15. Romantis

373 66 2
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Yeni Inka cover Lali Janjine

~~~~~

"Rindu kembali menyerbu dengan tak tahu waktu."

~~~~~

Rindu, perasaan ingin bertemu yang menggebu, apa makna rindu sebenarnya?

Apakah setiap orang dibekali dengan rasa rindu? Apakah semua orang di izinkan untuk merindu? Jika boleh jujur Elsa sangat merindukan keluarganya, semua keluarga yang berada di ibukota. Kemauannya sendiri untuk kuliah di Surabaya, ingin mencoba hal baru yang menyenangkan. Bayangan betapa bebasnya dia di sini seolah luntur oleh banyaknya tugas yang diberikan dosen, menghajarnya dengan tak kasat mata seolah mempunyai ilmu kanuragan.

Semua fasilitas yang diberikan keluarga memang lebih dari cukup, membuatnya sering kali khilaf dan menyepelekan segala barang dengan harga. Elsa beruntung dapat bertemu dengan orang-orang baik seperti Vega dan Pandu, sudah sepatutnya 2 orang itu diberi apresiasi karena mau membibingnya ke jalan yang benar. Menghormati orang lain dengan didikan keras, tentu perkataan Vega yang keras, menusuk tepat di rongga dada.

"Terus mas Yasa ini mau dimasukin ke kartu keluarga siapa anjir, pasti juga ribet."

Elsa merasa sedikit tertarik dengan pembicaraan Vega, namun dia tengah fokus mengajari Rangga yang tengah menyelesaikan soal-soal psikotes, pemuda ini harus lolos seleksi!

"Mbak Elsa kesana aja gih, aku bisa kok." Elsa menolehkan kepala, menggeleng sebentar dan mengusak rambut cepak milik Rangga dengan gemas. "Mbak disini nemenin kamu, jangan sia-siain apa yang udah mas Yasa kasih lho yah. Mbak pengen kamu beneran lolos seleksi dan buat orang-orang rumah bangga, jangan minder sama temen-temenmu disana. Mbak sama mas Yasa di mata kamu apa sih?"

Pemuda manis menghela nafas, mengulum bibir tengah memikirkan segala hal yang bisa terjadi di kedepannya. "Mbak sama Mas udah kayak keluarga sendiri, mbak Vega sama ma Pandu juga. Ngasih ini itu, bantuin ini itu. Kalian baik banget ke aku, gak mikir sama sekali aku ini orang baik atau bukan."

"Mbak selalu bilang ke kamu jangan pernah minder, okelah mbak gak tahu perbuatan apa aja yang udah kamu lakuin di hari-hari kemarin, coba dengerin mbak," Elsa mengarahkan wajah Rangga agar menatapnya.

"Orang baik mempunyai masa lalu, begitupun dengan orang jahat mempunyai masa depan."

Mata besar itu berkedip dua kali, menatap sang lawan bicara dengan kagum. Rangga akui dia memang bukan orang baik, menghabiskan segala uang dengan cara-cara berjudi dan minum-minum. Dirinya masih tidak menyangka jika akan dipertemukan dengan Elsa, perempuan baik hati yang menolongnya pertama kali disaat penampilannya seperti preman.

"Mbak baik banget sama aku."

Elsa menutup buku, menarik tangan Rangga agar bergabung dengan semua orang yang berada di ruang tamu. "Oke mood kamu udah turun, kita gabung kesana aja. Tiga jam waktu yang sangat lama untuk berkencan dengan buku, istirahat dulu."

Bagaikan anak ayam mengikuti induknya, Rangga menurut berjalan di belakang Elsa dan membiarkan perempuan itu menariknya layaknya truk gandeng.

"Yaampun adek kecilnya aku udah selesai yah belajarnya? Capek hm?" tanya Vega mengusap lengan Rangga.

"Sok dekat banget tante."

"Eh emang beneran dekat kok, syirikh sekalih om."

Ora NgiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang