One Piece by Eiichiro Oda
Pairing : Nami x Luffy x Hancock
.
Warning, OOC, AU, Typo dan lain lain
.
***
Seorang wanita cantik berambut hitam panjang melempar gelas lilin aroma terapi, tepat kearah cermin wastafel dihadapannya. Membuat cermin tersebut retak, namun tak sepenuhnya hancur.Ia berusaha mengatur nafasnya yang memburu, kemarahan terpancar jelas dari matanya.
"Kapan ini akan berhasil? " Geramnya. Ia membuang sebuah alat tes kehamilan ke tempat sampah.
'Negatif' selalu itu hasilnya. Padahal ia sudah dua tahun menikah dengan pujaan hatinya Luffy. Tapi malaikat kecil yang diinginkan Garp sebagai penerus Mugiwara Corporation masih belum hadir juga.
.
Nama wanita itu Hancock, dia segera menghampiri suaminya yang sedang bersiap untuk pergi ke kantor.
Wajah amarah menyeramkan tadi, berganti dengan senyuman manis saat berhadapan dengan Luffy. Ia memakaikan dasi yang telah ia siapkan sebelumnya.
.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri. " Ucap pria berambut gelap tersebut dengan nada dingin.
.
"Jangan begitu, biar bagaimanapun aku tetap istrimu, " Bisiknya lembut. Luffy pun tak ingin memperpanjang masalah, ini masih terlalu pagi untuk itu.
.
"Nanti malam aku ada janji dengan zoro, kau tidak perlu menungguku, " Segera Luffy menyambar tas kantornya, dan pergi dari kamar. Hancock pun memutuskan untuk meng'ekorinya dari belakang.
.
Ini semua karena perjodohan keluarga, Luffy terpaksa menerima Hancock untuk menjadi istrinya. Jika saja kakeknya Garp tidak sakit jantung, mungkin ia akan memberontak dan menolak mentah-mentah pernikahan ini. Tapi... Kakek itu sudah tua, dan sakit-sakitan sekarang.
.
Mereka berdua menuruni tangga, dan melihat Kakeknya, Ace, dan Hina kakak iparnya sedang sarapan bersama.
"Ohayou minna.., " Luffy terlihat ceria, dia pun duduk dihadapan kakaknya Ace. Sangat berbeda saat sedang bersama Hancock tadi.
.
"Luffy-kun... Ceria sekali hari ini, " Sapa Hina, wanita berambut merah muda pucat yang kini tengah hamil tua.
.
"Shishishi... Aku senang sekali, karena akan bertemu Zoro hari ini, " Ucapnya sambil makan daging panggang yang telah tersedia dihadapannya.
.
"Benarkah? Sudah lama sekali teman hijau mu itu tidak berkunjung kemari, " Celetuk Garp.
.
"Tentu saja ji-san ... Kan kau sendiri yang mengirimnya keluar Negeri, untuk mengurus cabang perusahaan kita disana, " Sudut siku-siku muncul di jidat Ace, ternyata kakeknya ini benar-benar sudah pikun.
.
.
Hancock yang merasa tidak dianggap disana pun hanya makan dalam diam, ia menyembunyikan kesedihan dibalik wajah datar dan dinginnya. Hingga sebuah pertanyaan menohok pun terlontarkan untuknya.
.
"Bagaimana? Kapan kau akan memberikan kami pewaris, Hancock-chan? " Tanya Garp.
.
"Aku masih sibuk dengan pekerjaan ku Ojii-san... Tapi, aku akan segera menyelesaikannya, " Jawab Hancock se sopan mungkin. Ia tak ingin Kakak iparnya Hina, menyadari bahwa seorang model cantik seperti dirinya merasa tersaingi.
.
"Kau tidak perlu bekerja lagi Hancock-san, memangnya Luffy tidak memberikan uangnya padamu? " Tanya Ace.
.
"Ano... Bukan begitu, masih ada beberapa kontrak yang harus aku selesaikan. "
.
"Aku sudah selesai, Ace aku duluan ya!! " Luffy memutuskan untuk segera pergi, ia tak ingin mendengar rengekan Kakeknya yang selalu membicarakan soal cicit.
