melihat layar handphonenya.

BRAK!!

Tubuhnya sontak terperanjat mendengar gebrakan itu, membuat handphone yang ia pegang seketika terjatuh mengenai wajahnya.

"Sakit babi" Umpatnya kesal. Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Lantas ia menatap sang kakak dengan sebal sambil mengusap-usap hidungnya yang terasa sakit akibat timpaan benda pipih itu.

"Abang sinting ya? Pintunya jadi rusak kan!" Protes Friska tak terima melihat pintu kamarnya yang jatuh dengan tidak elitnya. Ia menyedekapkan tangannya didada dan menatap sang kakak dengan penuh permusuhan.

Rezvan berjalan mendekati Friska, ia duduk di pinggir ranjang, tangannya terulur untuk menyentuh wajah Friska namun gadis itu langsung menyentaknya kasar dan bergeser, agar berjauhan dengannya.

"Kamu masih marah?" Tanya Rezvan lembut. Friska meliriknya tajam. Ia mendengus untuk membalas pertanyaan sang kakak.

"Maafin abang ya?" Pinta Rezvan lembut, ia bergeser agar lebih dekat dengan sang adik, tapi Friska lagi dan lagi bergeser agar tidak dekat dengannya.

"Nggak mau tuh" Balas Friska ketus, ia mengalihkan pandangannya dengan angkuh, tak mau menatap wajah sang kakak.

"Kemarin abang nggak bisa jemput kamu sayang. Abang minta maaf ya?" Pinta Rezvan sedikit memohon. Friska masih diam, tak mau merespon permintaan sang kakak. Entah mengapa tapi rasa dongkolnya benar-benar sudah diubun-ubun. Namun, dibanding dongkol dengan Rezvan, dirinya lebih dongkol dengan..

"Urus aja daddy abang itu" Balas Friska semakin ketus. Uh ia benar-benar sangat kesal dengan pria yang sayangnya menjadi ayahnya saat ini.

Udah bau tanah masih aja banyak tingkah. Batin Friska merutuk.

"Iya, abang salah. Abang minta maaf ya? Lagipula kamu kan tau abang nggak bisa nolak perintah dad sekarang ini. Tunggu aja ya, sebentar lagi." Ucap Rezvan memberi pengertian. Ia menangkup wajah Friska dan menatapnya.

"Kamu maafin abang kan?" Tanyanya lagi. Friska diam, ia hanya menatap malas sang kakak.

"Nggak" Jawabnya kemudian, sambil memukul tangan Rezvan.

Pria itu menghela napasnya lelah, sulit sekali untuk membujuk adik kesayangannya ini. Namun tiba-tiba sebuah ide terlintas dikepalanya membuatnya kembali menatap sang adik sambil tersenyum manis.

"Abang ada hadiah buat kamu loh" Beritahu Rezvan. Friska yang mendengar itu perlahan-lahan melirik kearahnya.

"Apa?" Tanyanya masih dengan suara yang ketus

"Maafin abang dulu ya?" Ucap Rezvan bernegosiasi. Friska berdecak pelan, sesungguhnya ia enggan. Tapi mendengar kata hadiah membuatnya penasaran setengah mati mengingat sudah lama ia tak diberi hadiah.

Geya to Friska | TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang