3. Broken Heart

441 75 0
                                    

Jangan lupa vote yah 🥺

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy
~~~~~

NCT 2020 - Resonance

~~~~~

“Jangan mudah menyerah meskipun kita selalu salah.”

~~~~~

“Bisa kau jelaskan semua ini?”

Hawa mencekam terasa di sebuah mobil mewah milik pria Elsa, prianya yang sebentar lagi akan menjadi mantan. Dia tahu ingin mengungkapkan hal apa ketika memergoki sang tunangan yang tengah bercumbu mesra dengan perempuan lain. Elsa harus bersyukur karena Tuhan menamparnya dengan kenyataan atau harus sakit hati karena diberi kenyataan pahit bahwa sang pria telah mendua.

Menjalin hubungan yang sangat lama nyatanya tidak bisa menjajikan sebuah angan. Hidup bahagia dengan keluarga kecil dan mewujudkan semua impian yang sudah menjadi list di kehidupan yang akan datang. Sayang, semua itu harus kandas di tengah jalan.

“Aku minta maaf, aku minta maaf sayang.”

Elsa berdecih, perempuan itu memperbaiki penampilannya dan bergerak turun dari mobil. Gerakan tiba-tiba itu yang membuat pria di sampingnya kelimpungan, berdecak kesal dan segera mengejar sang tambatan hati. “AKU KHILAF!”

Klek

Dok dok dok

“Khilaf kok sambil grepe-grepe, dikira aku buta apa,” cibir Elsa di dalam taksi. Dia menulikan telinga dan mengabaikan pria itu yang sedang menggedor kaca taksi, dia menghela nafas melihat supir taksi yang menatapnya horor.

“Ayo jalan Pak, agak ngebut gak papa malah baik.”

Pria paruh baya tersebut menggeleng, menatap Elsa dengan pandangan sulit di tebak. “Diselesaikan dulu mbak masalahnya, kasian mas itu lho.”

“Shhttt, dia sebenarnya setengah gila Pak. Kita harus jalan atau dia semakin menjadi-jadi, bahaya lho Pak kalau orang gila ngamuk.”

Elsa tersenyum pongah melihat sopir taksi itu menginjak gas dengan cepat, meninggalkang sang mantang tunangan yang terbengong melihat cepatnya laju taksi. Elsa berdecak melihat pria setengah gila tadi membututi taksi miliknya, beruntung taksi yang ditumpanginya tidak terjebak lampu merah, dia sedikit bernafas lega melihat mobil sang matan tunangan tertinggal jauh.

“Di depan belok kiri ya Pak.”

Tangan lentiknya merogoh ponsel yang sedari tadi tidak berhenti berdering, melihat siapa sang penelpon membuat mood-nya kembali tidak teratur. Dengan cepat Elsa mematikan ponsel setelah panggilan itu berhenti, memberikan uang lembaran biru kepada supir taksi tadi. “Makasih ya Pak.”

“Tapi ini ada kembaliannya mbak,” ucap sang supir sedikit berteriak melihat pemudi tadi memasuki area kost.

“Buat bapak aja,” ucap Elsa sedikit berteriak. Kakinya melangkah lebar menuju kamar kost, dari lantai atas dia bisa melihat jelas jika pria tadi sudah sampai di depan kost miliknya, berusaha masuk namun di hadang oleh pemilik kost dan kedua tetangga yang berada di pos kamling. Elsa bahkan tidak percaya jika bapak pemilik kost itu mengetahui dengan benar siapa-siapa saja yang menyewa bangunannya. Maka dari itu tidak heran jika sang mantan tunangan langsung di hadang.

“Darimana aja beb lo?”

Pertanyaan tiba-tiba dari Vega membuat Elsa mengelus dada, sejak kapan perempuan itu ada di kusen pintu?

By the way kenapa Riski ada di bawah, lo mau keluar lagi ya?”

Tanya Vega dengan meliri ke bawah menatap sosok pria tampan yang tengah kebingungan. Pandangannya beralih ke arah Elsa yang sudah menggendong kucing hitam super nakal yang bahkan tidak mau dia sentuh. Vega sendiri bingung, diluaran sana sedang berbaris pria-pria tampan yang siap meminangnya, lalu kenapa Jandu bahkan benar-benar merasa jijik kepadanya?

