11. Pengenalan Lingkungan

376 77 9
                                    

INDONESIA FINAL!! 🇮🇩

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

NCT Dream – Dreaming

~~~~~

“Ada beberapa hal yang harus diikhlaskan, dan ada beberapa hal yang harus dilepaskan.”

~~~~~

“Gue kira lo isi beneran beb.”

By the way gue ikut seneng tau.”

“Siapa yang gak negatif thinking coba kalo liat dua orang beda jenis lagi mesra-mesraan, mana si cowok lagi ngelus perut kan pikiran gue kemana-mana. Lagian gue ikut seneng sih saat bestie gur bahagia, secara gue kan mau punya keponakan.”

Bughh

Sebuah boneka berukuran sangat besar milik Elsa mendarat sempurna di wajah Vega, membuat perempuan cantik itu tersungkur ke belakang dengan begitu naasnya. Bukannya kesakitan ataupun marah, Vega justru tertawa senang dapat menjahili sang sahabat. Dalam posisi terbaliknya ini Vega melihat dengan jelas bagaimana wajah kesal Elsa, menatapnya dengan tajam seolah-olah mampu menghanguskannya dengan tatapan itu.

“Lagian lo cepet banget sih move on dari si babang Risky? Atau selama ini lo cuma akting seneng sama dia?”

Elsa menghela nafas, menyandarkan tubuh pada kepala ranjang. “Aku sayang sama mas Risky, percaya banget sama dia kalau hubungan ini benar-benar murni karena cinta. Kalaupun aku akting sama dia, udah lama kali aku tinggalin. Bukan maksud sombong atau gimana ya Ve, keluarga aku lebih mampu biayain kebutuhan aku, gak nekan aku ini itu tanpa alasan yang gak jelas. Gimana perasaan kamu kalau mergokin orang yang disayang lagi enak-enak sama cewek lain? Sakit pastilah.”

“Terus kok lo bisa pas gitu waktu mergokinnya?”

Mata Elsa berpencar, menatap sekitarnya dengan waspada. “Anjir lo ngeliatin siapa sih?” tanya Vega heran.

“Mas Yasa, siapa tahu dia dengerin pembicaraan kita.”

“Halah biarin aja, lagian dia lagi beres-beres sama Mas Pandu. biarin dia tahu kalau ada cowok jelek yang nyakitin lo,” ucap Vega melihat Yasa dan Pandu yang sedang membersihkan kamar kosong di samping tangga.

“Aku gak sakit ya Vega, jadi tolong di koreksi ucapan yang tadi.”

“Anjir iya-iya lo gak sakit, jadi gimana ih lanjutannya? Gue kepo beb!”

Elsa merotasikan bola matanya malas, perempuan di depannya ini sangat tidak sabaran. “Sejak tiga bulan terakhir ini sikap dia ke aku beda, kayak dia yang biasanya fast respon jadi slow respon. Pernah kejadian aku tanya dia udah makan atau belum, dia jawab di hari besoknya, itupun udah malem banget Ve. Mas Risky yang selalu excited setiap aku nerima ajakannya buat jalan sekarang enggak, bahkan saat aku tawarin dia keluar pergi cari makan dia nolak. Akutuh kadang mikir, kesalahan apa yang udah aku buat sampek Mas Risky ngejauh dari aku,” ucapnya dengan menghela nafas panjang. “Dan ternyata, dia udah punya yang lain.”

“Anjir lo gak curiga selama tiga bulan diem-dieman?”

“Kamu tahu aku gak suka negatif thinking ke orang lain, apalagi ke orang yang aku percaya bertahun-tahun ini.”

“Tapi tiga bulan itu udah lama beb, terlalu lama buat ngeliat perubahan sifat seseorang. Lo ngapain aja selama ini?”

“Ya-ya aku gak tau, aku gak tau lagi-” ucapan Elsa terpotong saat Pandu terlebih dahulu menyela pembicaraannya.

“Haduh istirahat dulu Sa, capek banget leher gue dongak ke atas dari tadi. Heh lo cewek berdua, lagi ngegosipin apa kali ini? Gue ya?!”

“Enggak sayang, jangan mikir kesitu dong. Lagian kenapa selalu curiga ke kita sih?”

