Temen-temen yang ganteng dan cantik ada yang kelupaan nih, hayoo belum pecet ikon bintang
Makasih yang udah support cerita ini
~~~~~
Selamat membaca
Monggo enjoy
~~~~~
NCT Dream – Dreaming
~~~~~
"Perubahan memang tidak menjamin keberhasilan, namun tidak ada keberhasilan tanpa perubahan."
~~~~~
Suasana tegang menyelimuti, membungkus kulit Elsa yang semakin lama semakin lengket. Perempuan itu meringis menerawang hal apa yang bisa terjadi kedepannya, membuatnya harus mengangkat kaki dari tempat kost super nyaman ini.
Ini semua akibat Vega, peremuan cantik itu berteriak terlalu keras hingga membangukan penghuni kost yang lain, atau mungkin warga sekitar juga mendengar? Entahlah, Elsa pusing memikirkannya. Jika saja respon Vega tidak berlebih seperti tadi, mungkin dia akan berbicara langsung dengan ibu kost, meluruskan segala hal secara detail. Berurut dan rinci, dari awal hingga akhir jika pria tampan di sampingnya ini makhluk jadi-jadiaan!
Sidang isbat sedang berlangsung, jika beralaskan 1 saksi dan 2 orang lainnya yang kepo. Elsa duduk berdampingan dengan Yasa, sedangkan Pandu, Vega bersama ibu kost berada di depan mereka. Ibu kost yang menatap penuh curiga terhadap dia dan Yasa, sedangkan Vega hanya menatap Yasa dengan penuh damba, sangat terlihat jelas di kedua mata lebar itu.
"Ibu menunggu penjelasan kalian."
Elsa meremas tangan gelisah, apa yang harus dia katakan saat ini?!
"Emhh ja-jadi Ma-Mas ini, Mas ini-"
"Mas apa?" geram perempuan paruh baya tersebut. Tidak pernah terbesit di pikirannya jika Elsa sang anak friendly mau bergerak senekat ini, patah hati membuatnya lupa diri hingga membawa seorang laki-laki ke dalam kamar.
"Dia, dia, di-dia-"
"Saya tunangannya, Ibu."
What?!
Apa yang sedang dibicarakan Yasa? Sejak kapan dia menjadi tunangannya?
"Mantan tunangan lebih tepatnya," jawab Yasa.
Vega berdecak, mengangkat tangan mengisyaratkan pria di depannya untuk diam. "Sebentar yah mas ganteng, aku nanyanya ke Elsa bukan kamu. Iya iya nanti kita ngobrol, tapi biarin Elsa yang jawab untuk saat ini."
"Ekhem."
Vega tersenyum pongah mendengar deheman tidak terima dari Pandu yang berada di sampingnya. "Jadi gimana beb?"
"Ya benar, mas Yasa tunangan baru aku."
Ya Tuhan, bagaimana bisa dia berbohong selancar ini? Mata Elsa bergerak, menatap ibu kost yang masih memberikan tatapan intimidasi kepadanya. "Dimana cincin tunangan kalian?"
Kelu, lidah Elsa kelu tidak mampu menjawab pertanyaan sang lawan bicara. Apa tadi cincin? Jangankan cincin, bentuk simbolis diantara mereka saja belum ada dan bahkan tidak ada. Sial, kebohongan apa lagi yang harus dia katakan?
"Oh ada ini, kemarin jatuh waktu di kamar mandi jadi saya simpan. Kamu lupa ya bee?" ucap Yasa menyematkan cincin emas ke dalam jari manis Elsa. Membuat Elsa melipat kening menatap tidak percaya kepada Yasa, seolah bertanya bagaimana bisa?
"Cincin tunangan kok emas, ketahuan banget kalau bohong. Eh atau jangan-jangan ini kuningan bukan emas?"
Ingin rasanya Elsa melempari Vega dengan mangkok permen di depannya, menutup bibir tipis itu dengan segera. Perempuan ini tidak akan diam!
"Ah tidak, ini emas asli kok. Memang saya ingin memberikan yang terbaik kepada orang terkasih, kedepannya setelah kita resmi menikah akan saya tukarkan dengan berlian." Yasa berucap tenang, menggegam tangan Elsa dengan erat melingkupi jari-jari kecil itu. Pandangannya tidak beralih, menatap Elsa dengan sayu dan mengecup punggung tangan sang wanita.
Cup
"Saya dan Elsa adalah tunangan, Ibu. Saya baru sampai kemarin malam dan langsung beristirahat, rencanannya pagi ini saya dan Elsa akan memberitahu Ibu. Namun sayang sebuah tragedi terjadi di awal."
"Benar seperti itu Elsa?" tanya ibu kost.
"Be-benar Ibu, kemarin malam ibu udah tidur akunya gak enak. Aku sama Mas Yasa gak ngapa-ngapain kok, sumpah. Aku minta maaf ke Ibu udah bikin khawatir, salah Mas Yasa juga sih karena datangnya tiba-tiba."
Pemilik tanggung jawab seluruh anak-anak di kontrakannya tersebut menghela nafas. "Ibu gak marah sama kamu El, tapi kamu tahu sendiri kan peraturannya gimana. Anak cowok dan cewek yang tidak memiliki hubungan sah tidak boleh berada di satu kamar yang sama, Ibu kecolongan satu malam di kamu."
"Iya, Elsa minta maaf Ibu. Mas minta maaf ih," desak Elsa menyenggol lengan Yasa. Pria itu mengangguk dan bergerak maju menjabat tangan sang pemilik kost. "Saya minta maaf Ibu udah bikin geger satu penghuni kost, saya dan Elsa tidak melakukan hal apapun tadi malam, hanya tidur. Sekali lagi saya minta maaf, dan jika diperkenankan ijinkan saya menempati kamar kost yang kosong di ujung lantai dua, saya mendapat cuti disini hanya satu bulan. Libur inilah yang saya harapkan agar bertemu dengan Elsa, orang yang saya cintai."
"Sejak kapan hawanya jadi panas yah?" celetuk Pandu yang sedari tadi hanya diam.
Elsa dalam hati menyetujui ucapan Pandu, sejak kapan suhu udara di sekitar menjadi panas, sejak kapan pipinya ini memanas?!
"Mas Yasa mau ngontrak disini?"
Yasa mengangguk cepat. "Jika diperkenankan."
"Berani janji nggak kalo main aman?"
"Heh!" Vega menepuk tangan Pandu, pikirannya berkelana kemana-mana. "Mas Yasa sama aku juga gak papa kok."
Pandu melepaskan tangan Vega kasar, menggeser tubuh menjaga jarak dengan perempuan nakalnya itu. Membuat sang pemilik kost menggelengkan kepala kasar. "Baiklah tidak apa-apa, ini lebih baik. Ibu ambilin kuncinya dulu yah, oh yah sama Vega ambil makanan dibawah, Ibu bikin nasi goreng banyak tadi buat anak-anak, dibantu ya Pandu."
"IYA IBU," ucap Vega dan Pandu kompak.
Pasangan tersebut mengikuti sang pemilik kost di belakang, meninggalkan Elsa dan Yasa di ruang tamu hanya berdua. Elsa menggelengkan kepala melihat Vega yang masih sempat menolehkan kepala menatap matanya tajam.
"Mas Yasa..." eluh Elsa. Drama apa ini? Drama kolosal mana yang akan Ia perankan setelah ini?!
"Maafkan aku Bunda." Yasa memeluk Elsa dari samping, menyandarkan kepalanya pada bahu Elsa dan mengelus perut sang majikan.
"Ssshhh...."
"Ada apa Bunda?" tanya Yasa panik.
Elsa sendiri panik, bagaimana pria itu dengan lancang mengusap-usap perutnya. Hei tidak tahukah jika keadaan jantungnya saat ini tidak normal? "Nggak papa Mas, cuma perih aja habis kamu gigit."
"Eh eh Mas, heh!"
Yasa melipat kening, tangannya terulur menyikap kaos Elsa hingga bawah dada. Dia merasa bersalah melihat begitu banyaknya bekas gigi yang berada di atas perut Elsa, memang sisi hewannya ini sulit hilang. "Aku usap ya Bunda."
"Tidak usah!" Percuma, pria itu tidak mendengarkan dirinya. Tangan besar itu senantiasa mengusap perut Elsa secara teratur, naik turun dengan perlahan.
"Lo lagi isi ya beb?"
Siapapun tolong culik Vega sekarang juga, jauhkan Vega darinya sebelum mangkok kaca ini melayang ke kepala cantik itu!
.
.
.
STAY SAFE
Jaga kesehatan ya temen-temen, ada varian baru covid lho. Tetep jaga diri dan doi yah
22 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Ora Ngiro
FanfictionSemua berada di luar nalar, siapa yang menyangka jika legenda itu masih ada hingga sekarang? Elsa Rahmawati memungut seekor kucing yang kedinginan di pinggir pintu masuk perpustakaan kota. Dia masih mengingat benar bagaimana dekilnya kucing kurus it...