Benar-benar aneh.

“Biarin aja, lagian aku gak kenal sama orang itu.”

Vega shock bukan main mendengar ucapan Elsa. Sebentar, bukankah pria tampan di bawah sana adalah tunangan sang sahabat? Lalu bagaiman bisa Elsa tiba-tiba hilang ingatan seperti ini?!

“Lo gila?!” Teriakan Vega mampu mencuri perhatian penghuni kost yang lain, melongokkan kepala guna menacari tahu sebab sang senior cantik yang berteriak heboh.

“Ah gue bilang juga apa, tuh cowok emang player,” celetuk Vega dengan menganggukan kepala, berjalan mendekat ke arah Elsa dan menepuk bahunya 2 kali. “Udah tenang aja, nanti gue kenalin sama yang lebih hot and baik. Tuh dicariin ibuk,” ucap Vega dengan menunjuk ke arah belakang.

Mau tidak mau Elsa bergerak, memutar tubuh guna melihat sosok ibu kost yang berjalan mendekat kearahnya dengan wajah bingung.

“Di temuin dulu tho itu tunangannya mbak, kamu ini kayak sama siapa aja. Buruan sana, nggak enak sama warga juga.”

Masih dengan membawa kucing hitamnya, Elsa berjalan di belakang bersama Vega di sampingnya. Nyatanya perempuan itu tidak bisa membiarkan sang sahabat untuk diam di dalam kamar, tingkat keingintahuannya sudah sangat akut. “Ibuk disini aja sama Vega, jadi saksi sekalian,” ucap Elsa dengan menunjuk ruang tamu tempat biasa sang pemilik kost menerima orang luar.

“Tapi kita butuh pembicaraan empat mata.”

“Tidak perlu, jelaskan tujuan utama mas Riski kesini.”

Pemuda bernama Riski itu mendekat, mengambil tangan sang perempuan dengan lembut. “Aku beneran khilaf sayang, aku minta maaf. Aku menyesal, aku minta maaf.”

“Meow meow.”

“Sayang…”

“Meow…”

Vega tidak bisa menahan tawanya melihat bagaimana Jandu ikut berkomentar, kucing nakal itu menurunkan suara di bagian akhir seolah meledek. Benar-benar nakal.

Sedangkan Elsa menghembuskan nafas, melepaskan pegangan Riski dan menjaga jarak. “Sejak awal hubungan ini memang tidak direncanakan Mas, aku tahu kok kamu kepaksa sama tunangan kita. Mungkin memang ini jawaban akhir hubungan kita, nyatanya dalam waktu lima tahun aku masih belum bisa buat Mas Riski jatuh ke aku. Berarti emang kita nggak jodoh, bukan begitu Vega?”

“Betul sekali!”

“Shhttt!”

Vega mendengus kesal mendapati lengannya sakit karena di cubit sang bunda, julukan pemilik kost darinya. Memang benar jika pemilik kost ini sudah seperti orang tua kedua baginya, mungkin benar-benar sosok orang tua? Ah entahlah, dia pun ikut bingung memikirkannya. Pandangannya beralih menatap sang sahabat yang tengah melepaskan cincin putih di jari manisnya.

“Aku akan bicara baik-baik dengan keluarga kita, tenang apapun yang terjadi kedepannya biarkan menjadi urusan orang tua. Mas Riski pengen bahagia kan?”

Riski mengangguk.

“Sama, aku juga pengen bahagia. Sakit lho cuma jadi pemeran figuran di cerita pribadi, jangan pernah di ulangi lagi yah,” ucap Elsa dengan menenepuk lengan Riski. “Semoga bahagia.”

Pemuda itu hanya bisa diam, menatap kepergian sang mantan tunangan dengan penyesalan yang terkumpul di dalam dada. Dia benar-benar bodoh karena mengikuti nafsu semata, ini memang salahnya karena telah menyembunyikan sebuah hubungan gelap yang sudah terjadi selama 2 tahun. Penyesalannya semakin bertambah mengingat bagaimana wajah lugu yang selalu tersenyum ke arahnya tanpa beban.

Dia benar-benar bodoh karena telah melepaskan Elsa Rahmawati.
.
.
.

STAY SAFE

8 November 2021

Ora NgiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang