Hari ini hari pertama ujian nasional di sekolah. Aku bergegas mandi dan langsung berangkat sekolah.
Sejak malam itu, aku dan papah tidak bertegur sapa. Papah? Ah ya, orang yang memergokiku saat aku telanjang di ruang keluarga itu papah.
Sudahlah, itu sudah berlalu. Hari ini aku ingin fokus ke sekolah dahulu. Aku tak ingin ingat papah maupun mas Geo.
Aku masuk ke ruang ujianku. Aku duduk paling pojok dan belakang sebab itulah namaku yang tertera di meja tulis.
Saat pengawas masuk dan ujian berlangsung, fokusku terbagi-bagi. Ntah apa yang aku fikirkan. Mengingat papah, aku selalu malu. Meski kita selalu terbuka, namun kali ini dalam hal berbeda. Apa papah sempat melihat aku dan mas Geo? Sejak kapan papah datang? Apa papah bakal marah dengan kelakuan ku yang jauh dari gadis baik-baik? Arrgggggghhhhh. Pikiranku sangat kacau sial.
Beruntungnya, gen papah menurun kental padaku. Aku memiliki otak cerdas yang mampu dalam segala hal. Termasuk merajut kehangatan diatas ranjang.
15 menit lagi waktu ujian selesai dan aku sudah menyelesaikan semuanya. Aku diam dan berfikir, bagaimana nanti saat kembali ke rumah. Sebab hari ini ku tahu, papah tidak ke kantor. Apa papah ingin penjelasan dariku? Atau papah akan langsung marah-marah padaku? Mengingat itu semua aku ingin menghilang di telan bumi saat ini juga.
Jika pun marah, apa aku akan di tampar? Apa aku akan di hakimi seperti mencuri buah mangga tetangga pas waktu itu?
Oh tidak, rasanya ini akan seperti pertempuran dunia ketiga. Andai aku bisa menggoda papah, aku ingin pertempuran dengan papah di atas ranjang. Tapi itu hanya keinginanku. Lirihku putus asa.
Semakin tinggi aku berfikir, semakin bodoh aku berkhayal. Ternyata bel pulang telah berbunyi. Dengan lesu aku keluar dari ruangan kelas. Menuju tempat parkir dan mengambil motorku.
Aku belah setiap jalanan sambil memikirkan kata-kata papah malam itu.
"Elllllllll". Lirihnya
"Dammmm. Paa-paa?". Kagetku
"Pakai baju dan masuk!". Titahnya
Ku tahu papah marah, pikirku sambil berjalan lesu ke kamar.
Dalam makan malam pun aku tak bertegur sapa dengan papah, seolah papah mendiamiku. Sungguh aku takut. Aku tak berani bertindak kali ini. Sekedar untuk menyebut papah saja rasanya lidahku kelu.
Dan kami berdua tetap perang dingin sampai pagi tiba.
Aku sampai di halaman depan rumahku. Ku lihat rumah seperti tak berpenghuni. Sepi dan menakutkannnn.
Apa papah berada di dalam? Atau sedang keluar? Pikirku dalam diam.
Kalo papah ada di dalam, bagaimana ini? Oh Dewi keberuntungan, tolong Ela yang cantik dan semok ini yaa, aamiin. Doaku dalam hati.
Aku masuk ke dalam rumah, ternyata pintu tak terkunci. Oh bagaimana nanti kalau ada maling yang tiba-tiba masuk? Ntahlah tak terbayangkan. Yang ada dalam pikiranku hanya, papah ada di rumah saat ini. Ya papah ada di rumah.
Dengan tubuh yang gemetar, aku melihat-lihat ke sekeliling rumah. Ruang tamu, tak ada papah. Ruang keluarga tak ada papah. Meja makan tak ada papah, lalu aku masuk ke dapur. Ternyataaaa disana papah sedang duduk di kursi bar sambil menyenderkan badannya. Tangannya memegang jus jeruk kesukaannya. Oh betapa gagah sempurnanya manusia di depan mataku ini.
"Paaaa-paaa?". Panggilku gugup
Dan kalian tahu? Papah tak bergeming sama sekali. Hanya matanya saja yang semakin menatapku lekat. Aku takut. Aku harus bagaimana ini? Bulu kuduk ku merinding memikirkan papah yang pasti akan menghukumku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyperseks
Teen FictionRate 21+++ (Dosa tanggung sendiri wokey😉) Ini tentang Auristeela Giffani Parviz, gadis belia yang baru menginjak sekolah menengah pertama namun salah dalam pergaulan lalu menjadi seorang wanita yang haus akan belaian. Namun ketika menginjak sekolah...