.
"Baiklah Luffy... Tapi, aku akan terlambat sampai sana. Aku harus menemani Hina-chan ke rumah sakit. " Ujar Ace lagi.
.
"Ada apa? Apa kau sakit? " Tanya Garp penuh perhatian.
.
"Tidak... Ini hanya pemeriksaan rutin saja. " Hina tersenyum tipis, sejujurnya ia tak bermaksud untuk membuat Hancock lebih panas dari ini, karena ia tahu.. Sudah berapa banyak tes kehamilan yang Hancock buang di tempat sampah.
.
.
*
.
Seorang gadis berambut orange tengah bingung, karena sudah dua bulan kakaknya koma dan, belum sadarkan diri juga. Ia sudah bersusah payah membiayai perawatannya di rumah sakit. Namun masih belum ada perkembangan.
"Bellmere -san, apa yang harus kulakukan? " Batinnya, tak henti-henti ia menyebut nama ibunya yang sudah meninggal itu.
.
"Tabunganku sudah habis... Dan gajiku bulan ini hanya bisa untuk menebus obat-obatannya saja. "Air mata jatuh membasahi pipinya yang terlihat pucat karen kelelahan. Ia menggenggam tangan pasien di hadapannya.
"Nojiko.. Aku mohon sadarlah, " Gumamnya.
.
.
***
Sebuah mobil berwarna hitam baru saja memasuki Villa besar yang terletak di pesisir pantai. Seorang gadis berambut hijau panjang telah berdiri didepan pintu masuk, menyambut kedatangannya.
.
"Onee-sama.. " Sambutnya, ia mempersilahkan Hancock untuk masuk.
.
"Sonia..! " Hancock duduk di sofa sambil menyilangkan kaki jenjangnya. Suara yang dingin itu kini terdengar parau.
"Aku ingin kau mencari seorang gadis, yang mau dibayar berapapun untuk menuruti keinginanku, " Hancock melemparkan sebuah kertas catatan medis di atas meja.
.
Sesaat Sonia membaca kertas tersebut. "Baik... Onee-sama. "
.
.
***
Seorang pria berambut hijau dengan luka disebelah matanya, sedang berdecak kesal, ia berkali kali mengeluh kepada sahabatnya ini.
"Ussop, kenapa kita tidak pergi ke Bar saja? " Rengeknya.
.
"Sabar bodoh! Luffy ingin makan disini, menurutnya tidak ada daging panggang seenak disini, " Pria berhidung panjang itu menghela nafas malas.Tak lama pria yang mereka tunggu akhirnya datang. Pria itu melambai seraya tersenyum lebar.
"Yo! Zoro, Ussop!! " Sapanya ramah.
.
"Lama sekali kau Luffy! " Zoro terlihat tak jengkel.
.
"Sesibuk itukah kau di kantor? " Timpal Ussop.
.
"Maaf-maaf... Tadi ada sekumpulan bebek yang menyebrang, jadi aku menunggu mereka dulu. " Cengirnya dengan wajah tanpa dosa.
.
"Karena kami sudah lama menunggu mu, traktir kami di bar terbaik ya! " Zoro sangat senang bisa berkumpul lagi dengan teman temannya. Akhirnya pekerjaannya di West Blue selesai juga. Mereka harus merayakan ini.
.
"Tentu saja! Sudah lama kita tak bersenang senang. " Luffy masih tersenyum lebar. "Oh iya.. Dimana Sanji? "
.
"Pemilik Restoran sedang kontrol di dapur, " Jawab Ussop.
.
"Jadi ini Restoran si alis keriting? " Zoro nampak terkejut, rival semasa kuliahnya dulu kini mendirikan sebuah Restoran mewah.
.
"Selamat malam... Biar saya catat pesanan anda tuan. " Ucap seorang waiter yang baru saja menghampiri meja mereka.
.
Suara yang terasa familiar di telinganya, membuat senyum ceria itu luntur seketika."N-nami.. ?!! " Luffy terkejut seakan tak percaya melihat Nami, teman sekolahnya dulu.
.
.
Bersambung