Pandu berkedip 3 kali melihat lengan Vega yang merangkul lengannya, Pandu sudah hafal diluar kepala jika ini adalah taktik Vega sebagai bahan rayuan agar dirinya tidak kesal. Namun entah kenapa dia tidak bisa menolak wajah memelas itu ketika menatapnya dalam, seolah ada sihir tersebunyi di kedua mata bulat dan lebar itu. “Jangan ngerayu gue ya bee, gue yakin kali ini gak akan mempan.”

“Tuhkan baru dibilang, jangan negatif thinking ke orang lain yah. Oh atau kamu gak suka aku giniin? Iya gak suka?”

Tidak adanya jawaban dari sang pacar, Vega memutuskan mendekati Yasa dan duduk sangat dekat dengan pemuda tampan itu.

Elsa sedari tadi menahan senyum, melihat bagaimana respon Yasa yang memegang erat tangannya seolah-olah takut dengan ke agresifan Vega. Memang perempuan itu sulit ditebak, sangat random.

“Lo gak liat Yasa takut sama lo?” komentar Pandu menangkap genggaman tangan Yasa di tangan Elsa.

Vega mendongakkan kepala menatap Yasa, mengalihkan pandangan saat melihat genggaman tangan Yasa pada Elsa yang begitu erat. Perempuan itu menganggu dan berdiri dengan cepat, meletakkan tangan pada kedua pinggangnya. “Yaudah deh aku sama Rangga aja, tuh brondong mana mungkin nolak ya kan.”

“Hei! Balik gak lo!”

“Gak mau anjir, mau cari cogan lagi aja.”

“Gue bilang balik!”

“Gak mau.”

“Vega.”

“Iya-iya,” Vega berdecak namun tak urung berjalan kembali ke posisi semula.

Elsa yang sedari tadi melihat Vega membujuk Pandu agar tidak marah hanya menggelengkan kepala pelan, menghiraukan mereka karena saat ini dirinya harus menghentikkan ibu jari Yasa yang mengusap lengannya. “Mas capek?”

“Hm?”

“Mas capek?” ulanginya sekali lagi.

Yasa menggeleng singkat, pemuda itu tidak sadar jika sedari tadi jari-jarinya tidak bisa diam. Memainkan jari Elsa hingga membuat sang empu kegelian sendiri, pemuda itu sedari tadi dia menyaksikan drama kecil yang terjadi di depannya. Hingga sebuah suara tidak asing mampu menghentikkan perdebatan pasangan gila tersebut.

“Lo laper ya Sa?”

“Tau nih si El, tunangannya kelaperan malah diem aja dari tadi.”

Elsa berdecak menatap Vega dan Pandu, mereka berdua tidak tahu jika dirinya sudah memesan makan lewat aplikasi online dan sebentar lagi akan sampai. “Tunggu sebentar lagi yah, mau sampe kok makanannya.”

Yasa hanya mengangguk, dirinya setengah malu mengingat suara perutnya yang terdengar jelas. Sangat memalukan hingga 5 menit kedepan si pengantar makanan datang.

Keempat orang itu makan dalam diam, sesekali Vega akan berkomentar mengenai rasa makanan yang kurang pas ataupun sedikit keasinan. “Gila asin banget dah nih ikan, yang buat ngajak nikah sama gue nih.”

Mereka semua makan dengan tenang tanpa mengetahui Elsa yang dibuat ketar-ketir merasakan usapan lembut di bagian perutnya, ada sebuah tangan yang memasuki bajunya. Posisi mereka yang duduk bersila di bawah dengan sebuah meja kecil sebagai tempat makan membuat siapapun tidak akan tahu ulah tangan nakal siapa ini. Jika ditanya Vega jelas bukan, sejak kapan tangan Vega jadi sebesar ini. Ini jelas tangan laki-laki, Pandu? Tidak mungkin jika tangan Pandu mampu menyebrang dari depan hingga ke belakang, maka dipastikan ini adalah tangan Yasa.

Yasa, si pemuda tampan yang katanya adalah seorang pangeran.
.
.
.

STAY SAFE

INDONESIA FINAL AFF SUZUKI CUP 2020 WOIII
Jangan lupa selalu support timnas yah 🤧🇮🇩🇮🇩

Suaraku sampek habis gegara teriak, untung si mas Nadeo bisa nangkis tuh penalti ✊😭

26 DESEMBER 2021

Ora NgiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang