"Gi-gimana? Adek gue nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Rezvan khawatir sambil berjalan mendekat kearah dokter Keenan yang baru saja keluar dari ruangan IGD. Dokter Keenan menatap Rezvan sekilas.
"Adek lo punya trauma?" Tanya dokter Keenan sambil menyimpan stetoskop nya disaku jas yang ia kenakan. Rezvan mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan yang dilontarkan temannya itu.
"Trauma? Maksud lo?" Tanyanya tak paham. Dokter Keenan menghela napasnya lelah. Duh, penyakit lemotnya Rezvan kambuh lagi.
"Kalo seperti yang lo bilang sebelum dia pingsan. Kemungkinan Friska punya trauma sehingga dia merasa ketakutan yang berlebihan. Nah, lo tau nggak Friska punya trauma apa?" Jelasnya sambil menatap Rezvan malas. Rezvan menukikan kedua alisnya, berusaha mengingat sesuatu tentang adiknya itu.
"Nggak ada deh, gue aja baru pertama kali liat dia kek gini. Biasanya dia aman-aman aja tuh kalo nyeberang" Jawab Rezvan kemudian. Dokter Keenan menganggukkan kepalanya sebagai respon.
"Friska pernah kecelakaan?" Tanya dokter Keenan lagi. Rezvan semakin mengernyitkan keningnya berusaha mengingat.
"Nggak juga, dia nggak pernah mengalami kecelakaan" Jawabnya kemudian.
"Mungkin aja lo nggak tau dia pernah kecelakaan? Coba inget-inget karena nggak mungkin Friska segitu takutnya mau nyeberang kalo nggak pernah kecelakaan" Balas dokter Keenan. Rezvan menggigiti jari telunjuknya sambil bergerak gelisah. Ia memejamkan matanya berusaha mengingat sesuatu tentang adiknya.
"Nggak pernah! Friska nggak pernah kecelakaan karena selama ini gue selalu ngawasin dia dari jauh. Gue juga nyuruh orang buat jagain dia dari jauh. Insiden yang dialami Friska itu cuma jatuh dari tangga minggu lalu" Jawab Rezvan dengan cepat. Ia menetralkan napasnya yang memburu karena demi apapun ia masih terkejut melihat keadaan Friska yang pingsan tadi.
"Aneh, baru kali ini gue nemuin kasus gini. Kalo Friska nggak pernah kecelakaan harusnya dia nggak berekspresi berlebihan gini." Celetuk dokter Keenan membuat Rezvan termenung. Benar juga, jadi ada apa dengan Friska sehingga gadis itu mengeluarkan ketakutan yang sangat berlebihan?
"Coba lo tanya ke Friska. Bisa aja kan dia emang pernah kecelakaan atau keserempet waktu mau nyebrang terus dia sembunyiin dari lo karena nggak mau lo khawatir" Saran dokter Keenan. Rezvan mengangguk-anggukan kepalanya sebagai respons.
"Gue bakal tanyain, dia boleh pulang hari ini?" Tanya Rezvan. Dokter Keenan menatap jam tangan ditangannya lantas ia menatap Rezvan lalu menganggukkan kepalanya.
"Iya, kalo Friska udah sadar dan baikan dia bisa pulang hari ini" Jawabnya mebuat Rezvan menghela napasnya lega.
"Gue pamit dulu, ada beberapa pasien yang harus gue tanganin" Ujar dokter Keenan tanpa menunggu jawaban Rezvan ia pun langsung melenggang pergi.
Rezvan membuka pintu ruang IGD yang ada dihadapannya. Ia menatap Friska yang terbaring lemah di brankar dengan tatapan sendu. Lantas ia berjalan mendekat kearah Friska.
"Kamu kenapa sih dek?" Tanya Rezvan frustasi, ia mengusap pelan surai panjang milik Friska yang masih tak sadarkan diri. Rezvan menghela napasnya kasar lantas menduduki kursi yang ada di sebelah brankar milik Friska. Ia menggenggam tangan Friska yang tidak terbalut infus.
Tak lama Rezvan merasa ada sedikit pergerakan dari tangan Friska yang ia genggam, dan hal itu membuatnya langsung menatap mata Friska yang mulai mengerjap.
"Dek kamu-----"
"A-air" Suara rintihan Friska terdengar, memotong ucapan yang akan dilontarkan Rezvan. Dengan cekatan Rezvan mengambil segelas air yang ada di meja nakas lantas membantu Friska untuk meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geya to Friska | Transmigrasi
FantasyBercerita tentang seorang gadis kasar yang memasuki raga seorang antagonis di novel yang sahabatnya baca. kutukan konyol dari sahabatnya membuatnya masuk kedalam novel berjudul 'Lovely Lita' dan perannya yang menjadi tokoh antagonis membuatnya bena...