Kantor papah

162K 777 9
                                    

Ujian telah dilewati dengan tenang. Liburan telah tiba meski hanya 1 minggu menuju wisuda.

Aku sudah mendaftar ke SMA favorit disini. Dan kemarin akupun sudah daftar ulang. Ntah kapan masuknya, katanya nanti bakal di share di grup sekolah. Aku tak ingin ambil pusing soal itu. Aku hanya menikmati liburan untuk seminggu ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Nyuci baju sudah, nyapu rumah sudah, ngepel lantai sudah, makan sudah, hanya kegabutan yang mengisiku saat ini.

Ting. Aku punya ide briliant.

Aku cepat-cepat berdandan dan memakai baju seadanya. Dengan rok pendek sejengkal di pahaku. Ku ambil kunci mobil dan bersiap akan ke kantor papah kali ini. Sudah lama rasanya tak berkunjung ke sana.

***

Tiba di halaman kantor papah, semua pegawai menghormati ku seperti menghormati papah. Mereka tahu betul aku adalah anak dari seorang Kenzie Bramatya Parviz.

Tuk tuk tuk

Suara perpaduan sepatuku dengan lantai serta lorong yang sepi.

Ku buka pintu ruangan papah, sesaat aku melongo melihat papah yang sedang berkutat dengan berkas-berkas berserakan diatas mejanya. Ia tak menengok sedikitpun kearahku.

"Sudah ku bilang aku tak ingin di ganggu siapapun Ris! Keluar". Katanya dengan tegas.

Haris adalah tangan kanan papah, dan merangkap menjadi sexretaris juga. Sudah ku pecat sexretaris ganjen papah itu semenjak aku dan papah punya affair diatas ranjang. Aku tak sudi sexretaris merangkap jadi jalang papah.

"Pah". Lirihku.

Papah mendongak dengan cepat. Ia kaget kemudian tersenyum lebar.

Dimundurkan kursi kesayangan nya itu. Ia bangkit menghampiriku dan memelukku dengan erat.

"Papah kira siapa, ternyata kau El. Kenapa tiba-tiba menghampiri papah? Kangen kamu? Ga kuat nunggu papah di rumah sayang?". Godanya.

Blushhh pipiku memerah.

"Aku bosen pah, di rumah sepi. Mau jalan pun Hatin tak bisa menemani. Ya sudah El ke kantor papah saja".

Papah kembali duduk keatas kursi kerjanya sambil bersender. Papah menepuk pahanya, menyuruhku duduk diatas pahanya. Aku menurut dan dengan segera aku peluk lehernya. Aku baringkan kepalaku dalam dadanya yang lebar. Bau badan papah selalu menjadi candu untukku.

"Papah penat?". Tanyaku seketika.

"Papah cuma lagi banyak kerjaan, papah rasa tadinya papah ingin lembur disini. Ternyata belum lembur saja istri kecil papah sudah rindu haha". Canda papahku sambil mengecup pucuk kepalaku.

Aku mendongak, mata kami bertemu dan saling tatap. Aku tersenyum dan papah juga tersenyum. Aku lumat bibir papah dengan lembut, mataku memejam, ingin menikmati hal ini. Aku ingin memanjakan papah. Aku tau papah sangat penat.

Perlahan tanganku menjulur ke arah kunci otomatis ruangan papah.

Klik.

Sekarang terkunci pintu ruangan dan kaca-kaca tak tembus pandang terpasang. Meski bening tak bisa di pandang dari luar. Hanya aku dan papah saja yang mampu melihat aktivitas di luar dari dalam. Ditambah ruangan papah kedap suara. Ini sangat-sangat amazing untuk sesi bercinta. Bisa aku mengkhayal sedang bercinta dengan papah di tonton karyawan papah karena kaca bening tersebut.

Papah menyudahi ciuman panas kami, papah menatapku dalam diam dan tersenyum hangat. Aku menganggukan kepala tanda menyetujui pikiran papah.

Tanpa basa-basi papah mendudukkan aku di atas meja kerjanya. Merapihkan kertas-kertas berserakan dan ditempatkan pada laci meja kerja. Sekarang meja itu kosong tanpa lembaran apapun.

HyperseksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang