Om 2

121K 601 17
                                    

Hari sudah sore, rasanya benar-benar aku sangat kesepian. Papah? Ntahlah papah kemana, sangat susah dihubungi sekali. Akhhh rasanya aku benar-benar rindu belaian papah. Aku rindu genjotan papah yang brutal dan dalam. Aku rindu tembakan panas sperma papah dan meleleh keluar saking banyaknya. Astaga El, hanya dengan memikirkan papah saja sudah membuatmu hampir horni.

Ku tatap acara televisi yang bagiku sangat membosankan sekali. Andai aku punya gebetan, sudah ku ajak gebetanku bulan madu disini selama papah pergi. Pasti vaginaku tak pernah kering sekali.

Om Haris....

Astaga, kenapa di kepalaku memikirkan om Haris? Namun benar juga, jika saja om Haris mau sama aku pasti aku juga senang.

Om Haris kenapa kau sangat tampan? Kenapa kau sangat gagah? Bibir yang tebal, rahang yang tegas, dengan bola mata yang tajam setajam tatapan burung hantu, hihihi. Usia sedang matang-matangnya, pasti om Haris juga punya gairah sex yang tinggi.

Apa om Haris sudah punya istri ya? Atau tunangan? Atau masih berpacaran? Atau jomblo juga sepertiku?

Bagaimana tentang sex om Haris ya? Masih perjaka atau udah pro juga sepertiku? Rasanya aku ingin masuk ke dunia om Haris. Gila? Memang. Aku berani sekali. Bagaimana jika papah tahu? Bukankah papah juga akan mengalah jika aku menemukan pacar? Tapi apakah om Haris mau denganku yang begajulan dan punya lobang buaya ini? meski cuma papah dan mas Geo yang menggoyang tapikan aku gini. Ahhhh lupakan saja.

Memikirkan om Haris punya perempuan yang spesial rasanya memusingkan. Bagaimana kuatnya om Haris saat menggauli lawan mainnya, bagaimana om Haris mengerang saat akan melalui pelepasannya, bagaimana brutalnya om Haris saat dilanda nafsu membara. Aku sungguh yakin, pria seumuran om Haris sedang matang-matangnya untuk bercinta. Itupun kalau om Haris memang sudah pro.

Akhhhh memikirkan om Haris rasanya aku akan rela menjadi budak sexnya juga. Terlebih jika aku bisa menjadi istrinya, sungguh El kau akan menjadi wanita yang paling sempurna. Batinku.

Ting!

Bunyi ponselku mengacaukan imajinasi tinggiku.

Om H
El?
Bisa kita ketemu?
5 menit lagi om sampai di rumahmu.

Omg, baru juga di bayangkan sekarang orangnya muncul dalam roomchat. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Gaspollll El, jangan kasih kendor. Kesempatan tak usah disia-siakan. Soalnya kesempatan tak datang dua kali bukan?

Lama aku berfikir, sambil melototi handphone ku sampai aku terperanjat kaget oleh ketukan pintu yang menggebu.

"SABARRRRRRRR". Teriakku.

"Ommm?". Sapaku sambil mencium tangannya.

Kata papah, siapapun tamunya jika itu lebih tua dariku, aku harus sopan. Minimal cium tangan sebagai tanda hormatmu.

"Masuk om". Basa-basiku agar tak canggung.

"Kau tak membaca pesanku, El?". Tanya om Haris sembari membuka jas kerjanya lalu menggulung lengan kemejanya.

Mataku hampir melotot menyaksikan om Haris merenggangkan dasinya yang mencekik. Aku masih melongo memperhatikan om Haris yang perlahan duduk di sofa merentangkan kedua tangannya lalu kepalanya mendongak keatas.

"Akhhhhh penat sekali". Katanya lagi smabil memijit pangkal hidungnya.

"El? Kamu tak membaca pesan om?"

Aku terperanjat kaget, saking terpesonanya oleh sosok om Haris.

"Hehehe, El sibuk nonton tv om". Cengirku.

HyperseksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang