19. Salah Paham

311 63 4
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Taeyong & Ten – Baby Don’t Stop

~~~~~

“Aku suka begadang, kalau suka kamu nanti banyak saingannya.”

~~~~~

“Yasa!”

Pandu berteriak keras memanggil seseorang di tengah kerumunan banyak orang, penuh sesak berada di lautan manusia ini. Beruntung dia memiliki postur tubuh semampai, memudahkannya menghirup udara lebih jernih lagi.

“Yasa diem lo bangsat!”

Nafas Pandu tersengal-sengal, menarik nafas dengan dalam dan menghirupnya rakus. Tangannya berada di kedua lutut menahan lelah yang ada, dia sangat tidak cocok jika harus menjadi seorang atlet lari.  “Hah hah, aduh wajah tampan gue,” ucapnya histeris.

“Ada apa Mas?”

“Lo budeg atau gimana sih, dipanggil dari tadi kok gak noleh sama sekali.”

“Oalah, orang disini lagi ramai, gimana aku mau dengar suara Mas?”

Pandu mencebik dengan kesal, dia tahu sebenarnya pria yang lebih tampan darinya ini hanya mengelak. Suaranya begitu keras urat lehernya pun terlihat, bagaimana mungkin Yasa tidak mendengar seruannya?

“Lo kenapa sih daftar beginian? Mau jadi artis lo?” tanya Pandu heran.

Jelas dia begitu heran melihat Yasa yang ikut serta melakukan casting sebagai pemeran utama sebuah film romance. Apa yang ingin dilakukan pemuda ini, mencari sosok pengganti Elsa yang super duper menyebalkan atau hanya mencari sebuah pelarian? Yasa salah jika akan menduakan Elsa, bagaimanapun juga Elsa sudah dia anggap sebagai adik sendiri, tidak ada siapapun yang boleh menyakiti adiknya!

“Coba aja dulu, siapa tahu keterima.”

“Orang emang kalau lagi gabut suka aneh-aneh, ada yang healing, ada yang mancing, ada juga yang ikut casting.”

“Hahaha, mas Pandu mau ikut casting juga?”

Pandu menaikkan alis dengan bingung, menatap Yasa dengan tidak percaya. “Ya kali gue yang ikutan beginian, wajah rupawan gue mau ditaruh dimana coba. Toh uang gue juga udah banyak, lebih dari cukup buat beli rumah sama kayak lo.”

“Mas sudah beli rumah?”

“Sebenarnya sih udah ada, cuma gue gak enak sama lo yang sampai sekarang belum bisa nempatin tuh rumah. Investasi udah ada, tinggal nunggu si Vega lulus kuliah,” ucap Pandu secara sombong, pemuda itu menepuk kening dengan cepat mengingat sesuatu dan sebuah tujuan awalnya untuk mencari Yasa.

“Yaampun gue sampai lupa  tujuan gue nyariin lo, besok udah tanggal tua, jadi kapan bos bakal nyebar gaji buat anak-anak?”

“Mas Pandu juga mau digaji?”

Pertanyaan singkat dari Yasa mampu membuat Pandu menghela nafas lelah, menatap sang atasan dengan gurat lelah. “Saya sudah mengeluarkan keringat banyak untuk usaha-usaha yang anda kembangkan, berlarian kesana dan kemari bagaikan anak ayam yang kelaparan, berpeluh keringat di bawah teriknya sinar matahari, menembus badai dan angin demi sesuap nasi. Apa yang harus saya tunjukkan lagi kepada tuan atas dedikasi saya terhadap usaha-usaha ini?”

Ora NgiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang