Ku lihat papah bergerak kearahku, mengangkat tubuhku dalam rengkuhannya. Aku tak tahu papah akan melakukan apa terhadapku, namun aku sangat berdebar-debar.
Rambutku di belai-belai mesra oleh papah, keningku, mataku, hidungku, pipiku, semuanya rampung di cium papah secara berkala.
Aku memanyunkan bibirku.
"Ah papah ini ketinggalan". Tunjuk jariku pada bibirku.
"Kau sungguh menggemaskan El. Papah tak menyangka kau tumbuh besar dengan sangat pesat. Bahkan kau mampu menaklukkan papahmu sendiri". Katanya.
"Jaran goyang El manjur dong pah". Kataku terkikik.
***
Papah merebahkan tubuhku dengan sangat hati-hati. Seperti takut tergores saja. Sungguh membuatku terlena dengan tindakannya.
Perlahan bibir papah mendekat ke bibirku. Dikecupnya singkat, sangat singkat namun dengan sengaja aku rengkuh kepala papah dan semakin ku tekan agar kecupan papah berubah menjadi lumatan mesra.
Dan aku berhasil, papah melumati bibir bawah dan atasku dengan perasaan yang mendalam. Membuatku memejamkan mata seperti mabuk kepayang. Seperti seseorang yang sedang malam pengantin. Sungguh sangat hati-hati sekali.
"Ahhhh pahh".
Ciuman papah merambat ke bagian leherku, di sesapnya aroma vanilla yang sengaja aku pakai terlalu banyak di bagian leherku, supaya selalu menggoda siapapun untuk ingin mencumbui ku.
Rasanya sangat geli namun nikmat. Dikecup-kecup kulit leherku namun tak menimbulkan bekas apapun. Sepertinya papah sangat ahli merangsang, mengontrol nafsu dan tak meninggalkan jejak apapun.
Tangan papah meraih t-shirt putihku, membukanya dengan sekali sentak. Bahkan sekarang bajuku sudah ntah dimana keberadaannya.
"Astaga El, kau tak memakai bh ternyata".
Papah terkejut dengan penampilanku di dalam kaos kebesaranku. Aku hanya tersenyum malu. Rasanya aku malu ingin mengakui telah bersiap-siap ingin di gauli papah.
"Akhhhh pahhh".
Lagi-lagi aku mendesah, tiba-tiba papah menyentuh payudaraku dan meremasnya.
Di pilin-pilin puting payudaraku dengan dengan gemas, sebab kurasa semakin membesar saja ini putingku.
"El, putingmu sungguh besar untuk ukuran anak sekolah sepertimu. Apakah ini selalu menjadi santapan mantanmu itu? Sampai bisa sebesar ini?". Tanya papaku.
"No pah, itu aslihhhh akhhh".
Dengan rakus papah mengemut putingku. Kanan kiri bergantian secara berulang-ulang. Lalu didekatkan kedua payudaraku. Didekatkan juga kedua putingku. Kali ini papah memasukan semuanya dalam mulutnya. Dihisapnya dengan sangat berirama. Diputar-putar seperti mengemut permen klengkam dulu, membuat tubuhku semakin belingsatan. Susah untuk di kontrol Baik-baik saja.
"Akhhh pahhhhh terushhhh uhhh".
Tangan papah terus bergerak kebawah, menggelitik perutku yang rata. Rasanya semakin membuatku bergairah. Ntah apa kabar dengan vaginaku. Rasanya semakin gatal dan berkedut-kedut. Sepertinya pelumasku meluber dan tercetak jelas dalam g-stringku. Kali ini sungguh foreplay yang menggugah selera.
Dimasukannya tangan papah kedalam celana kolorku. Ya aku selalu memakai kolor kalo dirumah, aku selalu ribet kalo pakai model jeans. Aku tak suka, gerah.
"El, jembutmu sangat tebal sekali rasanya. Jangan pernah kau potong ya sayang". Pinta papaku.
Aku mengangguk mengiyakan saja. Rasanya nafasku semakin tercekat. Nafsuku sangat meledak-ledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyperseks
Teen FictionRate 21+++ (Dosa tanggung sendiri wokey😉) Ini tentang Auristeela Giffani Parviz, gadis belia yang baru menginjak sekolah menengah pertama namun salah dalam pergaulan lalu menjadi seorang wanita yang haus akan belaian. Namun ketika menginjak sekolah...