Setelah sarapan dengan mas Geo di kantin, kita masuk ke dalam kelas bersama. Ya, aku dan mas Geo memang satu kelas. Sembilan B, kelas unggulan.
Kami menempati bangku deretan terakhir, selain bebas untuk mojok, bangku terakhir juga deket pendingin ruangan. Adem, dan selalu bikin ngantuk.
Bagiku duduk dengan mas Geo itu seperti selalu melayang. Bayangkan saja, setelah pagi-pagi membuatku terkapar, sekarang dia sedang ngebokep dengan teman-temannya. Kalau horni, siapa lagi yang repot? Ahhhh, tidak aku tak akan pernah di repotkan kalau perihal main kuda-kudaan. Selain enak, selalu membuat tubuhku rileks. Mau kalian tau rasanya? Coba gih. Eits jangan dong, dosa. Biar aku saja.
****
Jam terakhir di sekolah adalah biologi, kami semua di suruh ke laboratorium. Aku yang emang terkenal malas duduk di depan, selalu menempati jajaran paling belakang. Ternyata hari ini mas Geo mengikuti ku kebelakang. Ah iya aku tahu, pasti mau bermain-main denganku. Emang pesona tubuhku tak pernah main-main. Membuat si Otong selalu rindu akan sangkarnya.
"Sayang, mainin dong". Kata mas Geo
"Apa yang di mainin sih?". Tanyaku pura-pura tak paham.
"Kebanggaan kamu berdiri tegak seperti keadilan nih". Ujarnya.
"Bokep aja terusss sih mas, tahu hyper juga tetap saja di tonton".
"Aduh yang khilaf, uh ah uh ah selalu menggoda buat di tonton. Kan sebagai alat pembelajaran biar aku bisa pandai mengeksplor tubuh mu. Kalo aku pintar dalam bercinta, siapa yang untung ? Kamu sendiri". Katanya.
"Yaaa harus aku dong, aku yang harus selalu di bikin terkapar dengan lihainya teknik mu".
"Sudahlah, ayo cepat yang sep*ngin nih mumpung tuh guru lagi jelasin".
"Buka cepetan".
Seperkian detik aku menoleh ke bawah, waw milik mas Geo selalu seperti bertambah besar. Tegak, mengacung tinggi, dengan kepala yg di sunat berwarna kemerah-merahan. Sangat menggoda sekali. Tapi jika di bandingkan dengan papaku, punya papah selalu yang paling menggiurkan. Ah aku selalu berpikir, bagaimana enaknya menjilati kemaluan papaku itu, apalagi jika masuk dan di hentakkan sangat keras dalam intiku hehe.
Aku mulai menjilati dengan telaten, pelan-pelan, maju-mundur disertai kocokan-kocokan ringan dari pangkal hingga ujung kepala. Tak lupa juga aku selalu membelai bola-bola indah yang menggantung. Aku sangat menghayati, ku pejamkan mata, seperti sedang mengulum dan bermain di penis papa. Waw rasanya aku semakin panas dan bergairah.
"Akhhhhhh honey, kau selalu pintar".
"Yaaa terus baby, lebih cepat".
"Akhhhhh oh yaaahhhhh aku ingin keluar sayang, telan jangan kau muntahkan sedikitpun". Perintahnya.
Namun dengan sengaja aku melepaskannya, ku lihat mukanya sudah merah padam seperti kepiting rebus. Oh ayohlah kalian juga tahu gimana rasanya sedang di ujung tanduk tapi tak selesai.
"Kau gila honey, aku aku aku ingin keluar". Katanya sambil mengurut kemaluannya dengan tangan sendiri.
"Akhhhhhh ayo sayangku, mas Geo ku keluarkan saja, fuck me harder masssss. Yassshhh bawahku sangat basah, sangat ingin kau masuki. Akhhh mas lebih keras lagi uhhhhhhh". Kata ku menggoda ia sambil membisikan di telinganya dengan serak.
"Akhhhhhh sialan kau Elaaa, i wanna cum Elaaa akhhhhhhhh".
Oh betapa banyaknya sperma yang dikeluarkan cuma-cuma pacarku ini. Berceceran di lantai, namun aku suka melihat mas Geo saat mencapai klimaks nya. Sangat tampan dengan nafas yang masih memburu.
"Awas kau Ela, aku akan balas nanti". Tekannya.
"Aku tunggu masssss, aku tunggu kau menyiksa ku dengan nikmat".
"Akhhhh kau selalu membangunkan singa yang sedang lapar Ela. Kau tumbuh menjadi gadis penggoda, binal, dan tentunya sangat sexy". Tuturnya.
"Dan ini semua untukmu mas, i love you".
"Me too".
***
Bel pulang telah menggema dengan indahnya, semua para siswa-siswi berebut gerbang keluar untuk pulang ke rumah masing-masing.
Aku juga memilih pulang, namun dalam perjalanan ke gerbang, Hatin memanggilku.
"Elaaaaaa, bisa antarkan aku? Sopir ku tidak bisa jemput hari ini, ban mobilnya pecah". Katanya.
"Oke let's go my bestieee".
Aku jalankan motorku dengan pelan bersama sahabatku, Hatin Seftia Ningrum. Ia memang sama sepertiku, sudah tak perawan. Namun tak segila aku dalam kehidupan maha enak itu.
Dalam perjalanan, kami terus mengobrol sampai tak terasa sudah masuk area perumahannya.
"Tumben El, mana mas Geo ?". Tanya Hatin.
"Katanya mau ke warnet, ngebokep dia biasa".
"Sungguh spesies manusia seperti mas Geo tak pernah bertobat, malah semakin menjadi-jadi".
"Hahahahaha ya benar, semakin membuatku betah di bawah Kungkungan nya".
"Kau memang gila Elaaa, binal". Pungkasnya.
"Kau tau rasanya bukan?".
"Ya sangat nikmat seperti melayang-layang". Tutur Hatin.
"Betul, sayangkuuuu".
Sampailah kami berdua di depan rumah Hatin. Selalu sepi sebab orang tuanya selalu bisnis sana-sini ke luar negri.
Ya Hatin selalu sendiri, oh tidak, masih ada pembantu nya di dalam yang selalu Hatin andalkan. Miris memang kita berdua. Hatin, orang tuanya lengkap tapi setiap hari selalu dengan pembantunya. Dan aku, ntahlah tak usah di jabarkan lagi. Namun aku bersyukur, masih punya papaku yang selalu menyayangiku dan tak pernah meninggalkan. Katanya, uang bisa di cari, tapi waktu denganku tak mungkin bisa diganti. Ohhhh papah, andai aku lahir lebih dulu, aku ingin menjadi kekasihmu yang sempurna.
"Thank you, Elaaa. Masuk yuk ?". Tawarnya.
"Sorry Atin, aku rindu papa". Ujarku tak bohong.
"Kau bukan rindu papah mu, tapi rindu alat tempurnya kan ?".
"Hahahaha kau sangat paham honey".
"Elaaa, bagaimana jika mas Geo suatu saat nanti tahu kehidupan kau dengan papah ?".
"Tak peduli, Otong papah selalu menjadi canduku. Meski hanya melihat papah yang mengerang-ngerang karna kocokan tangannya sendiri pun aku sudah sangat basah. Dan itu aku tak ingin melewatkannya. Dahhhhhh Hatin ku, aku sudah tak tahannnnnnn".
"Akhhhhh benar-benar gila kau Ela. Hati-hati yaa, dan terimakasih". Katanya.
"Yupsss, sama-sama. Byeeeeee".
***
15 menit dari rumah Hatin, akhirnya aku sampai di rumah ku sendiri. Ku masukan motor ku dalam garansi. Ku lihat mobil papah ada pada tempatnya. Berarti ia sudah pulang dari kantor nya.
Begitulah papaku, selesai urusan kantornya selalu tak pernah kemana-mana. Ia selalu di dalam rumah dan meghabiskan waktu denganku. Jika ku tanya apakah papa bosan ? Ia selalu menjawab tidak.
Saat aku memasuki rumah, aku kaget ternyata bukan cuma ada papaku di sana. Lebih tepatnya dengan perempuan. Perempuan yang sama seumur papaku.
Aku berjalan pelan-pelan, sangat pelan agar tak menimbulkan bunyi apapun. Dan ternyata papaku sedang memainkan kejantanan nya di depan wanita itu. Ohhhh ya Tuhan, aku kecolongan dan pulang sangat telat batinku.
Kali ini apa yang bakal papah pertunjukkan untukku? Oh papah huh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyperseks
Teen FictionRate 21+++ (Dosa tanggung sendiri wokey😉) Ini tentang Auristeela Giffani Parviz, gadis belia yang baru menginjak sekolah menengah pertama namun salah dalam pergaulan lalu menjadi seorang wanita yang haus akan belaian. Namun ketika menginjak sekolah...