11.

2.4K 186 2
                                    

"Lo mati juga?"

"Hah?"

Cowok itu, Deon mengernyitkan keningnya. Tak paham dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis yang ada disampingnya ini

"Bro, lo pernah mati kok nggak bilang ke gue" Ucap Rei dengan polos, ekspresi wajahnya terlihat ngeblank

Deon melirik sekilas, ia menjitak keras kepala temannya itu. "Ngotak dikit" sentaknya tajam. Lantas ia kembali menatap Friska

"Maksud lo apa?" Tanya Deon dengan dingin. Bukannya gugup karena telah menanyakan hal yang tidak masuk akal, Friska malah menaikkan sebelah alisnya santai sambil memakan coklatnya. Seolah pertanyaan yang ia ajukan hanya angin lalu.

"Kalo nggak ya udah sih. Cuma nanya doang" Jawab Friska acuh. Bunyi dering handphonenya berhasil mengalihkan atensinya. Ia menatap benda pipih itu, tertera nama kakak sulungnya. Dengan segera ia pun menerima teleponnya.

"...."

"Mampir bentar"

"....."

"Ya"

"....."

"Gatau"

"....."

"Ga"

"...."

"Bawel"

Tut!

Friska mematikan teleponnya secara sepihak. Ia lalu menatap Rei yang juga menatapnya penuh penasaran.

"Cowo lo?" Tanya Rei penasaran.

"Kepo lo monyet" Jawab Friska penuh emosi. Rei mengatupkan bibirnya, takjub dengan jawaban tak terduga dari gadis ini. Sedangkan Deon menggigit pipi dalamnya, berusaha tidak tertawa mendengar perkataan Friska.

"Anterin gue pulang." Pinta Friska seenak jidat. Ia dengan cepat naik keatas motor milik Rei dan memangku kardus berisi coklat hasil palakannya.

Rei menghela napasnya pelan, ia melirik sekilas pada Deo yang tengah menatap Friska dengan intens. Lantas ia menepuk pelan bahu temannya itu

"Dia itu punya gue. Camkan itu" Bisik Rei lirih dan menusuk.

Deon hanya memandang datar Rei yang kini tengah menjahili Friska. Senyuman tipis tersungging di wajah tampan nya.

"Justru dengan lo bilang gitu, gue semakin nggak sabar buat rebut dia dari lo" Gumam Deon pelan dengan seringaiannya sambil menatap kepergian Rei dan Friska

⭐⭐⭐⭐

Rei mematikan motornya, ia menatap bangunan megah yang ada dihadapannya, lantas atensinya seketika teralih pada Friska yang menyerahkan kotak cokelat padanya.

"Pegang bentar" Ucap Friska yang langsung dilakukan oleh cowok itu. Friska melepas jaket yang melilit pinggang nya, kemudian ia kembalikkan kepada Rei. Dengan cepat ia mengambil kembali sekardus coklat itu.

"Thanks loh coklatnya" Ucap Friska dengan senyuman puasnya. Rei menganggukkan kepalanya, ia memakai kembali jaketnya lantas menatap Friska.

"Gue nggak disuruh mampir nih?" Tanya Rei membuat Friska langsung menatapnya malas.

"Emang lo mau masuk neraka?" Tanya balik Friska membuat Rei menatapnya bingung.

"Lo sakit apa gimana sih? Perasaan dari tadi ngelantur mulu" Balas Rei jengkel. Friska mengedikkan bahunya acuh. Ia membalikkan badannya dan membuka gerbang rumahnya

Geya to Friska | TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang