Pov Haris
Siallll, El kau benar-benar gadis yang membuatku hampir gila.
Sudah gila karena semua berkas-berkas sialan perusahaan papahmu, dan kenapa pula aku juga tak tahu hari ini jadwal iblis tua itu kembali ke Indonesia. Terlebih saat ini sedang mengurungmu dan menginginkanmu.
"Ellllllll kenapa kau sungguh banyak di gilai para pria? Termasuk papah mu sendiri arghhhhhhh". Erangku frustasi.
Kau gadis yang manis El, sisi pendiam mu berbanding terbalik jika sedang berpacu di atas ranjang. Eranganmu mampu membuat siapa saja akan terus memacumu dengan brutal.
Aku hentikan kamera handphone ku yang terhubung langsung ke camera pengintai untuk El, yang ku letakkan di anting-anting milik El. Kenapa bisa? Jelas, itu masalah kecil bagiku.
Perasaanku kalut, namun aku tak mungkin gegabah. Aku ingin mendapatkan Auristela dengan caraku sendiri. Tidak mungkin hanya aku yang akan jatuh cinta sendirian, akan ku buat Ela juga jatuh cinta kepadaku dan hanya aku yang akan menjamahnya, memberinya kepuasan dengan sempurna.
Bagaimana aku suka El? Sebenarnya akhir-akhir ini aku selalu melirik padanya. Saat pertama kali aku melihat ia mengunjungi papahnya, biasanya aku tak pernah tahu apa itu getaran hati, namun baru melihatnya saja, aku seperti ikan yang kehabisan pasokan air. Sungguh sesak sekali karena debaran yang tak aku mengerti sendiri.
Makin hari, aku makin mengetahui gadis itu. Aku kaget saat tahu ia salah dalam pergaulan. Namun aku bisa apa? Cinta membuatku semakin bertekuk lutut. Jelas aku masih segelan, 27 tahun aku hidup ini, aku tak pernah pacaran sedikitpun. Aku tak berniat, wanita se hot Luna M*y* pun aku tak berselera. Jangankan selera, melirik pun rasanya enggan.
Aku tak peduli, pokoknya jangan sampai iblis tua itu memasuki wanitaku kembali. Aku juga tak paham bagaimana mungkin sebagai orangtua dan anak bisa melakukan nafsu sebejat itu lagi dan lagi bahkan sampai dijuluki istri kecil. Sialan.
"Halo pak, dimana?". Ucapku langsung menelpon.
...
"Ah sudah kembali pak? Kebetulan, Bu Tiwi ingin menemui anda malam ini di restoran dekat kantor. Katanya ada yang ingin beliau sampaikan dan hanya private dengan anda".
...
"30 menit lagi beliau sampai pak".
...
"Baiklah, saya duluan pak. Berkas-berkas sudah saya selesaikan dengan baik".
...
"Sama-sama, sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai tangan kanan Bapak. Hati-hati pak". Ucapku sambil mematikan telephon dan tersenyum lebar.
Saatnya kita bermain Elllllll. Batinku.
Aku tahu obat perangsang itu sungguh dosis yang sangat tinggi, setengah butir saja sudah membuatnya binal, apalagi tadi, satu butir penuh dimasukan ke vagina Ela. Aku tahu, pak Kenzie ingin bersenang-senang dengannya sampai pagi buta. Namun jangan berharap itu akan terjadi Bapak iblis tua. Senyumku merekah.
Malam ini aku ingin menikmatimu El, ku relakan perjakaku untukmu. Mari kita akan malam pertama sampai pagi menjelang. Ku rasa iblis tua itupun akan jatuh ke pelukan ibu Tiwi malam ini, mengingat tadi ia pun sempat meminum obat perangsang dan kuat lelaki juga. Ah dasar payah, memuaskan wanita saja perlu obat kuat. Batinku meremehkan.
10 menit aku sudah menginjakkan kaki di di depan kamar hotel yang di dalamnya pasti masih ada Ela.
"Om? Kenapa disini?". Kaget Ela saat ia membuka pintu.
"Bertamu".
"Hah kenapa bisa kebetulan?". Lirihnya sambil menunduk.
Aku tahu ia sedang menahan gejolak napsu yang sungguh mencekiknya.Aku dorong pintunya sampai terbuka lebar, ku langkahkan kakiku masuk ke dalam dan menuju kasur untuk merebahkan tubuhku. Aku melirik kearah Ela yang masih mematung di depan pintu.
"El? Sini". Ajakku sambil menepuk-nepuk sebelah kasurku.
"Kenapa bisa om tahu El ada disini?". Tanyanya.
"Kenapa bisa El juga disini hmmm?".
"Ouhh itu anu, El abis ketemu teman om. Iya temen hehe".
"Papah sudah pulang?".
"Ahhh ga--- tau ommm".
"Oh yaudah sini tiduran, kamu capek kan?".
"Engga om".
"Terus ngapain mampir ke hotel El? Untuk anak gadis seusiamu yang bahkan belum mempunyai tanda pengenal?". Tanyaku langsung.
"Emmmm ini punya temenku". Katanya gugup.
"Hmm temen ya? Bukan sama papahmu kan?". Tanyaku sambil mengeringai.
"Buuu---kann".
El, apa yang sebenarnya kamu pikirkan. Banyak laki-laki tampan di luar sana, banyak teman sekolah laki-laki yang masih muda juga, padahal masa depan ia masih luas, padahal sekarang ia sedang suka-sukanya di area sekolah sebagai murid.
"El, om tau El sedang sama papah disini. Om cemburu El, om sakit hati. Om pernah memberimu wejangan agar kau menyudahi hubungan kalian sebagai orangtua dan anak, lalu mari sama om, kita rangkai masa depan, kita ukir cerita, tinggalkan semua orang yg pernah menidurimu El. Arhgtttttt!".
Ku pandangi lekat-lekat manik mata Ela, sungguh aku jatuh hati. Aku mengerang frustasi, Ela gimana caraku mendapatkan dan menyingkirkan mu dari tua Bangka sialan itu.
"Ommmmm". Lirihnya sambil berusaha mendekat.
"Hmmm".
"Tolonghh El, puannasshhh".
"Ken---".
Aku kaget, saat itu Ela langsung melumat bibirku dengan buru-buru. Aku tersenyum, lalu ku angkat tubuh El untuk duduk dalam pangkuanku. Ia pun menurut, dikalungkan juga tangannya pada leherku menambah kesan intim yang menggugah nafsu.
Makin lama kami larut dalam pagutan penuh birahi, tanpa sadar bibirku sudah menurun menuju lehernya. Ku cecap dengan buas sehingga ku beri tanda kepemilikan dileher wanita yang ku sayangi.
Ela mengerang kuat, detik berikutnya dengan kasar tubuhku terdorong telentang di atas kasur oleh perbuatan Ela. Sungguh wanita dilanda nafsu itu sangat sadis.
"Omhhhhh, Ela mau kasih nikmat jadi nikmatilahhhh, ahhhh".
***
Hi, gantung juga ya? Nanti deh biar kalian penasaran hihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyperseks
Teen FictionRate 21+++ (Dosa tanggung sendiri wokey😉) Ini tentang Auristeela Giffani Parviz, gadis belia yang baru menginjak sekolah menengah pertama namun salah dalam pergaulan lalu menjadi seorang wanita yang haus akan belaian. Namun ketika menginjak sekolah...